Epilogue

12.8K 492 6
                                    

"Daddy...!"

Suara yang memekakan telinga itu memasuki indra pendengaran Daverick dan anggota The Kings yang lain. Tak butuh waktu lama sampai pintu ruangan kerja di Ar company terbuka dengan sangat kasar. Daverick bangkit dari kursinya begitu sosok kecil yang menggemaskan itu menginjakan kaki di ruangannya

Srettt

Hup...

Daverick menghela lega. Begitu pula Erika yang baru saja sampai di depan pintu ruangan Daverick. Hampir saja sosok kecil itu terjatuh karena tersandung kakinya sendiri. Untung Daverick dengan cekatan berlari dan mengangkatnya ke dalam gendongan Daverick

"Hiks..." Isakan kecil mulai muncul

"Sshhh... Princess, jangan menangis... Daddy menangkapmu... Sudah tidak apa-apa" Daverick menepuk punggung anak perempuan itu

"I'm scared Daddy" cicit anak itu disela tangisannya

"Ssshhh... Ada Daddy. Daddy sudah memelukmu jangan menangis sayang... Cup...cup..."

Daverick menenangkan putri kecilnya dan menciumi pipi malaikat kecilnya itu. Daverick terus menggendong dan mengusap punggung putrinya, serta membisikan kata-kata yang menenangkan untuk putrinya sampai akhirnya tangisan itu berhenti

"Jangan menangis lagi, okey?" Pinta Daverick saat putrinya menjauhkan diri, memberi jarak agar dirinya bisa melihat sang ayah

Anak itu mengangguk

"Coba lihat, siapa yang datang..." Daverick menggeser badannya membuat putrinya bisa melihat orang-orang di ruangan ayahnya

"Uncle Io..." Pekik anak itu girang

Anak itu meminta turun dari gendongan Daverick dan segera berlari menerjang Dario

"Hey, Princess... Uncle kengen padamu" ucap Dario sambil mengusapkan hidungnya ke pipi sang keponakan

"Kamu jahat sekali Vannya... Hanya ingat pada unclemu yang itu dan melupakan uncle" sungut Ren

Daverick menggeleng pelan melihat tingkah sepupunya. Daverick menoleh ke kanan saat Erika sudah bersandar di bahunya

"Hello, Queen" ucap Daverick dengan memberikan kecupan singkat di bibir Erika

"Halo juga King"

"Apa Vannya nakal di rumah?"

"Tidak juga. Hanya saja sejak tadi dia merengek untuk ke tempatmu"

Daverick terkekeh. Tangan Daverick kini beralih pada perut Erika yang sudah membuncit

"Kalau anak Daddy yang ini nakal tidak?"

"Tidak. Mereka sangat alim"

Alis Daverick mengernyit

"Mereka?" Tanyanya

Erika mengangguk dia mengeluarkan selembar kertas seperti foto, dan memberikan kertas itu pada Daverick

"Oh, my God!" Ujar Daverick senang

"Thank you so much Queen" Daverick memeluk Erika dan menghujaninya dengan kecupan di pipi, kening dan puncak kepala. Karena Daverick masih ingat ada Vannya disana

Vannya, gadis kecil berusia empat tahun yang memiliki nama lengkap Zevannya Aura Dimitry Ardlan. Putri pertama Daverick dan Erika. Anak manis yang sangat manja pada ayahnya. Bahkan sewaktu bayi, jika Daverick pamit untuk keluar kota barang seminggu anak itu akan menangis kecuali, jika Daverick meluangkan satu hari full untuk mengurusnya sebelum dia berangkat keesokan harinya

"Daddy!!" Jeritan Vannya membuat Daverick segera menoleh dan melihat pipi kanan putrinya sudah memerah

Vannya menangis dengan keras. Daverick dengan sigap menghampiri Vannya dan mengangkat Vannya kembali ke pelukannya. Dia mencium pipi Vannya yang memerah

"Ssshh... Sudah sayang, jangan menangis"

"Uncle Ren jahat!!" Ujar Vannya disela tangisannya

Erika memilih duduk di sofa dan memanggil Dario untuk duduk di sebelahnya. Begitu Dario duduk, Erika langsung bersandar manja di bahu kakaknya

"Biarkan saja, paling juga Ren kena dihajar lagi sama Dave" ucap Erika

Dario langsung menoleh

"Serius?"

"Hn" Erika mengangguk mantap

"Pertama, membuat Vannya menangis saja sudah salah. Apalagi sampai membuat pipi Vannya merah begitu. Huh..! Pasti besok Vannya susah makan karena sariawan" sambung Erika dengan sedikit menguap

Benar saja kata Erika kini Dario melihat Ren tengah dipukul menggunakan kalender yang terletak di atas meja Daverick. Sebelah tangan Daverick menggendong Vannya dan sebelahnya lagi memukulkan Kalender itu dengan cukup keras

"Masih sakit?" Tanya Daverick. Kini Vannya sedang didudukan di atas pangkuan Daverick. Tangan Daverick mengusap pelan pipi tembam Vannya

"Sakit Daddy..." Ujar Vannya masih sesenggukan

"Yang mana yang sakit sayang?"

Vannya membuka mulutnya dan menunjuk bagian dalam pipinya

"Ck!" Daverick mendecak

Dia mengangguk pada Vannya dan memeluk anak itu dengan penuh kasih sayang

"Sudah ya, jangan nangis lagi... Nanti Daddy belikan boneka besar untuk Vannya" ujar Daverick, tangannya masih setia memeluk dan mengusap punggung Vannya dengan lembut dan kini tatapan matanya beralih menatap Ren dengan sangat tajam

"Gue nggak mau tahu ya Ren. Lo pokoknya harus bujuk dia makan setiap hari mulai nanti malem sampai dia sembuh!" Titah Daverick

"Lah kok?"

"Salah lo, cubit pipi Vannya! Sudah tahu dari kecil Vannya nggak bisa dicubit pipinya, masih aja lo cubit! Gue yang bokapnya aja nggak pernah cubit dia!"

"Jahat lo Dave!"

"Lo yang jahat!"

Daverick merasakan napas Vannya yang berhembus teratur. Putrinya sudah tidur. Daverick langsung berdiri, dia membawa Vannya dalam gendongannya menuju ke kamarnya di kantor. Erika mengekor di belakang. Daverick membaringkan putrinya di ranjang king size itu. Erika ikut berbaring dan tak butuh waktu lama sampai Erika terlelap

"Have nice dreams Queen, Princess"

Daverick tersenyum. Hidupnya begitu sempurna dengan mendapatkan Erika sebagai pendampingnya lalu, lahirnya malaikat kecil mereka dan baby kembar yang akan lahir beberapa bulan lagi

Fin

[KAS #1] King And Queen (Of The Underworld)Where stories live. Discover now