Being Left

90 9 1
                                    

Nonsense - Being Left

Bima menatap cincin bermata berlian di tangannya. Ia melempar benda itu kencang ke arah lantai hingga terpental, ia pula yang bersujud mencari ke setiap sudut untuk mengambil benda itu kembali. Sejujurnya ia sangat marah dan kecewa atas keputusan wanitanya beberapa saat lalu. Tak ada seorang pun yang terima untuk ditinggalkan. Tak ada yang bisa.

Pria itu memutuskan untuk mendatangi apartemen Agisti, namun tak ada tanda kehidupan di sana. Semua kontak yang bisa ia hubungi hilang begitu saja. Wanita itu benar-benar ingin menghilang dari kehidupannya. Ia berpikir keras, kesalahan macam apa yang telah ia perbuat hingga ia pantas ditinggalkan?

"Bang, atur ulang jadwal besok. Gue mau ke Jogja!"

"Lu udah libur kan hari ini, Bim? Ngapain ke Jogja?" tanya manajernya di seberang sambungan telepon.

"Gue mau mastiin sesuatu. Gue belum tenang kalo belum pergi. Sorry banget, Bang."

Bima tentu gundah. Tak bisa tidur semalaman untuk memikirkan apa yang terjadi hari itu. Bukankah mereka menikmati waktu yang indah di pantai tadi? Lalu, mengapa akhirnya jadi begini? Begitu pikirnya.

Dengan mengambil pesawat paling pagi, ia terbang ke Jogja dan langsung menuju ke suatu tempat. Sebuah rumah yang pernah ia beli dengan hasil jerih payahnya sebagai penyanyi hanya untuk diberikan kepada Agisti, wanita yang ia cintai.

Di halaman depan, seorang lelaki jangkung tampak berdiri bersama dua orang pria paruh baya. Ia tampak sedang menjelaskan sesuatu kepada mereka, kemudian kedua pria itu mengangguk sambil membawa beberapa peralatan ke dalam rumah. Bima menghampiri lelaki berkacamata itu, berharap bisa mendapatkan informasi tentang wanitanya.

 Bima menghampiri lelaki berkacamata itu, berharap bisa mendapatkan informasi tentang wanitanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Permisi," sapa Bima.

Lelaki itu mengangkat wajah dan membetulkan letak kacamatanya. "Lu Bima penyanyi itu, ya?" tanyanya.

"Iya, gue mau tanya soal Agisti ...."

"Sebelum lu tanya, gue mau ngasih sesuatu." Lelaki itu merogoh sesuatu ke dalam saku jaketnya, kemudian mengeluarkan sebuah tinju yang mendarat tepat di pipi kiri Bima.

Bima tersungkur, ujung bibirnya mengeluarkan darah dengan rasa panas dan perih dari lukanya. Ia mengusap darah itu dan kembali berdiri tegak. Ia bisa saja membalas, tapi ia lebih memilih mengurungkan niatnya dan membetulkan mantel tebalnya saat ini.

"Lu harus punya penjelasan buat pukulan lu barusan!"

"Itu pantes buat lu dapetin. Lu udah selingkuh, hamilin cewek lain, sekarang lu berani-beraninya nyariin Mbak Agisti ke sini?"

Bima mengerutkan alis tebalnya. "Apa? Gue nggak ngerti lu ngomong apa."

"Mantan lu, siapa namanya? Sarah! Dia lagi hamil anak lu."

Sekali lagi Bima hanya bisa mematung dengan berbagai macam pertanyaan berputar di otaknya. Berita apa yang selama ini ia tak tahu antara Sarah dan Agisti.

Nonsense | Young KWhere stories live. Discover now