Chapter 7 . Anya senja tirani

860 24 0
                                    

Secarik kertas berisikan beberapa judul lagu berada digenggaman Senja

Senja menatap sosok seorang pria yang tadi menyapanya

"Ezra Gionino Abraham, kenapa dia disini?"

Batin Senja dalam hati

Senja membereskan buku bukunya dan menaruh di tasnya dengan tatakan rapi, membereskan alat tulisnya dan tak lupa drawingbook nya

Menggambar adalah salah satu kegemaran Senja sedari SMP tak jarang dia mengikuti lomba menggambar dan melukis
Benar benar seorang yang multitalenta

Rere menyikut lengan Senja dengan tenaga yang cukup keras

Rere mengembangkan senyumnya dan berkata, "nja ada kak Ezra di depan kelas kita. Kira kira ada keperluan apa ya? Ada perlu dengan siapa? Dan apa yang akan dibicarakan?"

Guru di ruang kelas Senja pun meninggalkan kelas karna pelajaran telah usai dan sekarang waktu pulang telah tiba

Siswa siswi perlahan meninggalkan kelas masing masing, begitu juga Rere dan Senja

Mereka berjalan keluar kelas dengan pikiran masing masing

Rere merasa kikuk dan gugup tapi dengan keadaan hati yang berbunga bunga karna akan berpapasan muka dengan pria idola nya didepan kelas nanti

Senja merasa heran dan bertanya tanya "ada apa Ezra berdiri sedaritadi di depan kelasnya," Senja berlalu meninggkalkan kelas dengan raut wajah datarnya

Seolah petir menyambar Rere terdiam terpaku dengan tatapan kosongnya

Bagaimana tidak. Pria idaman yang menjadi idolanya ini menyapa wanita lain tepat di depan dirinya

"Hai senja," ucap Ezra

"I i iya kak," sahut Senja gagap

Rere masih terpaku dengan tatapan mata yang panas dan bola mata yang mulai perih, seakan tak menyangka dan tak menerima kenyataan bahwa teman bahkan Sahabat karibnya sedang bertutur sapa dengan sang idolanya

"Pulang bareng yuk", Kalimat Ajakan Ezra lontarkan

"Ehh, aku?" tanya senja

"Iyaa kamu, Anya Senja Tirani." tutur Ezra

"Maaf kak sebelumnya aku bawa kendaraan sendiri" sahut senja dengan nada sopannya

"Ekheemmm..."

Rere mengambil alih hak bicara

"Maaf nih sedikit mengganggu tapi gua cuma mau pamit balik duluan nja, kak ezra. Di lanjut aja ye ngobrolnya gua balik duluan"

"Bye nja, bye kak."

Rere mempercepat langkahnya meninggalkan Senja dan Ezra yang masih berdiri tepat di depan pintu kelas mereka

Dengan mata memanas dan hati yang hancur Rere pun menelpon supirnya agar segera menjemputnya, tapi ternyata supirnya telah berada di depan gerbang sekolah Rere

Rere bergegas masuk kedalam mobil vios hitamnya yang terpampang depan gerbang sekolahnya, dengan perasaan yang tak karuan Rere memekik kemudian membanting menutup pintu mobil dengan sekuat tenaganya dan ia berteriak

Keparaaaatt!

Suasana hening seketika

Beberapa menit berlalu, alih alih pak Dadang angkat bicara

"Ada apa non?" Ucap pak Dadang sopan

Rere masih terdiam dengan raut wajah emosinya

"Ada yang perlu saya bantu non?" Tanya pak Dadang lagi

Rere pun menarik nafas berat

"Jangan banyak bicara pak dadang, lajukan mobil dengan cepat agar segera sampai rumah"

Perintah Rere dengan nada ketus

"Baik non" sahut pak Dadang

Kemudian rere masuk rumah megahnya tanpa permisi dan berlari menaiki anak tangga tanpa ragu

Membuka pintu kamar dengan tergesa dan menutupnya dengan kuat sehingga terdengar bantingan suara yang begitu keras

Rere memeluk guling dan menenggelamkan wajahnya disana, perlahan air matanya turun dengan diiringi suara sesenggukan yang diredamnya dengan guling

Airmatanya kian membanjiri pipi Rere, dan Ia mengusapnya

Betapa sakit kejadian tadi untuk Rere, melihat pria yang Ia dambakan bertutur sapa dengan wanita lain yang tak lain adalah sahabatnya sendiri bahkan tak hanya itu pria dambaan hatinya menyunggingkan senyum manis untuk wanita itu dan mengajaknya pulang bersama

Sungguh, Rere sudah kehilangan akal dibuatnya

Apakah ini takdir tuhan, Ataukah dua insan itu yang terlalu kejam sehingga tega memporakporandakan hati Rere dengan berbincang dihadapan Rere tanpa mengganggap bahwa Rere ada di sekitar mereka

Rere saat ini benar benar hancur, cinta nya yang bertepuk sebelah tangan kini terlihat begitu nyata

Bukan Rere tapi Senja

Senja yang menaklukan Ezra, bukan Rere

Lagi lagi tangisan menyelimuti Rere, dan dengan cepat Rere mengambil selimut dari pojok tempat tidur nya lalu menggigit selimut tersebut agar dapat meredam isak tangisnya

Begitu memilukan namun Rere tak berdaya, beginilah adanya. Ia tak dapat berbuat banyak

✂--------------------------------------------------------------

Banyak kata manarik namun hanya kalimat terima kasih yang ingin ku sampaikan saat ini, tinggalkan komen dan nantikan kelanjutan ceritanya

Rebahan, baca wattpad, ngopi enak slurr

Salam santuy

Jangan lupa follow akun gua ya

Thnks All

ABRAHAM WORLDKde žijí příběhy. Začni objevovat