SEBELAS - BUNGA MAWAR

70 2 0
                                    

Jika pernah merasakan luka, Rayakanlah.

Karena itu alasan kamu semakin kuat untuk sebuah hubungan yang baru.

***

"SELAMAT PAGI Kanaya" Darren menyapaku ketika aku baru saja membuka pintu rumahku

"Pagi. Darren" balasku singkat, sebelum menutup pintu rumahku.

Pandanganku terarah pada satu bucket bunga mawar yang tergeletak dibawah pintu. Aku mengambilnya, bunga mawar masih tampak segar. Aku menerka nerka siapa orang yang mengirimkan bunga mawar kerumahku. Pandanganku beralih ke Darren yang sedang duduk didepan rumahnya, satu cangkir kopi terlihat disampingnya. Belum aku bertanya, Darren sudah menjawab.

"Beruntung ya pagi-pagi sudah dikirimin Bunga" katanya

"Maaf Darren, tapi kamu tahu siapa yang ngirimnya?"

"Kalau siapa yang ngirim saya gak tau, tapi dia pakai mobil mewah tadi pagi"

Pikiranku tak salah lagi, ini pasti Mahesa.

Aku menyimpan bunga itu lalu berangkat ke kantorku. Namun Darren menghalauku.

"Nggak bareng aja, Kanaya ?"

"Nggak deh saya pakai taksi aja"

"Gak apa-apa lagian kita searah, bukan?"

Ada anggukan dari kepala Darren dan aku menyetujui anggukan itu.

Dan akhirnya pagi itu aku bersama Darren, aku dan Darren cukup akrab sebagai dua orang yang baru kenal. Darren tipekal orang yang gampang bergaul dan asyik untuk diajak mengobrol.

"Jadi lo tinggal terpisah dengan keluarga kamu, Nay?"

"Yap. Keluarga gue sebenarnya masih tinggal di Jakarta juga, tapi sesekali mereka suka main koq kerumah"

Darren mengangguk.

"Lalu lo sendiri?" aku membalas pertanyaan yang diajukan oleh Darren.

" Bokap dan Nyokap gue ada di Medan, gue sudah merantau sejak SMA dan tinggal di Jakarta bareng Om gue"

"Terus kenapa tidak menetap di Singapura?"

"Maunya sih, Cuma sekarang gue lagi coba untuk ngobatin saudara gue"

"Sakit?"

"Yess, dia mengidap kanker hati stadium dua. jadi gue mutusin untuk balik dulu ke Jakarta, ya walaupun banyak dokter disini tapi masa tega sih saudara kita diurus oleh orang lain, yegak?"

Aku manggut-manggut.

"Jadi logikanya, memprioritaskan orang terdekat dulu lah" katanya

***

Sesampainya aku di kantor, belum sempat aku duduk di kursi ku. Rianti, sekertaris Mahesa memanggilku.

"Dicariin pak Mahesa tuh"

Aku menurut, aku menuju ruangan Mahesa di lantai 28. Didalam lift aku bertemu dengan Anya, wakil divisi advertising. Anya tersenyum, aku membalasnya. Pintu lift terbuka , aku sudah berada dilantai 28. Anya didepanku, langkahnya sama denganku. Sama -sama menuju ruangan Mahesa. Dan benar saja, disana juga ada Pak William yang sedang duduk di kursi didepan ruangan Mahesa. Aku, Anya dan Pak William saling bertukar pandang.

Tidak lama, Mahesa keluar dari ruangan kerjanya. Dia memakai kemeja dan Jas berwarna maroon. Lengannya pengap karena otot yang sering dia latih, dia menatapku. Tersenyum lalu mempersilahkan aku,Anya dan Pak William untuk masuk secara bersamaan. Aku masih tidak mengerti apa yang terjadi.

RUANG LUKA (END)Where stories live. Discover now