BAB 25: Bahagia dan Terisak

48 5 2
                                    

Begitu waktu makan siang tiba, Alan dan yang lainnya keluar dari asrama dan berjalan bersama menuju aula.

Para hantu, seperti biasa, akan mengikuti mereka sambil mengoceh tentang banyak hal seperti figura yang kotor, cicak nakal yang buang kotoran pada kanvas mereka, dan hal-hal aneh lainnya.

Setidaknya hantu-hantu itu tidak melayang menembus mereka seperti hantu-hantu di asrama, yang baru Alan sadari kalau hantu-hantu itu tidak kelihatan sama sekali saat mereka berada di dalam sana. Mungkin mereka masih takut pada ancaman Ulric?

Murid-murid lain sudah duduk pada bangku panjang, dan Alan bersama yang lainnya juga dengan beberapa murid dari asrama Ralatheon yang mereka temui di lorong, mengambil tempat pada meja asrama mereka masing-masing.

Kedua teman Fendrel yang tadi bersama mereka di asrama terlihat duduk dengan jarak beberapa murid dari mereka, bersama dengan murid-murid kelas 2 lainnya.

Profesor Andern, yang rambutnya terlihat bersinar karena cahaya yang berasal dari belakangnya, duduk bersama dengan pengajar-pengajar lainnya di atas panggung yang berada di depan kaca mosaik para Avolire. Sekilas Alan dapat melihat Reislynn memandangnya sebelum kemudian mengalihkan pandangan dan berbisik kepada seorang pria yang duduk di sampingnya. Pria itu kelihatan mengangguk.

Alan baru saja mendudukkan dirinya di samping Gervis ketika seseorang berlari memasuki aula dari pintu depan dan menarik perhatian orang-orang. Orang itu adalah Redwald, yang langsung bisa dikenali dari jubah hitamnya yang kusam dan bertambal, serta tudung jubah yang terus menutup kepalanya.

Orang-orang mengabaikannya begitu tahu itu Redwald, tapi Alan terus memandangnya sampai ia duduk dengan tegang di ujung meja. Alan menahan diri untuk tidak beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Redwald. Dia masih harus mencari tahu mengapa kalungnya berdenyut, dan untuk itu dia harus menjauh sementara dari lelaki itu. Bodohnya Alan mengapa dia tidak terpikirkan untuk bertanya pada Reislynn saat tadi ia mengunjungi asramanya. Mungkin nanti dia akan bertanya pada Reislynn

Tak berselang lama kemudian, piring-piring berisi makanan muncul di atas meja. Muncul begitu saja dari udara, seolah Alan hanya tak menyadari kalau makanan-makanan itu ada di sana sebelumnya.

Walaupun sudah melihatnya tadi malam dan tadi pagi, tapi Alan masih saja bingung darimana asal makanan-makanan itu. Profesor Gisbert sudah menjelaskan bahwa mereka tak bisa memunculkan makanan begitu saja, atau membuatnya dengan sihir. Mungkin saja ada orang yang memasak semua makanan itu lalu memindahkannya dengan sihir.

Selanjutnya murid-murid mengambil makanan untuk diri mereka dan makan sekenyang yang mereka bisa. Acara makan siang itu berlangsung tanpa hal yang berarti, kecuali mungkin seorang murid yang tak sengaja menjatuhkan gelasnya dan suara kelontang keras itu menyita perhatian semua orang selama beberapa saat. Bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan.

Begitu murid-murid selesai dengan makanan mereka, piring-piring serta gelas yang berada di atas meja kemudian menghilang, meninggalkan jejak air atau air sup yang tumpah. Beberapa potong roti juga tertinggal, entah karena apa. Mungkin seseorang menginginkannya.

"Pelajaran kedua kita hari ini di kelas mantra, kan?" Gervis bertanya sambil mengambil tas kulitnya yang ia taruh di bawah bangku dan memangkunya. Dia mengeluarkan sebuah perkamen dan membuka gulungannya. "Benar, kelas mantra," gumamnya setelah membaca perkamen itu, lalu ia menyimpannya kembali ke dalam tas.

"Apakah kita pergi sekarang?" Gervis lanjut bertanya.

"Pelajaran kedua dimulai jam satu, tidak sampai setengah jam lagi." Ysmay yang menjawab pertanyaan Gervis. "Mungkin sebaiknya kita pergi?" dia bertanya kepada Alan dan Thalia. Fendrel sedang berbicara dengan seorang gadis kelas tiga dan nampaknya tak ingin diganggu.

The Kingdom of AleasOnde histórias criam vida. Descubra agora