BAB 26: Sphortus

31 2 0
                                    

Rasanya pelajaran mantra seribu kali lebih menyenangkan daripada kelas transfigurasi, dan sepertinya semua orang setuju. Para murid keluar dari kelas itu dengan wajah sumringah, berbeda dengan saat mereka keluar dari kelas transfigurasi. Saat itu semuanya hanya wajah lelah dan frustasi.

Alan berjalan bersama dengan teman-temannya untuk kembali ke asrama. Profesor Kethra sudah dengan berbaik hati menyembuhkan hidungnya yang berdarah, jadi Alan tidak perlu mengunjungi basilias (rumah sakit/ruang kesehatan).

Beberapa murid sedang mempraktekkan Mantra Pengangkat menggunakan tas mereka, yang kini melayang-layang di atas kepala. Alan tergoda untuk melakukan hal yang sama, tapi menurutnya itu tidak benar. Bukankah mereka tidak diperbolehkan untuk menggunakan sihir di lorong?

Baru saja Alan berpikiran seperti itu, tas-tas yang melayang itu kemudian berjatuhan satu-persatu, seolah seseorang menariknya dengan paksa ke bawah. Satu dua tas menimpa kepala seseorang sebelum jatuh berdebum ke atas lantai. Alan tak terkejut mendapati bunyi kaca pecah, yang pasti berasal dari botol tinta yang pecah. Sekarang pasti tinta itu mengotori buku-buku di dalam tas mereka.

Salah satu gadis yang botol tintanya pecah melongok ke dalam tasnya lalu membelalak. "Tidak! Bukuku!" ia berseru panik sambil mengangkat buku mantranya yang kini bernoda hitam. Alan ingin tersenyum tapi dia menahannya.

Seorang gadis lagi, yang nampaknya teman dari gadis itu mengetuk noda tinta pada buku mantra temannya dengan tongkat sihirnya, sambil mengucap, "Erashio!" dan semua noda tinta pada buku itu terserap masuk ke dalam tongkat sihir, meninggalkan buku yang bersih, terlihat seperti sediakala.

Kedua gadis itu saling pandang lalu terkikik.

"Jadi, Alan, apakah kau sudah memutuskan untuk bergabung dengan tim Sphortus?" Gervis bertanya entah untuk yang keberapa kalinya. Alan menggeleng, membuat Gervis menekuk wajahnya. "Yah, padahal aku ingin kau juga bergabung. Kita bisa mendaftar bersama."

Alan jadi tidak tega melihat wajah Gervis. "Mungkin akan kuputuskan nanti," ia berkata, yang membuat Gervis mengangguk. Wajahnya masih muram. "Bukankah kita diminta untuk pergi ke lapangan?"

Gervis mengangguk lagi. "Benar. Tapi sebaiknya kita kembali ke asrama untuk menyimpan tas," dia berbicara sambil menatap lantai. "Aku juga ingin melihat apakah tikusku baik-baik saja. Semalam dia ketakutan karena banyak kucing dan burung hantu yang ingin memakannya. Nama tikusku Att. Kau juga punya burung hantu 'kan? Siapa namanya?"

Alan berhenti menoleh untuk mencari Redwald, yang sudah berlari keluar dari kelas bahkan sebelum Alan selesai memasukkan bukunya ke dalam tas. "Namanya Chester," ucap Alan. Dia mencoba mencari Redwald lagi, tapi tak menemukan satupun murid dengan tudung jubah menutup kepala.

"Katakan pada burung hantumu agar tidak makan Att, oke?" kata Gervis.

Alan mengerutkan kening. "Siapa Att?" ia bertanya, tidak benar-benar mendengar perkataan Gervis sebelumnya.

"Tikusku," jawab Gervis. Alan mengangguk dan mengiyakan.

"Akan kukatakan padanya nanti."

Mereka berdua berjalan bersama murid-murid yang juga ingin kembali ke asrama. Beberapa murid--khususnya perempuan--termasuk Thalia dan Ysmay berkata mereka akan ke perpustakaan. Thalia ingin menunjukkan buku Silsilah Akademi Avolire pada Ysmay, sementara yang lainnya mungkin ingin belajar beberapa mantra dari buku di sana.

"Kalian ingin pergi ke lapangan?" Fendrel, yang berpapasan dengan mereka di depan pintu aula bertanya. Alan dan Gervis mengangguk. "Bagus, aku akan menunggu di sana." Dia memanggil ke dalam aula dan kedua temannya, Olyvar dan Koma berlari keluar dari aula. Mereka bertiga kemudian berjalan cepat menuju gerbang.

The Kingdom of AleasOnde as histórias ganham vida. Descobre agora