EMPAT BELAS - PAMERAN DAN PEMERAN

55 2 0
                                    

Part of KELANA

Jika tanah asing saja menawarkan bunga-bunga Indah, lantas mengapa tak kau petik  kamu berlama-lama terkungkung dalam kisah basi, toh dia tak akan kembali lagi. Patuhi saja mau mu, turuti saja kehendak Semesta karena sebagai pemeran, kita hanya bisa digerakkan oleh skenario.


Pintu itu diketuk beberapa kali. Johan. Dia sudah tidak sabar untuk segera hadir di pameran pagi ini, pun demikian dengan Densu dan Irfan. Mereka sudah tampak rapih dengan kemeja dan dasi menjulur terbenam sebuah jas, aku menyuruhnya menunggu di lobby hotel karena aku harus m empersiapkan bahan untuk presentasi didepan guide yang nantinya mampir ke stand galeriku. Mereka menurut.

Lima menit kemudian, setelah aku sudah siap dengan segala persiapanku. Pintuku diketuk lagi, aku membukanya. Tiara. Dia berdiri diambang pintu dengan gaun berwarna hitam dan tas bermanik mengkilat, Tiara tampak elegant. Dia sengaja menungguku karena perintah Johan. Aku berjalan dengan Tiara menuju lift . Aku memasuki lift bersama Tiara didekatku, Pintu lift terbuka.

Didalam lift ada seorang perempuan dengan gaun berwarna biru, rambutnya dia ikat. Perempuan itu tersenyum padaku. Perempuan itu adalah Kanaya. Perempuan yang beberapa kali bertemu denganku. Aku mengangguk dingin kepadanya. Tidak ada suara selama lift itu turun. Begitupun dengan Kanaya, dia hanya diam saja.
Johan, Densu dan Irfan sudah menungguku di lobby. Aku dan Tiara berjalan menuju mereka. Kanaya berjalan sendiri menuju pintu lobby menghampiri seorang yang aku tebak adalah supir pribadinya. Ujung matanya menatapku, aku buru-buru memalingkan wajahku – tak ingin ketahuan kalau aku pun diam-diam memperhatikannya. Tiara menyenggolku, membuyarkan semua.

“Kamu kenal, Kel. Sama perempuan tadi?” Tiara menginterogasiku didepan Johan.

“ Nggak. Tapi yang aku tahu dia perwakilan dari Brailey Company,sponsor utama”
Tiara mengangguk pelan, dia memang sudah tidak nyaman ketika Kanaya tersenyum padaku tadi.

“ Tapi dia cantik juga loh” celetuk Densu

“ Ehem!” Tiara berdehem mengisyaratkan bahwa dia tak kalah cantik.

“ Tapi lebih cantik Tiara dong jelas” Ujar Densu

Untuk pertama kalinya aku menyesal tidak membalas senyumannya – merasa kesal dengan apa yang aku perbuat. Rasanya tidak adil jika aku harus menilai semua perempuan sama dengan Aruna. Beberapa kali aku berdamai dengan hati, beberapa kali pula hati tak ingin berdamai, yang dia ingin hanyalah agar aku menjaganya agar tidak lagi terluka.

Tiara masih disampingku, melirikku beberapa kali. Tidak ada yang salah, aku memakluminya. Perempuan memang begitu, tidak pandai menyembunyikan perasaannya jika dekat dengan lelaki yang mereka suka.

Mereka akan sangat terdiam lalu menawarkan aroma kelembutan yang mereka pancarkan disemua gesture. Johan melirikku, tersenyum padaku. Jauh dari lubuk hatinya Johan masih ingin aku menjadi kekasih adiknya walau Johan pun tahu bahwa aku tidak benar-benar menyimpan perasaan terhadap Tiara.


***

PAMERAN diselenggarakan di Kings Park and Botanic Garden, sebuah taman dengan tugu lancip dan simbol salib dibawah tugu. Taman itu  menghadap kota Perth, aku bisa  melihat keindahan kota perth dari atas padang rumput yang hijau menyejukkan, pun aku bisa melihat dengan jelas laut kota perth yang berombak lembut jauh dibelakang pepohonan rindang. Mataku puas melahap panorama pagi kota perth dari titik taman.

RUANG LUKA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang