• sembilan belas •

2.3K 315 9
                                    

"Apa yang kulakukan?" kataku sambil memandangi pisau yang telah berlumuran darah itu di tanganku. Pandanganku beralih pada tubuh Herra yang tidak bergerak. "Herra, tidak! Apa yang aku lakukan, tidak!"

Pisau di tanganku terjatuh dan aku menjauh dari tubuh Herra, kepalaku terasa sangat sakit dan aku ingin membenturkannya di dinding agar rasa sakit itu berkurang. Aku berlari ke arah dinding dan membenturkannya sekali, berharap sakit yang kurasa bisa hilang.

Sayangnya, ketika kubenturkan ke dinding, bukan rasa sakit yang hilang, melainkan ingatan dan sekelebat bayangan kembali muncul dan membuatku semakin kesakitan. Tiba-tiba aku melihat bayangan Eka yang sedang bermain ponsel di beranda kamar, lalu seseorang mendorongnya hingga jatuh dari lantai dua.

Kemudian bayangan berganti menjadi Brenda yang meminta tolong tapi malah dihantam oleh sesuatu oleh seseorang hingga kepalanya terbentur ke jendela mobil dan meregang nyawa. Air mataku mulai turun, ketika bayangan Oki yang mengiba sambil mengatakan bahwa dia percaya orang itu tidak akan menyakitinya berakhir dengan kematian yang menyakitkan.

"Tidak, tidak mungkin! Siapa yang menyebabkan kematian itu semua?" teriakku sambil terus membenturkan kepalaku di dinding berkali-kali.

Tanganku memegang kening yang berdarah dan kembali menangis ketika bayangan Fian yang terlihat frustrasi dan terpaksa menggantung dirinya sendiri dan bagaimana seseorang membuat menyulut listrik ke air yang membasahi kaki Bima ketika Bima sedang mencuci mobil. Lagi, bayangan itu berganti ketika seseorang memotong kabel bahan bakar mobil yang dikendarai olehku, Jira dan Difa kemudian sengaja membiarkannya agar mobil itu meledak.

"Siapa kamu?" teriakku sambil menarik rambutku sendiri dengan keras. "Siapa kamu dan kenapa kamu membunuh semua teman-temanku?"

Rasa frustrasi yang menderaku semakin membuatku sangat tertekan, berkali-kali bayangan tidak jelas muncul, terutama ketika aku sedang berusaha membakar kartu permainan sialan itu.

"Siapa kamu? Siapa?" teriakku lagi sambil berlari ke depan cermin di sudut ruang makan. "Siapa kamu?"

Tiba-tiba pandanganku menjadi gelap dan aku melihat dengan jelas seseorang mendorong tubuh Juna ke arah truk yang melaju kencang. Lalu berganti lagi pada bayangan ketika seseorang memberi Rista minum yang sudah diberi obat tidur juga muncul, lalu orang itu menyeret tubuh Rista dan menenggelamkannya di kolam renang.

Perlahan semuanya tampak jelas, aku melihat diriku sendiri yang melakukan itu semua. Aku yang sudah membunuh teman-temanku, dengan tanganku sendiri. Dan semua itu kulakukan tanpa sadar.

"Tidak mungkin! Aku tidak mungkin melakukan hal itu! Tidak!" bantahku keras sambil menjambak rambutku kasar. Tanpa sengaja, aku memandang pantulan diriku sendiri di cermin dan melihat bayanganku menyeringai di dalam sana.

"Kamu Tuhan dalam permainan itu, bukan? Dan kamu sudah melakukan tugasmu. Mereka semua harus mati, termasuk Adit," kataku di dalam cermin.

Aku menggeleng. "Tidak, aku tidak melakukan itu semua. Tidak, bukan aku pelakunya!"

Sosok aku di dalam cermin kembali menyeringai, membuatku sangat takut dengan diriku sendiri. "Lihatlah tanganmu sendiri. Tangan itu sudah melakukan tugasnya, menentukan takdir dan kematian semua pemain."

"Tidak, bukan aku! Siapa kamu? Jawab aku, siapa kamu?" tanyaku setengah berteriak..

"Aku adalah kamu, Tika. Bukankah itu jelas? Sangat jelas malahan. Kenapa kamu tidak mau mengakuinya? Kamu adalah pembunuh, lakukan tugasmu agar permainan itu berakhir dan kamu bisa terbebas dari semua ini."

"Aku tidak akan melakukannya! Siapa kamu? Kenapa kamu membuatku melakukan semua hal itu? Jawab aku, sialan!" teriakku lagi sambil memukul cermin hingga retakan muncul di tengah-tengah cermin itu.

The Cursed [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang