II.3 Konflik dan Penyelesaian

3.5K 511 57
                                    

Dalam fiksi, konflik adalah tantangan yang harus diatasi oleh karakter untuk mencapai tujuannya. Konflik menjadi inti sebuah plot, menimbulkan ketegangan dan antisipasi pada pembaca untuk menebak akhir cerita.

Konflik memberi arah dan tujuan pada ceritamu. Tanpa konflik, cerita seperti padang tandus tanpa cakrawala. Pembaca enggak bakal mau terjebak, berputar-putar di dalamnya mengikuti tokoh yang enggak punya tujuan.

Jenis konflik bervariasi, tapi penting sekali untuk dimulai sejak awal cerita. Alih-alih memulai cerita dengan situasi aman damai, tidak ada apa-apa di awal, lalu lambat laun masalah dibangun, jauh lebih efektif menghadirkan tokoh yang sudah bermasalah bahkan sebelum tulisanmu dimulai. Dalam hal ini, konflik menjadi latar belakang, lalu berkembang menjadi semakin rumit.

Pasangan konflik adalah penyelesaian atau resolusi. Penyelesaian tidak identik dengan happy ending. Penyelesaian/resolusi berarti penurunan intensitas menuju closure.

Dengan kata lain:

Konflik tidak selalu berakhir dengan penyelesaian yang memuaskan, tetapi penulis harus memberikan kepuasan pada pembaca dengan penyelesaian yang masuk akal.

Bingung? Coba baca lagi. Haha. Ngerti sekarang?

Makanya ada cerita yang berakhir dengan kematian tokoh utama, tapi karena logis, dan tidak ada plothole, pembaca menerima penyelesaian seperti itu. Walaupun tetap baper.

JENIS KONFLIK

Internal: protagonis berkonflik dengan dirinya sendiri, pergulatan mental yang terjadi di dalam benaknya.

Eksternal: protagonis berkonflik dengan kekuatan luar. Paling umum dan jelas terlihat adalah dengan tokoh lainnya (antagonis) atau orang tidak dikenal (perampok), atau dengan masyarakat/pemerintah/sistem. Bisa juga dengan alam seperti binatang, cuaca, bencana, dll.

Boleh saja dalam satu cerita ada banyak konflik, karena si tokoh punya banyak kemauan atau bergulat menentang kekuatan lebih dari satu. Satu demi satu konflik diselesaikan, tapi bisa saja ada yang dibiarkan menggantung (open ending), dengan clues/foreshadowing sebelumnya, sehingga pembaca bisa mempertimbangkan sendiri.

PENYELESAIAN / RESOLUSI

PENYELESAIAN yang baik selain memberi kepuasan pada pembaca, juga meninggalkan emosi lain seperti kelegaan, kebahagiaan, rasa keadilan, dan yang lebih mendalam adalah kesadaran yang dapat mengubah sikap dan perilaku pembaca.

Emosi dibangkitkan dengan pilihan kata, reaksi dan pemikiran tokoh, dan pilihan konflik.

Konflik membumi, yang bisa saja dihadapi semua orang, akan relatable buat pembaca. Tapi karena pembaca juga pernah mengalami hal serupa, solusi di cerita jangan asalan/memudahkan, karena pembaca tahu enggak segampang itu di kehidupan nyata.

Masalah keuangan misalnya, jangan diselesaikan dengan tiba-tiba mendapatkan warisan. Orang yang jahatnya enggak ketulungan jangan dibuat tiba-tiba mendapatkan hidayah agar masalah selesai. Meskipun di dunia nyata bisa terjadi, dalam fiksi enggak mungkin Voldemort jadi alim dalam semalam. Ada proses.

Sejauh pengalamanmu membaca, pasti ketemu cerita-cerita sempurna, novel dengan penyelesaian memuaskan yang didahului dengan penjelasan memadai, melibatkan emosi. Sesekali ada twist dan unsur provokatif yang merangsang pemikiran dan bikin susah move on.

Tapi kita juga sering menemukan novel yang endingnya terburu-buru, mengurangi kenikmatan membaca cerita yang awalnya sudah bagus. Atau setelah kita bersabar membaca ratusan halaman berharap ada sesuatu, nyatanya novel berakhir hambar. Atau endingnya sulit diterima akal. Kok gini sih? Aaah, ternyata begini aja.

A Sweet Treat For Wattpad AuthorsWhere stories live. Discover now