DUA - ARUNA DAN DYLAN

238 12 0
                                    

Engkau datang tak kuundang

Dan kau berhasil membuat mataku tak bosan memandang

Jauh hati aku meradang

Akan rasa yang kau kenang

Terlalu jauh aku kejar melayang

Hingga aku lupa jalan menuju pulang

BANDUNG.UNIVERSITAS PELITA BANGSA

Suatu hari aku diundang oleh sebuah perasaan aneh. Perasaan yang aku sadari itu adalah hal yang kubenci, perasaan mencintai. Aku tak pernah mencintai siapapun bahkan aku tak tahu aku layak dicintai atau tidak. Mencintai hanya simbol dimana kamu terlena dengan apa yang kau sebut rasa hanya kamu saja yang terlalu polos dan naif mengakui bahwa Cinta hanya datang untuk menawarkan luka bukan rasa bahagia.

"HEH KAMU!, iya Kamu! Sini" Ryan memanggil mahasiswa baru karena terlambat datang tepat waktu. Percayalah, Ryan bukan tipekal yang galak hanya saja karena skenario yang harus dia perankan sebagai kakak senior diharuskan untuk dirinya tegas.

Mahasiswa baru itu mengikuti perintah Ryan, mereka berdua menyelinap ke belakang tenda berwarna biru muda.

"Hampura yeuh lur, urang nyentak nya. Kumaha atuh urang kudu tegas, euy" Ryan meminta maaf atas apa yang barusan terjadi, perasaan tak enaknya melebihi apapun. Ryan seseorang yang tidak pernah marah sekalipun sedang kesal.

"Pokoknya kamu disini, berdiri menghadap tiang bendera. Oke?" perintah Ryan kepada mahasiswa baru itu, ada beberapa mahasiswa juga yang sedang bersikap sempurna didepan tiang bendera.

"Yan, mangsa deui tuh" teriak senior yang lain memanggil Ryan, Ryan melihat seorang mahasiswi baru tergopoh-gopoh berlari menuju tenda biru muda. Ryan mengeluh, sejujurnya tidak ingin mengulangi hal yang sama. Memarahi junior tanpa alasan. Jika bukan ajakan aku mungkin Ryan tidak akan gabung dengan Badan Legislatif Mahasiswa, Ryan pintar dan berinovasi tinggi namun jiwa pemimpin tidak ada dalam diri Ryan.

"Udah, biar gue aja. Lagian ngakunya senior tapi ga bisa tegas, kumaha sih maneh?"

Ryan bersorak lalu berlari ke arah tenda fakultas.

"Nama kamu siapa?"

"A.. aruna, Kak"

"Koq bisa terlambat?"

"Maaf kak, tadi aku...."

"Keliling lapangan basket 10 putaran"

"Tapi kak ˗˗"

"20 putaran"

"Baik kak"

Aruna menurut. Perasaanku campur aduk, namun sebagai ketua BLM aku harus bertindak tegas bahkan harus lebih tegas dari siapapun.

"Anak siapa tuh yang disuruh lari sama kakak ganteng" Ryan tepat berada dibelakangku, menggandeng gebetan barunya.

"Sialan lo! Eh mangsa baru?" balasku setengah berbisik

Ryan mengangguk.

"Eh tapi yakin deh, ga keterlaluan lu nyuruh cewek semanis dia lari panas-panas gini. Bukan apa-apa takutnya malah dia Ping ˗˗"

BRUGG!!

Belum selesai Ryan bicara, Aruna terjatuh. Dia pingsan. Aku dan Ryan berlari sekuat tenaga. Menggotongnya ke tempat teduh, lalu memindahkannya dengan tandu ke poliklinik kampus.

RUANG LUKA (END)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin