BAB 11: Rumah yang Tidak Asing

120 22 6
                                    

"Ayo!" Reislynn berseru sambil memanggul sapunya, dan mengajak Alan untuk berjalan bersamanya.

Alan menatap ke sekeliling terlebih dahulu sebelum melangkah dan mengikuti Reislynn. Ia masih takut dan terguncang atas penyerangan laba-laba tadi. Hampir saja mereka menjadi sarapan para laba-laba itu.

Setelah memperbaiki posisi ranselnya dan merapikan rambutnya yang acak-acakan, Alan berjalan ke depan.

Suasana hutan itu sepertinya memang selalu mencekam, bahkan walaupun saat ini sudah pagi hari. Kegelapannya mungkin masih sama seperti saat malam hari, dan hanya ada beberapa berkas-berkas cahaya yang terlihat. Reislynn harus menggunakan tongkatnya sebagai penerang agar mereka tidak menjadi buta di kegelapan hutan ini. Bahkan hal seperti ini pun menjadi mainstream bagi Alan, hal yang tidak ia mengerti kenapa. Padahal hal-hal itu sangat asing baginya.

Alan mengawasi tempat itu dengan penuh kengerian dan kekagumam. Beberapa kali ia melihat hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan aneh. Beberapa diantaranya terlihat sangat ganjil dan mengerikan, seperti seekor ngengat bersayap burung dan ekor panjang seperti tupai yang hendak menggigit Alan, atau tanaman pakis yang melambai-lambai seperti tentakel, dan daun-daun yang berkaki dan bisa menggigit, serta lebih banyak pohon yang bisa melarikan diri.

Mereka terus berjalan dan matahari naik semakin tinggi. Sayangnya mereka tidak bisa merasakan hangatnya sinar matahari, karena aura mencekam dari dingin dan lembab yang ada di hutan itu menghalangi setiap kehangatan yang ingin menembusnya.

Kira-kira setelah setengah jam kemudian, barulah Alan merasakan hangatnya sinar matahari, saat mereka memasuki area hutan yang agak jarang. Pohon-pohon lebih renggang, dan cahaya matahari mampu menembus jalinan dahan dan ranting serta daun-daun di atas sana.

Mereka berjalan di area itu dengan langkah santai, agar mereka bisa merasakan sinar matahari lebih lama. Tapi sayangnya area itu tidak terlalu luas, dan mereka kembali memasuki area hutan yang gelap dan dingin. Jalanan lebih sulit dan berkelok di area itu, serta lebih banyak binatang yang berkeliaran. Kebanyakan dari binatang-binatang itu melarikan diri saat melihat mereka.

Alan memperhatikan pohon-pohon disana, sementara jamur-jamur yang bercahaya mulai mengeluarkan bau busuk dan mengundang banyak sekali lalat dan serangga. Hewan-hewan berbentuk aneh sesekali melintas, dan Alan mulai mengabaikan mereka. Reislynn sepertinya sudah terbiasa dengan binatang-binatang itu, hingga wajahnya terlihat santai, malah terlihat nyaris bahagia. Beberapa kali Alan memergokinya sedang tersenyum, dan melunturkan senyumnya saat pandangan mereka bertemu. Bahkan sampai sekarang, Alan masih bertanya-tanya, apakah pria itu memang benar pamannya? Dan apakah mereka saat ini berada di tempat asalnya? Di hutan?

Setelah melalui area hutan yang lebat, mereka kembali memasuki tempat yang lebih terbuka. Kali ini pohon jauh lebih jarang, dan ada celah-celah besar di antara daun dan ranting, dan cahaya yang masuk jauh lebih banyak. Daun-daun kering yang mengotori lantai hutan itu terlihat jauh lebih sedikit, karena pohon-pohon di sana sepertinya sudah ditebangi.

Alan memperhatikan pohon-pohon disana terlihat aneh dengan banyak bekas baret seperti bekas cakaran. Tapi bekas itu sangat besar hingga Alan yakin yang membuatnya pasti binatang yang besar, pun dengan banyaknya tunggul pohon dengan pola berantakan seolah ditebang dengan asal-asalan.

Reislynn sepertinya juga merasa aneh dengan pemandangan itu hingga ia berhenti untuk memandang sekeliling, keningnya mengerut dan bibirnya membentuk garis lurus. Matanya terpaku pada sebuah gundukan kerucut sebesar bukit yang terlihat di kejauhan. Ia tidak menyadari ada bukit di sana sebelumnya.

Saat Alan mengikuti kegiatan Reislynn memperhatikan kondisi sekeliling mereka, tanah mulai bergetar dan terdengar bunyi mendesis yang ribut sekali, seolah ada banyak ular di tempat itu. Ia terlonjak saat Reislynn menariknya dan bersembunyi di balik pohon, sementara bunyi mendesis dan getaran tanah semakin kuat. Kali ini bunyinya diiringi dengan bunyi aneh dan berderap seperti langkah kaki. Kaki yang banyak sekali.

The Kingdom of AleasWhere stories live. Discover now