27: Keributan Antar Keluarga

12.9K 645 6
                                    

Hello

🦋🦋🦋

Sultan kembali ke rumah setelah tadi sang ayah datang ke kantor memberitahu jika perkebunan milik sangat ayah terbakar dan Joko meminta Sultan untuk ikut menemani pergi ke desa bertujuan agar mengetahui siapa sebenarnya seseorang itu, sang ayah mencurigai jika yang melakukannya adalah sepupunya.

Sultan tersenyum melihat pemandangan di depannya, Laurenza sedang mengajak bermain Arjuna dan Argina di ruang keluarga, Sultan menghampiri mereka. Laurenza mendongak saat mendengar suara salam dari suaminya.

"Loh mas, ada apa? Kok balik lagi?" Tanya Laurenza sembari menatap suaminya yang sudah duduk di sampingnya.

"Tadi ayah ke kantor mas, dia bilang katanya mas disuruh menemani ayah ke desa nanti malam." Jawab Sultan.

Laurenza menekuk kedua alisnya. "Mau ngapain?"

"Perkebunan punya ayah di desa dibakar sama orang yang tidak bertanggung jawab, kasihan ayah. Mas minta izin sama kamu untuk ikut membantu ayah mencari siapa orang yang membakarnya dengan sengaja."

"Aku izinkan mas, kebunnya habis terbakar apa masih sisa setengah mas?"

"Kata ayah habis semua." Sultan menundukkan kepalanya, dia kembali merasakan sedih mengingat wajah sang ayah tadi.

Laurenza mengusap bahu suaminya, dia tahu pasti banyak kerugian yang didapat ayah mertuanya. "Kamu selama mas di desa tinggal di rumah ibu ya? Mas gak mau kamu di rumah ini sendiri, walaupun banyak asisten rumah tangga tapi tetap saja tidak ada keluarga dekat."

Laurenza menganggukkan kepalanya. "Aku nurut apa kata kamu mas."

Suara rengekan si kembar membuat keduanya langsung menoleh pada Arjuna dan Argina yang terbaring pada kasur untuk bayi didepannya. Sultan dan Laurenza tampak tersenyum melihat masing-masing tangan anak kembarnya menutupi wajah mereka sendiri.

Sultan menyingkirkan tangan mungil itu dan mencium gemas pipi anak kembarnya. "Papa pamit ke desa dulu ya sayang, kalian disini baik-baik ya sama bunda jangan nakal."

Seolah mengerti apa yang diucapkan Sultan Argina tampak menangis. "Cup, cup, cup, kok nangis sayang. Papa sebentar kok perginya" Sultan mengusap lembut pipi anak perempuannya.

"Manja banget sama papa" Ucap Laurenza diiringi tawaan kecil setelah melihat Argina yang berhenti menangis karena merasakan usapan lembut dari papa-nya.

Malam hari tiba matahari yang semula menerangi bumi kini sudah terbenam dan digantikan oleh bulan yang terang menyinari bumi ditemani dengan bintang-bintang. Sultan dan Laurenza sudah berada di rumah Joko, kini Sultan sedang berada di dalam kamar bersama Laurenza yang sedang menyusui kembar.

"Mas berangkat ya sayang, baik-baik kamu disini" Sultan mengusap bahu sang istri dan mengecup keningnya.

"Kamu juga baik-baik disana mas, jangan lupa makan" Sultan menganggukkan kepalanya.

"Maaf ya mas gak bisa antar kamu ke depan, mereka masih gak mau selesai." Ucap Laurenza.

Sultan menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. "Tidak apa-apa, yasudah mas keluar ya?"

"Iya mas."

Tepat pukul 8 malam Joko bersama anak dan menantunya pergi menggunakan mobil menuju desa tempat kelahirannya, Hastungkara tidak ikut menaiki mobil karena dia tinggal di desa bersama istrinya, namun berbeda dengan desa tempat Joko tinggal jadi Hastungkara tidak mengetahui saat kebun sang ayah terbakar apalagi dia sedang disibukkan dengan pekerjaan jadi tak sempat mengunjungi kebun ayah-nya. Hastungkara diberitahu oleh perangkat desa bahwa kebun milik sang ayah terbakar, tentu saja Hastungkara sangat terkejut dan segera pergi menuju kebun tersebut tanpa menghubungi Joko untuk memberitahunya.

Hadirnya Kamu | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang