chapter 19

1.8K 191 21
                                    

Jangan lupa vote dan komentar ya❣

Seokjin tidak pernah menyesal saat masa mudanya harus diganti dengan kesulitan hidup yang dialami keluarganya. Bahkan saat ia disuruh untuk tetap bekerja ketika masa SMA, Seokjin tidak pernah menyesal ataupun berpikir mengapa hidupnya di masa muda harus seperti itu. Meskipun ada saat ia lelah, Seokjin tidak pernah mengeluh. Lelah itu wajar. Seokjin hanya teringat akan adik-adiknya. Jika perusahaan ayahnya bangkrut, Seokjin rasa ia perlu menjual beberapa organ dalamnya saja untuk menafkahi keenam adiknya.

Beruntungnya, Seokjin mampu bertahan. Ia tidak menjual organ-organ dalamnya. Ia berjuang untuk bekerja dan tetap menyelesaikan pendidikannya. Mengurus Jungkook dengan sabar ketika Jungkook mengamuk. Mengurus Jimin dan Taehyung agar mencoba baik-baik saja di hadapan Jungkook. Membiarkan Yoongi melanjutkan kegiatan musiknya untuk membantu keuangan keluarga. Mengajarkan Hoseok secara perlahan dan sabar ketika Hoseok menemuinya dan mengatakan jika dia yakin untuk masuk bisnis agar membantu perusahaan. Meminta Namjoon agar menjalankan kehidupannya tanpa sering berperang dengan buku-buku sekolah.

Berkat Seokjin yang bertahan, keenam adiknya juga bertahan.

Kim Ahjussi bahkan tidak bisa berhenti menangis saat Seokjin meraih peringkat empat terbaik di kelulusan kuliahnya. Kim Ahjussi bangga pada Seokjin.

"Seharusnya aku mati saja saat itu. Mereka berdua pasti tidak akan seperti ini."

Lalu, saat mendengar ucapan Jungkook, Seokjin tahu jika Jungkook lelah. Seokjin tahu jika Jungkook hampir ingin menyerah. Padahal, Seokjin juga tahu jika Jungkook sangat ingin sembuh. Sangat ingin bisa bermain lagi dengan Jimin dan Taehyung. Sangat ingin menjahili para hyung-nya lagi seperti dulu.

Yoongi yang di samping Jungkook hanya menghela nafas pelan lalu menatap ke arah Seokjin. Seokjin pun meletakkan laptopnya di meja lalu menghampiri Jungkook.

"Jungkook-ah, ingin ke taman rumah sakit bersama hyung?"

***

Sebanyak usaha apapun yang Jimin lakukan sedari tadi, dia masih tidak dapat menangkap pelajaran Biologi sekarang ini. Pikirannya sekarang ini hanyalah kedua kakaknya, Hoseok dan Namjoon. Hampir sepanjang pelajaran, Jimin berdoa dalam hati semoga mereka berdua lekas sadar dan sembuh. Jimin takut kehilangan. Sudah cukup kedua orang tua mereka yang pergi meninggalkannya saat ia sangat muda. Jangan para hyung-nya lagi sekarang. Jimin masih ingin melihat seluruh saudaranya menikah lalu punya anak, bahkan dipanggil kakek nantinya.

"Asam sianida sangat berbahaya bagi tubuh dan bisa menyebabkan kematian meskipun jika menelannya sedikit."

Asam sianida.

Jimin langsung tersadar dari lamunannya. Ia ingat jika dirinya dan Taehyung keracunan karena asam sianida di acara ulang tahun perusahaan Yoonha Ahjussi. Jimin bahkan sangat terkejut ketika ia mengetahui masih dapat hidup padahal keracunan asam sianida.

Jimin pun mengangkat tangannya, ingin bertanya. "Ya, Park Jimin?"

"Ahn ssaem, apakah ada kemungkinan asam sianida tidak dapat mempengaruhi kematian? Lalu, apakah itu akan memiliki pengaruh di masa yang akan datang?"

"Misalnya asam sianida dibuat dalam minuman dalam kadar yang sangat sedikit, kemungkinan tidak akan membuat kematian. Lalu, ada beberapa minuman yang dapat mencegah asam sianida. Maksudnya mencegah di sini, tidak mencegah secara seutuhnya. Namun, mengurangi kadar asam sianida dalam minuman," Ahn ssaem menatap anak-anak lain sebelum melanjutkan, "Pada masa nanti, asam sianida itu tidak akan terpengaruh. Sistem kerja organ tubuh kita sangat baik. Ssaem tahu kau sangat cerdas dan paham maksudnya. Fungsi organ hati untuk menetralkan racun. Kemungkinan racun-racun bekas asam sianida sudah dinetralisasikan oleh hati. Makanan yang kita makan belum tentu bersih dari bakteri-bakteri maka dari itu organ tubuh kita berperan sangat penting."

