chapter 2

4K 236 2
                                    

"Aku selalu percaya jika ia akan sembuh."

***

Hanya Hoseok, Jimin, dan Taehyung yang pergi. Seokjin tidak jadi pergi karena ingin berdiskusi dengan Yoongi dan Namjoon. Sekarang, Jungkook sedang di kamarnya. Entah apa yang sedang dilakukannya. Tapi, mereka bertiga yakin jika Jungkook tidak akan melakukan hal-hal bodoh. Bahkan gunting pun tidak ada di kamarnya. Jika Jungkook ingin melakukan sesuatu yang berbahaya, pasti akan terdengar seperti kejadian guci tadi pagi.

"Apa yang akan kau lakukan, Jin hyung?"

Pertanyaan Namjoon hanya dijawab gelengan pelan dari Seokjin. Seokjin sungguh tidak tahu apa yang harus dilakukan. Jungkook itu sekarang hanya sedikit berbicara. Ia hanya akan bicara seperlunya. "Menurutmu bagaimana, Yoongi hyung?"

Kali ini, Namjoon bertanya dengan Yoongi. Yoongi membuang nafasnya pelan.

"Kurasa, lebih baik Jungkook pergi sekolah normal. Mungkin, itu akan membantu mentalnya."

Namjoon dan Seokjin menatapnya penuh arti. "Tapi, semua keputusan ada pada Jin hyung," lanjut Yoongi.

"Aku setuju dengan keputusanmu, Yoongi. Jungkook ingin sembuh seperti yang kita harapkan," ucap Seokjin sambil bersandar di sofa ruang tengah mereka dan menutupkan matanya.

"Jimin dan Taehyung bisa saja menjaga mereka. Salah satu guru di sekolah itu juga sepupu kita. Jadi, kurasa banyak orang yang akan menjaganya," kata Namjoon sambil menatap kedua kakaknya.

Seokjin hanya mengangguk. "Paman Kim yang akan mengurus surat-suratnya."

"Hyung akan berangkat sekarang?" Tanya Namjoon pelan. "Tidak. Hyung akan berangkat nanti siang. Lagipula, ada Hoseok dan Paman Kim," jawab Seokjin masih dengan memejamkan matanya.

"Kau jangan terlalu banyak pikiran, hyung," ucap Yoongi pelan.

Seokjin kembali mengangguk. "Terima kasih," ucap Seokjin sambil menatap adik-adiknya dan tersenyum.

***

Pecahan guci yang tadi berserakan di kamar maknae line sekarang sudah tidak ada. Jungkook hanya duduk di kasurnya dan melihat ke arah jendela dengan diam. Sebelum Seokjin berdiskusi dengan Yoongi dan Namjoon, ia mengantarkan Jungkook ke kamar dan membersihkan pecahan. Awalnya, hanya keheningan yang tercipta di antara mereka berdua. Sampai, Seokjin angkat bicara.

"Apa kau serius ingin pergi ke sekolah, Jungkook-ah?"

Tanya Seokjin masih dengan tangan yang membersihkan pecahan guci. Jungkook hanya terdiam. Tidak berniat untuk menjawab. "Hyung hanya ingin tahu keseriusanmu, Jungkook-ah," lanjut Seokjin. Kali ini, iya menatap Jungkook. Jungkook masih terdiam. Menatap balik Seokjin saja tidak apalagi menjawab perkataan Seokjin.

"Jangan takut, Jungkook-ah. Hyung hanya ingin mendengarkan alasanmu," ucap Seokjin lagi. Kali ini, lantai kamar maknae line sudah bersih. Seokjin tinggal membuang pecahan guci yang sudah dia kumpulkan dalam kotak kecil.

Jungkook membalas tatapan Seokjin. Sungguh, Seokjin tidak ingin melihat tatapan itu. Tatapan seakan-akan Jungkook tidak ingin hidup lagi. Sama seperti lima tahun yang lalu.

