DELAPAN BELAS - LUKA YANG KEMBALI HADIR

55 3 0
                                    


AKU MENIMANG NIMANG – kartu nama milik Kelana. Aku sedang mendiskusikan tentang perjalanan ku ke Bandung untuk bertemu dengan Kelana, kini hati dan pikiran sepakat ingin cepat-cepat bertemu dengan Kelana karena rindu tak ingin kembali tertahan oleh sebatas mimpi. 

"Jadi lu sama Mahesa nggak jadian?" Kata Maya esoknya di kantin belakang kantor
Aku menggeleng.

"Iya sih, nggak baik juga memberikan harapan terlalu lama untuk orang sebaik Mahesa dan juga ga baik membohongi perasaan yang sebenarnya lu sendiri ga punya buat Mahesa"

"Tapi jujur gue ga enak sih, May"

"Pasti. Tapi ya untuk apa juga lu menjalin hubungan atas landasan ga enak, cinta kan ga sesederhana itu, Nay. Lalu rencana lu kedepan apa?"

"Gue harus ke Bandung, May"

"Jadi lu mau nyamperin cowok yang lu temuin di Perth. Siapa namanya?"

"Kelana," balasku

"Nay. Gue boleh menanyakan sesuatu, emang sih ini bukan urusan gue. Tapi gue penasaran aja"
Maya mendadak serius, jika sudah begini pasti ada hal yang benar-benar mendesak dirinya.

"May, kita temenan dari jaman kuliah. Cerita aja kali"

" sli gue ga enak harus bilang ini, tapi apa benar lu udah benar-benar lupa dengan Biru?"

DEG!

Entah kenapa serta dengan alasan apa Maya mengungkit tentang Biru, sebenarnya aku tak ingin kembali membahas tentang Biru. Tapi untuk apa juga Maya menanyakan hal itu.

"May, jujur dengan gue bertemu dengan Kelana, luka yang Biru tinggalkan sedikit menghilang. Dan kamu harus tahu bahwa Biru telah meninggalkan aku begitu saja, sakit itu masih ada. Tapi aku mencoba menyebuhkan hati bertahun-tahun, dan aku sadari ruang hatiku bukan untuk Biru saja, tapi juga orang lain yaitu Kelana. Dan kenapa lu mendadak menanyakan hal ini?"
Maya gelagapan, ada perasaan tidak enak dari raut wajahnya. 

"Nggak apa-apa,Nay. Gue kadang mikir aja ketika lu sudah dengan orang lain tiba-tiba Biru datang dengan penjelasan yang mungkin masih lu butuhkan"

"Dan jikapun dia kembali. Aku mungkin bisa menerima penjelasan namun tidak untuk membuka hati kembali"

Maya menghela nafasnya lalu mengangguk menerima segala jawabanku atas pertanyaannya. Maya adalah orang yang mengenalkan aku dengan Biru pun Maya yang juga menyuruhku untuk dekat dengan Mahesa ketika tahu aku telah dikecewakan oleh Biru. Lantas kenapa Maya menanyakan hal tentang Biru ketika aku mencoba dekat dengan Kelana?

*** 

AKHIR PEKAN – menjemputku sebagai sesuatu yang menyenangkan. Jumat malam aku menyiapkan segala hal yang aku perlukan, aku segera menjemput hatiku yang tertinggal pada lelaki bernama Kelana. Bermodal kartu nama yang diberikan Mahesa aku siap mengarungi Bandung esok hari. Ketika aku sedang mebereskan pakaianku didalam koper, sebuah benda mungil berbentuk menara the bell tower terjatuh. Itu adalah miniatur the bell tower yang sengaja aku belikan sebagai oleh-oleh untuk Darren. Namun aku semenjak kepulanganku dari Perth, aku belum bertemu dengannya. Dan malam ini aku mencoba mengunjungi rumahnya.
Sebuah mobil terparkir didepan rumah Darren, dan itu artinya Darren sedang berada didalam rumahnya. Aku mengetuk pintu beberapa kali, tidak ada jawaban. Pintu berdecit terbuka sendiri, perlahan aku membuka pintu rumah Darren dan ini untuk kali pertama aku masuk rumahnya. Rumah bercat coklat dengan beberapa kayu sebagai ornamen utama. Sebuah soffa berwarna coklat menantang tungku perapian didepannya, ada seseorang menghadap tungku perapian. Duduk disebuah soffa, matanya tertuju pada api yang sedang melumat. Perlahan aku mendekati lelaki itu. 

RUANG LUKA (END)Where stories live. Discover now