Cheated?

70 9 1
                                    

Nonsense - Cheated

"Anak Bima."

"Jangan bercanda!" ujarku lantas mengembalikan foto itu kepada Sarah.

"Sorry karena udah ganggu kamu di hari spesial ini. Tapi aku mau minta kamu jauhin Bima atau aku ungkap ini ke media? Mau gak mau dia harus tanggung jawab sama anaknya, kan?"

"Stop!" Aku mengambil beberapa langkah ke belakang sambil memijat pelipis yang rasanya tiba-tiba saja menegang. Bagaimana bisa Mas Bima punya anak dengan Sarah? Lalu tiba-tiba saja wanita ini meminta kami untuk berpisah sedangkan Mas Bima baru saja melamarku. Aku tidak mengerti. "Kamu punya bukti kalau itu anak Mas Bima?"

"Kamu gak percaya?" Ia tertawa kecil. "Kamu pikir dia sama siapa selama kamu pulang ke Jogja? Oh! Atau kamu mau liat gimana kami berdua ngelakuinnya? It was a fun night tho, thanks to him."

Aku segera menutup telinga sebelum hal-hal menjijikkan lain kembali terlontar dari mulut wanita itu. "Pergi! Pergi dari sini!"

"You don't know him yet. Aku yang kenal dia sejak dulu. Kamu cuma orang asing yang datang saat aku gak ada. Pikirin lagi baik-baik, demi anak aku sama Bima." Ia menepuk pundakku lalu beranjak pergi.

Sementara aku buru-buru masuk ke dalam dan mengunci pintu rapat-rapat, lantas membenamkan diri di balik selimut yang entah mengapa terasa sangat dingin hari ini. Jadi rasa sakit seperti inikah yang Ibu rasakan? Aku tentu tak mudah percaya begitu saja dengan omongan Sarah, tapi bagaimana kalau benar? Bagaimana kalau ia benar-benar mengandung anak Mas Bima?

Bukankah seharusnya aku marah saat ini? Marah karena akulah satu-satunya yang dikhianati. Tapi kalau Sarah membawa berita itu ke media, maka semua yang sudah Mas Bima perjuangkan, mimpinya itu akan hancur begitu saja. Bukankah itu harga yang pantas ia dapatkana karena telah membohongiku? Kalau tidak? Arghhhhh! Kepalaku rasanya mau meledak.

Aku tak tahu siapa lagi yang bisa kupercaya.

Aku tidak tahu.

***

"Gis, kamu gak apa-apa?" tanya salah seorang staff yang menemaniku menyaksikan pemotretan brand kerja sama kami. "Mukamu kayak pucat, kamu sakit?"

"Nggak, Kak. Aku gak apa-apa, cuma kurang tidur aja."

"Bima hari ini ikutan lho!"

"Iyakah? Orangnya gak bilang."

"Oh! Tuh! Baru dateng!" Ia menunjuk ke pintu masuk set di mana Mas Bima benar-benar baru datang sambil menyapa yang lain.

Kami saling bertemu pandang. Aku memang tak menjawab pesannya sejak tadi pagi, tak kusangka kami akan bekerja di tempat yang sama kali ini. Lagipula aku akan segera pulang setelah ini semua selesai. Mas Bima tampak mendekat dan tersenyum ke arahku.

"Mata kamu kenapa?" tanyanya. "Bengkak banget ini, Yang!"

"Katanya kurang tidur," jawab Mbak staff tadi.

"Kamu gak bisa tidur?"

"Aku gak apa-apa, Mas." Aku tersenyum kecil sambil menggosok wajah. Mas Bima meraih tanganku dan mengusap cincin pemberiannya yang ada di sana.

"Kalau kamu sakit, bilang ya. Abis ini kita jalan biar aku atur jadwal lain."

Genggaman tangannya hangat dan menenangkan. Namun tiba-tiba saja semua perkataan Sarah kemarin malam kembali terngiang di telinga hingga membuatku merasa jijik dan langsung menarik tanganku dari Mas Bima. "Abis ini aku mau tidur aja kayaknya. Tuh, udah dipanggil, Mas! Siap-siap dulu gih!"

Nonsense | Young KWhere stories live. Discover now