"Aku ingin mati! Biarkan aku mati, hyungdeul!" Teriak seorang anak kecil berumur sebelas tahun. Oh, Tuhan. Anak kecil ini yang bernama Jungkook ingin mati diumurnya yang masih sangat muda.

Kakak pertamanya‒Seokjin, memeluknya dengan erat. Sampai pada akhirnya, laki-laki berjas putih memberikannya obat bius. Lambat laun, sebelum Jungkook kehilangan kesadarannya, ia masih sempat berucap dengan lirih.

"Biarkan aku pergi."

"Jungkook-ah," ucap Seokjin pelan. Menunggu jawaban dari adik bungsunya. "Tidak apa-apa jika kau tidak ingin memberitahuku alasannya. Hyung akan memikirkannya, Jungkook-ah," lanjut Seokjin sambil berjalan ke arah pintu. Sebelum menutup pintunya, ia melihat ke arah Jungkook sambil tersenyum tipis.

"Aku hanya ingin sembuh, hyung."

Jungkook berucap pelan saat Seokjin menutup pintu. Seokjin dapat mendengar jawaban Jungkook dan hanya tersenyum mengiyakan.

***

"Taehyung-ah."

Ucap Jimin di antara suasana ramai di kantin sekolah mereka. Saat ini, Jimin dan Taehyung sedang makan siang di kantin sekolah.

"Hmm.." gumam Taehyung sambil memakan makanannya. "Aku memikirkan perkataan Jungkook tadi. Apa menurutmu itu baik-baik saja?"

Taehyung tahu jika saudara saat ni tengah khawatir dari ucapannya. Tapi, Taehyung juga sama seperti Jimin. Ia khawatir.

"Aku juga tidak tahu, Jimin-ah. Tapi, kurasa itu akan lebih bagus untuk membantu Jungkook menghilangkan rasa cemasnya," ucap Taehyung sambil mengedipkan salah satu matanya dan tersenyum lebar. Mau tak mau, Jimin juga ikut tersenyum melihatnya.

"Aku selalu percaya jika ia akan sembuh, Taehyung-ah."

"Kita semua percaya itu, Jimin-ah."

***

"Padahal kau masih libur. Tapi, kau terlihat sibuk."

Perkataan Seokjin membuyarkan konsentrasi Namjoon. Namjoon langsung menatap Seokjin sambil tersenyum. "Belum berangkat?" Tanya Namjoon.

"Ini mau berangkat. Tapi, aku penasaran apa yang dilakukan adikku ini sampai wajahnya sangat serius," ucap Seokjin sambil terkekeh. Namjoon hanya menggarukkan kepalanya yang tidak gatal. "Oh, ya. Jika kau mencari Yoongi, ia ada di ruang labnya. Ia harus membuat lagu untuk salah satu idol nanti," lanjut Seokjin.

"Baiklah, hyung. Uhm, aku hanya meneliti kecelakaan appa dan eomma serta Jungkook. Sebenarnya, Jungkook agak sulit karena bukan bidangku.

Seokjin tersenyum kecil mendengar ucapan Namjoon. "Apa yang kau dapat, Namjoon-ah?"

"Seperti yang kita ketahui, itu murni pembunuhan melalui lambang yang ia tinggal di tubuh eomma dan appa. Aku hanya mencari siapa pelakunya. Namun, itu sangat sulit, hyung," jawab Namjoon kesal. Seokjin hanya menggelengkan kepalanya.

"Kita akan menangkapnya, Namjoon-ah."

"Aku tahu itu, hyung."

Hoseok is calling...

"Yeobeoseyo, Hoseok-ah?" Tanya Seokjin langsung saat menjawab panggilan Hoseok. Namjoon mengernyitkan dahinya.

'Pasti hal penting. Mungkin perusahaan.' Itu pikir Namjoon.

"Jin hyung, datanglah ke perusahaan sekarang! Terjadi pembunuhan!"

-tbc.

02 july 2018.

jangan lupa vote dan commentnya~

slepytae.

LIFE | BTS [on hold]Where stories live. Discover now