SEPULUH - BERTEMU BIRU

62 1 0
                                    

Aku meringkuk bungkuk

Malam kian larut tanpa surut

Aku masih pada perasaan lama

Ketika malam pekat menjelma

Dia hadir bagai petir

Dia hilang seperti bayang

Sebegitu rindunya kah aku

Hingga pahit yang kurasa tak lagi terasa?

Aku tidak pandai untuk menghias diri apalagi untuk seorang lelaki yang aku saja tidak mempunyai perasaan apapun. Mahesa memang menarik juga tampan, namun aku sama sekali tidak tertarik dengannya. Sudah lama aku tidak merayakan malam minggu dengan seorang lelaki, terakhir kali ketika aku masih menjadi kekasih Biru.

Jujur, selama aku pacaran dengan Biru, aku sama sekali lebih menginginkan untuk menghabiskan malam minggu hanya dirumah saja – hanya sekedar menonton tv atau makan malam – dan Biru juga mempunyai prinsip yang sama. Biru bukan lelaki yang royal , dia sederhana namun perasaannya melebihi kata sederhana dan itu sebelum Biru pergi, sebelum Biru berubah.

Aku menarik diri untuk berkaca, tidak ada yang special. Hanya menggunakan kaos,jacket dan celana jeans sobek berwarna biru langit. Mahesa akan menyukai penampilanku malam ini atau tidak, aku tidak perduli. Ponsel ku berdering, pesan dari Maya.

"Nay, sorry banget gue gak bisa pergi nonton. Perut gue mendadak mules banget, gak lucu kan depan Mahesa gue kentut mulu. Mungkin ini efek soto dengkul dengan saus sambel 10 sendok tadi siang, Sorry banget ya Nay. Have fun yah :*"

SHIT !

Aku tidak mau jika tidak ada Maya, lebih tepatnya aku tidak mau jika aku hanya berdua dengan Mahesa duduk berdampingan menonton film romantis dengan seorang boss di kantorku. Aku tidak bisa. Kemudian aku memastikan untuk menelepon Mahesa, untuk membatalkan acara malam ini. Belum aku menelepon Mahesa, namun Mahesa sudah terlebih dahulu meneleponku.

"Aku sudah berada didepan rumahmu, kamu sudah siap?"

"Sudah" Singkatku

Entah kenapa kata-kata itu melesat tanpa permisi keluar dari mulutku, nyatanya aku ingin membatalkan acara malam ini dan aku pula yang merasa mengiyakan ajakan Mahesa. Jujur aku serba salah.

Malam itu Mahesa tampil elegant, dengan kemeja tangan panjang berwarna abu-abu dengan dua kancing atas sengaja dia buka membuat aku semakin salah tingkah. Mahesa tersenyum memperilahkan aku masuk ke dalam mobil berwarna biru tua nya itu, dari kejauhan mobil sedan itu berkilat memukau dan biar aku tebak ini mobil pasti salah satu mobil baru yang dimilki Mahesa. Bagaimana aku tahu? Karena aku sama sekali baru pertama kali melihat mobil ini.

Aku masuk ke dalam mobil, aroma pengharum ruangan begitu menyesakkan indera penciumanku lalu Mahesa masuk duduk dibelakang kemudi. Aroma pengharum ruangan bertabrakan dengan parfum milik Mahesa. Aroma parfum Mahesa kini lebih dominan dibandingkan pengharum mobil itu sendiri.

"Maya....."

"iya aku tahu, tadi dia meneleponku. Kamu tidak keberatan kan jika kita nonton berdua?" katanya

"Tentu saja tidak" singkatku dan lagi aku merasa aku membohongi diriku sendiri.

Sepanjang perjalanan menuju Mall Grand Indonesia aku memilih diam, sesekali Mahesa melirikku dan cepat-cepat aku menyibukkan diri dengan apapun. Asli aku merasa tidak nyaman sama sekali, mungkin jika posisi aku diganti oleh perempuan yang menyukai Mahesa akan berbeda ceritanya, mungkin perempuan itu tidak akan lepas menatap Mahesa bahkan mungkin tidak akan melepaskan genggaman tangannya. Dan aku justru sedang dalam posisi serba salah.

RUANG LUKA (END)Where stories live. Discover now