chapter 3

3.1K 236 2
                                    

Rasa sayang kakak kepada adik sangat dalam.

***

"Bagaimana keadaanmu, saeng?"

Yoongi sudah menyelesaikan beberapa nada untuk lagu yang dibuatnya. Karena merasa lelah, Yoongi pergi ke kamar maknae line. Jungkook di dalam, menatap ke arah jendela yang mana sudah menjadi kebiasaannya lima tahun terakhir ini.

Jungkok hanya menoleh dan terdiam. Mendapati kehadiran salah satu kakaknya yang sedang duduk di kasur Taehyung. Kasur Taehyung ada di tengah-tengah kasur Jungkook dan Jimin.

Jujur saja, Yoongi merindukan tawa adik bungsunya ini. Dulu, ia bersama Taehyung dan Jimin selalu membuat keributan di pagi hari dengan candaan mereka. Membuat ayah mereka menggelengkan kepala dan ibu yang hanya melihat kelakuan mereka dengan senyum tertahan. Sungguh, tidak ada yang bisa dihilangkan rasa rindu yang terus ada. Rasa rindu kebersamaan mereka.

"Sejujurnya, hyung bahagia kau mengatakan keinginanmu saat sarapan tadi," tidak ingin mengingat masa lalu, Yoongi mengajak Jungkook berbicara. Walaupun hanya sedikit kemungkinan Jungkook akan menjawabnya. "Itu seakan-akan kau sudah mulai membaik," lanjut Yoongi.

Yoongi hanya melihat punggung Jungkook yang membelakanginya.

"Sepertinya yang kau lihat di jendela itu lebih menyenangkan daripada memulai pembicaraan dengan hyung."

Yoongi berjalan ke samping Jungkook dan melihat apa yang dilihat Jungkook. Dua orang anak kecil laki-laki sedang bermain sepeda dengan seragam sekolah dasar yang masih melekat di badan mereka. Yoongi menatap Jungkook sendu. Ia tahu, adiknya ingin sembuh. Sangat ingin malahan.

Yoongi mengusap kepala Jungkook dengan lembut. Jungkook menundukkan kepalanya dan Yoongi yang menatap jendela.

"Aku ingin sembuh, hyung."

Jungkook berucap dengan sangat pelan. Namun, Yoongi masih dapat mendengarnya. Yoongi pun menyadari jika Jungkook sudah meneteskan air mata. Tapi, Yoongi hanya diam dengan tangan yang masih mengusap kepala Jungkook.

***

Setelah hampir dua jam di kamar maknae line menemani Jungkook sampai tertidur, Yoongi pergi ke dapur mengambil air minum. Saat ia selesai minum, ia baru menyadari jika Namjoon sedang duduk di ruang tengah. Namjoon terlihat gelisah dari wajahnya yang membuat Yoongi mendekatinya. Yoongi belajar sedikit tentang ilmu psikologi dan ilmu psikiatri. Oleh karena itu, ia sangat yakin jika Namjoon sedang gelisah.

"Apa yang terjadi? Kau terlihat sangat gelisah."

Yoongi duduk di samping Namjoon. Ia melihat ke arah meja. Terdapat foto-foto seperti mobil dan mayat. Yoongi tahu, foto itu adalah foto kecelakaan lima tahun yang lalu.

"Aku hanya khawatir, hyung. Dua jam yang lalu, Jin hyung menerima telepon dari Hoseok yang membuat Jin hyung langsung pergi sampai melupakan bekal makan siang yang sudah ia siapkan untuknya dan Hoseok," jelas Namjoon sambil memejamkan matanya.

"Apa kau tahu, apa yang sedang terjadi?"

"Jin hyung menyuruh kita untuk hati-hati dan jangan lupa langsung pulang setelah menjemput Taehyung dan Jimin di sekolah. Jin hyung mengatakan jika terjadi pembunuhan di perusahaan."

"Pembunuhan?!"

Baiklah, Yoongi sangat terkejut sekarang.

"Lalu, bagaimana keadaan Hoseok dan Jin hyung?" Yoongi berusaha untuk tetap tenang meskipun ia langsung khawatir setelah mendengar ucapan Namjoon.

LIFE | BTS [on hold]Where stories live. Discover now