05. Dunia yang sempit

685 103 5
                                    

^^^

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

^^^

Suara motor yang memasuki halaman rumahnya itu membuat Rafael cepat mematikan lampu kamar dan langsung terbaring di tempat tidurnya. Ia harus pura-pura tertidur agar tak mendengar omelan abangnya malam ini. Biarkan ia istirahat dulu, dan biarkan besok saja ia terkena omel habis-habisan oleh Jendra.

Ceklek

Suara knop pintu yang terbuka membuat Rafael semakin memejamkan matanya. Saklar lampu kembali di nyalakan oleh Jendra. Pemuda itu berdehem, dan menghampiri Rafael yang sudah terbaring di atas kasurnya.

"Bangun! Abang tau kamu pura-pura tidur." ucap Jendra membuat Rafael mengumpat dalam hati.

"El? Mau bangun atau abang sita handphone kamu?" ancamnya, membuat Rafael langsung bangun.

Remaja itu merubah posisinya menjadi duduk. Matanya bertemu mata Jendra, dan ia hanya bisa menunjukkan deretan gigi putihnya saja.

"Ulah apa lagi kamu?" tanya Jendra.

"Mukulin anak rese." jawab Rafael tanpa menatap wajah Jendra.

"Enteng banget ya tangan kamu buat mukulin orang?" tanya Jendra. Kini, suaranya semakin terdengar serius, dan suasana menjadi tegang.

"Maaf..." hanya itu yang bisa Rafael ucapkan.

"Biar apa coba? Biar di katain jagoan?!"

Rafael menggeleng, "Dia nggak akan berhenti kalau nggak di kasarin, bang."

"Bukannya Abang selalu bilang? Bantu orang selagi kamu bisa, dan jangan sampai membuat diri kamu terseret dari masalah orang tersebut." ucap Jendra. Dia diam sejenak, dengan mata yang menyorot tajam ke arah adiknya. "Bantuin orang boleh, tapi jangan buat kamu dalam bahaya juga, Rafael!"

"Terus El harus diem aja? Dia udah berkali-kali El tegur, cuman dia selalu ngelakuin hal yang sama berulang kali! El sakit liatnya bang. El nggak bisa ngelihat orang-orang di siksa seenaknya sama dia. Kalau dia nggak di kasarin, dia nggak akan berhenti." Kali ini, Rafael berkata sambil menatap mata Jendra.

Rafael menghela nafas kasar, "El selalu ngerasa sakit setiap lihat orang di bully, bang. El selalu merasakan sakitnya, seakan El juga pernah ngerasain hal yang sama."

Jendra diam. Pemuda itu tak bisa menjawab apa-apa lagi. Ucapan Rafael membuat ingatannya membawa kembali ke masa lalu. Memang sangat menyakitkan, ketika dulu ia melihat Rajawali di bully habis-habisan oleh teman-temannya.

"Terus hukumannya apa?" tanya Jendra setelah diam beberapa menit.

"Di skorsing 3 hari." jawab Rafael membuat Jendra menghela nafas kasar.

"Seneng?" tanya Jendra.

Rafael diam, membuat Jendra menghela nafas pelan. "Selama 3 hari harus tetap belajar. Diem di rumah, kecuali pergi ke rumah Yuda, dan itu juga buat belajar!" ucap Jendra, lalu pergi meninggalkan kamar Rafael.

HOME 2 : WHO? ( End✓ )Where stories live. Discover now