II.12 Etika, Moral, dan Budaya

1.9K 298 44
                                    


Menulis adalah pekerjaan hati dan kepala. Begitu kamu memutuskan untuk menulis dan menjadi penulis, berarti ada kontrak (minimal dengan diri sendiri) untuk menyertakan segenap perasaan dan pemikiran dalam prosesnya.

Apalagi kalau kamu ingin tulisanmu dibaca orang, bukan cuma jadi draft penghuni gadget. Begitu ada orang lain terlibat sebagai pembaca, kamu terikat kontrak moral dengan mereka.

Terlepas dari kamu dapat keuntungan finansial ataupun tidak, tulisan yang dipublish akan dibaca orang, dan kamu enggak bisa berlepas diri dari tanggung jawab moral sebagai penulisnya.

Karena menulis bukan kayak buang hajat yang setelah lepas bisa kamu lupakan.

Menulis untuk konsumsi pembaca ibarat menebar benih. Kamu akan memanen hasilnya. Baik atau buruk, cepat atau lambat, konsekuensi tulisanmu akan kembali padamu.

Kok berat sih? Aku kan menulis buat kesenangan saja, enggak pengin ada beban moral. Jadi, suka-suka aku dong. Masa aku harus mikirin pembaca segala? Enggak dibaca pun enggak apa-apa.

Kalau begitu, simpan tulisanmu dalam bentuk draft, jangan pernah dipublish. Selesai perkara.

Tapi begitu kamu mengklik publish, hukum publik pun berlaku. Kamu akan memetik apa yang kamu tanam. Jadi pilih benihmu dengan cermat, ikuti proses menanamnya dengan baik, maka kamu akan melihat hasil yang sepadan.

Dalam menulis, memilih benih berarti apa yang akan kamu tulis. Proses menanam berarti perasaan dan pemikiran yang kamu kerahkan dari awal sampai akhir.

Masih belum teryakinkan?

Kamu pembaca juga kan? Apa yang kamu rasakan dan pikirkan saat membaca cerita:

1. Hasil plagiasi;

2. Kontennya provokatif dengan muatan SARA; membangkitkan kemarahan dan kebencian terhadap orang/golongan tertentu, dsb.

3. Menjurus pornografi (konten dewasa yang eksplisit dan berlebihan)

4. Meng-endorse hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai dan moralitas yang kamu anut.

5. Dinilai orang mengajarkan hal-hal yang tidak baik. Walaupun ini debatable, jangan sepelekan kekuatan medsos. Kalau kamu dianggap "merusak" generasi muda, sanksi sosial lebih kejam dan sering tanpa proses pengadilan yang berimbang. Sudah ada beberapa kejadian medsos dijadikan ajang penghakiman dan vonis yang menghancurkan karier seorang penulis, terlepas pro-kontra tentang karyanya.

.

Sebagai pembaca, kamu enggak akan diam saja kan? Minimal ngedumel, berhenti membaca,  dan melabeli penulisnya tidak bertanggung jawab.

Sekarang kalau kamulah penulisnya, apa yang kamu rasa dan pikirkan?

Tahukah kamu, ada etika dalam dunia tulis-menulis, dan menjiplak karya orang lain, sebagian atau keseluruhan, dapat berbuntut tindakan hukum? Kamu bisa mendapat sanksi sosial, yang seringnya lebih seram ketimbang di-blacklist oleh penerbit, atau dituntut merugikan pihak lain.

Ada aturan dan tata cara mengutip karya orang lain. Minta izin dan penyebutan sumber jelas termasuk di dalamnya.

Berkaitan dengan moralitas, jangan mentang-mentang kamu bisa pakai nama palsu di Wattpad, lalu bisa membuat tulisan seenaknya tanpa konsekuensi.

Ya, memang kamu bisa bebas dan enggak kenapa-kenapa. Kamu bahkan dapat follower jutaan. Kamu juga bisa membisukan nurani. Enggak usah baca tulisan model gini yang mengetuk hati dan mencubit kesadaranmu. Cuek saja. Lanjutkan.

Hehe.

Hati dan pikiranmu milikmu sendiri, bukan?

Mungkin. Tapi kamu jadi bagian dari komunitas dunia (maya dan nyata), yang ada interaksi di dalamnya dan menuntut tanggung jawab.

Kamu bisa berkilah bahwa budaya kita terus berkembang. Bagaimanapun bahasa dan karya tulis adalah produk budaya. Apa yang dulu ditabukan, sekarang bebas dipertontonkan. Apa yang dulu dianggap buruk, bisa dipuja-puja sekarang. Apa yang dulu dianggap sampah, sekarang malah dicari dan jadi trendsetter.

Sulit untuk membendung perubahan dan percampuran budaya. Batasan kita pun terus melebar. Sampai suatu ketika, tidak ada lagi batasan itu. Melebur. 

Kita sampai di situasi itu, bukan?

Tapi masih ada kok penulis-penulis yang mempertahankan etika, moral, dan budaya dalam koridor akal sehatnya. Bekerja dalam batasan aman. Menulis dengan hati-hati. Mempertimbangkan orang lain. Memikirkan dan mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul dari tulisannya.

Itu bukti bahwa kita punya banyak alternatif.

Pikiran adalah bibit. Kamu bisa memilih menumbuhkan tanaman produktif atau sekadar gulma.

Itu pilihanmu.


Salam kreatif.
















A Sweet Treat For Wattpad AuthorsWhere stories live. Discover now