Revenge

97 7 1
                                    

Nonsense - Revenge

Sarah menyimpan gelas dengan kasar. Entah itu seloki ke berapa yang telah ia habiskan malam ini. Pikirannya melayang pada berita penipuan dan kegagalan bisnisnya di Paris, membuat kedua orang tuanya memutus hubungan dengannya. Bagaimana pun, sejak dulu orang tuanya tak pernah menerima kata "gagal". Ditipu teman, dibuang keluarga, lalu apa yang tersisa untuknya?

Bima.

Benar. Nama itulah yang terbersit di pikirannya kala itu. Nama seorang pria yang selalu mengejar dan mendukungnya sejak masa-masa kuliah mereka. Pria yang mungkin saja rela memberikan seluruh isi dunia untuknya. Pria yang ia tinggalkan begitu saja karena ia tak melihat adanya masa depan yang bagus darinya.

Sarah memutuskan untuk kembali ke tanah air dan menemui pria itu. Namun begitu kecewanya ia saat mengetahui bahwa Bima sudah mencintai orang lain. Lalu hal yang baru ia ketahui pula bahwa kini pria itu sudah cukup sukses dan berasal dari keluarga kaya raya.

Semuanya akan mudah kalau saja Bima belum memiliki pengganti dirinya. Memikirkan semua hal itu, ia akan menghabiskan waktu di club, minum sampai mabuk dan mengisi waktu bersama beberapa pria random yang ia temui, lalu berakhir mengemis cinta di depan apartemen Bima.

"Loncat!" perintah Bima dingin, membuat Sarah membelalakkan matanya. "Loncat aja. Aku yakin kamu udah tau seberapa besar kekuasaanku buat nutupin satu orang yang menghilang, itu gampang."

Tangan Sarah gemetar. Bima yang dulu tak mungkin mengatakan hal semacam itu. Bima yang dulu pasti akan berlutut, memohon agar Sarah tak melakukan hal bodoh yang akan melukai dirinya. Ia kini tahu bahwa amarah lelaki itu memang sudah berada di puncaknya.

Wanita itu mengambil handphone untuk menelepon seseorang. "Tolong ... post sekarang juga," gumamnya gemetar.

Sedikit banyak Bima sudah mempersiapkan kalau-kalau saat ini datang, saat di mana Sarah akan benar-benar menyebarkan berita tidak benar tentangnya. Ia pun sudah menjelaskan kepada orang tuanya tentang apa yang sedang dan akan ia alami. Oleh karena itu, Bima menoleh pada seorang perempuan yang duduk tak jauh dari tempat mereka berdiri. Perempuan yang dikirim orang tuanya itu tersenyum dan memberikan tanda 'OK' dengan tangan.

"Udah waktunya kamu ucapin selamat tinggal sama karirmu," ujar Sarah.

"Udah waktunya kamu berhenti muncul di kehidupanku, Sarah." Bima berbalik dan beranjak pergi.

****

Juan menatap laptopnya serius. Beberapa berita tentang Bima sudah mulai menyebar di internet. Tiba-tiba saja, handphone-nya berbunyi, sebuah panggilan dari nomor yang tak dikenal.

"Halo?"

"Juan?"

"Benar. Ini siapa?"

"Kenalin, saya Angela. Bima bilang, kamu bisa bantu saya."

"Berita itu?"

"Iya."

"Oke, apa yang kamu butuhin?"

****

Sudah beberapa bulan berlalu sejak pertemuan terakhir Bima dengan Sarah. Mereka melakukan mediasi, agar semua berita bohong yang dibuat Sarah segera ditarik kembali. Bima berhasil mengumpulkan bukti bahwa ia tidak bersalah, dan mengancam akan menuntut balik Sarah atau siapapun yang menyebarkan berita itu. Sarah yang ketakutan memilih kembali ke Paris tanpa pikir panjang. Sedangkan berita yang pernah ia buat benar-benar lenyap begitu saja seperti tak pernah ada.

Sesuai perjanjian, Bima kembali menemui Juan untuk menanyakan keberadaan Agisti. Mereka berjanji untuk bertemu di sebuah restoran yang cukup privat. Sosok Juan membuka pintu ruangan. Ia tampak terkejut karena bukan hanya Bima yang berada di ruangan itu, tapi juga seorang perempuan berambut sepunggung dengan penampilan elegan.

Nonsense | Young KWhere stories live. Discover now