BAB 5: Cerita Tengah Malam

146 26 0
                                    

Setelah melewati jembatan gantung, mereka melanjutkan perjalanan memasuki hutan yang gelap lagi. Pepohonan mulai tumbuh rapat, dan cahaya bulan kembali tertutupi. Bunyi-bunyian aneh kembali terdengar sepanjang jalan, dan binatang-binatang yang tak kalah anehnya mulai bermunculan di hadapan mereka.

Reislynn yang tidak terbiasa dengan para binatang itu berkali-kali merasa kakinya bergetar, dan berkali-kali juga ia ingin melarikan diri. Bukan hewan-hewan lucu yang mereka temui, melainkan hewan-hewan yang bisa membuat seseorang mimpi buruk. Pernah Reislynn mendapati seekor tupai besar dengan bulu berwarna coklat berminyak yang sedang duduk diam pada dahan pohon. Sebenarnya Reislynn melihatnya sebagai tupai normal, kecuali mungkin pada 4 buah taring yang tumbuh di rahangnya, dan suara nafasnya yang berkeretak aneh. Mula-mulanya ia hanya menatap mereka dari kejauhan, sebelum kemudian ia melompat ke atas tanah dan mulai berlari sambil mencicit-cicit keras seperti seekor tikus yang terjepit. Reislynn sudah panik, dan saat tupai aneh itu sudah dekat sekali, ia berubah menjadi debu.

"Tak perlu takut dengan mereka. Mereka berubah menjadi debu saat terkena cahaya," Zarek dengan berbisik memberitahu, dan Reislynn hanya mengangguk sambil menatapi debu tupai itu dengan tatapan tak terbaca. Tupai itu mengingatkannya pada vampir.

Tapi ternyata bukan hanya tupai itu yang hendak menyerangnya. Beberapa saat setelah mereka melanjutkan perjalanan, mereka menghadapi segerombolan burung tengkorak berwarna biru pucat. Burung itu nampak seperti kerangka burung unta yang seluruh bagian tubuhnya hanya terdiri dari tulang-belulang dan matanya yang besar bersinar seperti rembulan. Mereka berlari sambil mengeluarkan bunyi keretak setiap kali mereka bergerak, dan berniat untuk menyerang Reislynn dan Zarek.

Hanya berjarak beberapa meter sebelum kerumunan burung tengkorak itu sampai di tempat Reislynn dan Zarek, tetapi kemudian Zarek membunyikan semacam kerincing yang ia keluarkan entah darimana.

Burung-burung itu berhenti dan menoleh ke sekeliling seolah menjadi bodoh dan kebingungan, dan mereka mulai berpencar menjauhi Reislynn dan Zarek.

Pertemuan mereka dengan penghuni hutan itu tak berhenti sampai disana. Kali ini mereka berpapasan dengan seekor cacing—atau binatang apapun itu—berwarna kelabu yang memiliki 4 kaki. Badan cacing itu berukuran seperti tong, dan mengeluarkan lendir kental yang menjijikan. Kakinya yang panjang menghentak-hentak tanah dengan tidak sabaran, sementara ia menyeret tubuh bagian belakangnya. Ia memiliki satu mata di pucuk kepalanya, dan bulu-bulu berminyak tumbuh di sana seperti surai. Cacing itu hanya melintas di hadapan mereka dan berlalu pergi.

Reislynn dan Zarek kembali melanjutkan perjalanan menuju jantung hutan. Mereka, pada akhirnya, mencapai tempat itu sekitar pukul sebelas lewat empat puluh malam. Dengan jalanan yang tak rata dan pohon-pohon yang tumbang dan bisa berjalan, juga hewan-hewan aneh yang terkadang muncul di hadapan mereka, mereka beruntung bisa sampai sebelum tengah malam. Jika saja kebanyakan dari hewan-hewan itu tidak takut pada cahaya lentera yang dibawa oleh Zarek, mungkin mereka akan berakhir menjadi santapan para binatang itu.

Tapi syukurlah itu tidak terjadi. Reislynn tidak menginginkan untuk mati dengan mengenaskan karena terlindas oleh siput raksasa yang benar-benar 'merah muda', yang mereka jumpai di perjalanan.

Reislynn merasa kalau ia sudah sangat lelah hingga tak bisa lagi merasakan kakinya. Apa mungkin kakinya sudah terlepas? Tangannya yang menggendong Alistair kini terasa mati rasa, dan ia haus sekali. Sebenarnya ia melihat ada mata air di hutan, tetapi Zarek mengatakan kalau air itu bisa membuat siapapun hilang ingatan, jadi ia putuskan untuk tidak meminumkannya.

Reislynn menjatuhkan tubuhnya di atas dedaunan lembab, membiarkan jubahnya kotor oleh tanah dan dedaunan. Perutnya yang keroncongan terasa kosong dan wajahnya yang kini memucat terpapar sinar bulan dari celah-celah pepohonan di atas mereka.

The Kingdom of AleasWhere stories live. Discover now