Ahn ssaem menghela nafas dan menatap ke arah Jimin sebelum melanjutkan. "Sianida sendiri juga dapat ditemukan di sekitar kita seperti asap rokok salah satunya. Asap rokok hanya memiliki kadar sedikit untuk asam sianida. Namun, jika kita setiap hari merokok dan menghirup asapnya setiap hari, tidak menutup kemungkinan jika akan memiliki dampak yang lainnya selain rusaknya paru-paru."

Ahn ssaem pun tersenyum, "Tidak perlu khawatir, Jimin. Ssaem yakin kau dan Taehyung akan baik-baik saja."

Hampir seluruh murid dan guru di sekolah sudah tahu alasan Jimin dan Taehyung sakit tempo hari karena keracunan asam sianida. Jimin pun tersenyum sembari mengangguk kecil ke arah Ahn ssaem.

***

Sebelum Taehyung pergi ke kantin menemui Jimin yang mungkin saja sudah menunggunya, Yugyeom lebih dulu menghampiri Taehyung di depan kelas sekarang ini di jam makan siang.

"Oh, Yugyeom."

Yugyeom membungkuk sedikit, masih menunjukkan kesopanannya di hadapan Taehyung. Taehyung yang melihatnya pun hanya berdecak pelan. "Jangan seperti itu lagi. Sejujurnya, terlihat aneh."

Taehyung terkekeh pelan. "Oh, aku dengar kau pulang sekolah lebih dulu kemarin karena ibumu pingsan. Apakah ibumu baik-baik saja?"

Taehyung teringat saat mendengar percakapan beberapa temannya tadi pagi mengenai ada adik kelas yang pulang terlebih dahulu karena ibunya pingsan. Penasaran siapa yang di maksud, Taehyung pun bertanya kepada temannya dan sangat terkejut ketika tahu ibunya Yugyeom yang pingsan.

"Ibuku baik-baik saja, hyung. Ternyata, itu hanyalah panggilan iseng dari orang yang kurang kerjaan atau mungkin mengancam."

Taehyung mengernyitkan dahinya, tidak paham maksud dari perkataan Yugyeom. Mengancam?

"Syukurlah kalau begitu. Oh, apakah kau ingin menanyakan Jungkook?" Taehyung mengangguk-angguk kecil sebelum melanjutkan, "Jungkook sedang istirahat. Dia menangis sangat lama kemarin dan sedang menjernihkan pikirannya sekarang."

"Semoga cepat sembuh untuk Jungkook, hyung. Aku juga dengar jika kedua kakak kalian kecelakaan. Semoga mereka baik-baik saja."

"Terima kasih, Yugyeom-ah."

Yugyeom yang sedari tadi memegang kotak makan yang sedikit besar—tidak disadari oleh Taehyung sedari tadi, Yugyeom langsung berbicara sambil menyerah kotak makan kepada Taehyung. "Hyung, kemarin Jungkook meminjamkan kotak makan padaku. Aku berikan padamu sekarang karena Jungkook tidak ada."

Yugyeom mengedipkan matanya berulang kali. Taehyung yang melihat ke arah kotak makan, menahan diri untuk tidak terkejut lalu menerima kotak makan yang dikasih Yugyeom. "O-oh, benarkah? Ini memang kotak makan Jungkook. Terima kasih sekali lagi, Yugyeom-ah."

Yugyeom tersenyum kecil dan mengangguk. "Kalau begitu, aku pergi ke toilet dulu, hyung. Titipkan salamku pada Jimin hyung di kantin."

Yugyeom pun pergi meninggalkan Taehyung yang masih mempertahankan senyuman di wajahnya. Melihat Yugyeom yang sudah menghilang dari pandangannya, Taehyung langsung berjalan dengan langkah yang sedikit cepat menghampiri Jimin yang ada di kantin. Tidak perlu waktu lama untuk mencari kembaran tidak identiknya itu, Taehyung langsung duduk di hadapan Jimin sambil meletakkan salah satu jarinya di mulut dan tersenyum sedikit bercanda.

Taehyung pun meletakkan kotak makan di hadapan Jimin dan membuka mulut tanpa suara, "Diamlah."

Jimin terkejut ketika menemukan tulisan kecil dan rapi menggunakan spidol tepat di atas tutup kotak makan itu.

Ada yang mengawasi kita. Di dalam kotak makan ini, aku sudah menuliskan alasan mengapa aku meminta kalian untuk menjauhkan Jungkook dari Shin Yoonha.

-Yugyeom.

-tbc.

Terima kasih untuk vote dan komentarnya❣

Doakan semoga cepat-cepat update💕

-12 August 2019-

-myouniversel.

LIFE | BTS [on hold]Where stories live. Discover now