BAB 13: Rumah Baru

96 25 17
                                    

Reislynn membawa Alan menuju suatu tempat di Arnia. Tempat itu adalah pusat dari kerajaan itu. Bisa dibilang kota itu adalah ibukota dari Kerajaan Aleas (walaupun memang seperti itu), tempat dimana kastil berdiri. Bahkan dari kejauhan Alan bisa melihatnya. Sebuah bangunan tinggi berwarna putih dengan banyak menara dan jendela, dikelilingi oleh tembok besar dan tinggi.

Reislynn bilang padanya kalau kastil itu adalah tempat tinggal dari Raja dan Ratu, seperti yang memang sudah seharusnya. Tapi saat ini bukan keluarga Ballard yang menghuni kastil itu, tetapi keluarga Fadden. Keluarga dari istri adik laki-laki Alextur Ballard, Aldwyck Ballard. Istrinya—Celeste Fadden, yang namanya berubah menjadi Celeste Ballard saat menikah dengannya, dan yang kebetulan sedang hamil besar saat itu—langsung menegaskan bahwa keluarganya yang mengambil alih pemerintahan saat suaminya—Aldwyck Ballard—tewas dalam duel melawan Ysidora bersama Ratu Enther dahulu.

Tak ada yang berani menentang. Pangeran Alistair telah dikabarkan meninggal; suatu kebohongan besar yang diciptakan oleh pihak-pihak yang mendukung keluarga Fadden. Kabarnya pangeran telah dibunuh dan diledakkan berkeping-keping oleh Ysidora, sehingga mayatnya tak bisa dikenali lagi, dan dengan begitu mudahnya semua orang percaya begitu saja. Hanya dengan melihat onggokan daging merah yang hancur dan gelombang keputusasaan merembes di kerajaan itu layaknya kabut.

Semuanya bersorak saat Ysidora dinyatakan tewas, sementara para pengikutnya yang tersisa dimasukkan ke dalam Penjara Satyr.

Mendengarnya, Alan tertawa dalam campuran antara geli dan ringisan. Ia ingin berteriak kepada orang-orang bahwa ia masih hidup, bahwa ia ada di sini, bahwa ia telah kembali. Tapi mengingatnya malah membuat dadanya terasa nyeri. Ia menutup mulutnya rapat-rapat saat giginya tiba-tiba bergemelatuk.

Setelah dari Cervaux, mereka terbang dengan sapu terbang Reislynn ke Arnia, sempat melintasi suatu tempat bernama Svisar. Dari atas udara, Alan bisa melihat pemandangan kerajaan itu dengan jelas. Lebih banyak rumah-rumah tradisional dan kuno, lapangan-lapangan yang menjadi tempat bermain untuk anak-anak yang terbang dengan sapu, atau para penyihir lainnya yang berseliweran dengan sapu atau karpet terbang. Bahkan sekali Alan pernah melihat seekor kuda bersayap.

"Apa itu pegasus?" Alan bertanya sambil berteriak, karena angin kencang mengaburkan suaranya. Ia menunjuk kuda putih-kelabu itu dengan satu tangan, sementara tangannya yang lain memeluk pinggang Reislynn erat. Ia tidak pernah menyangka akan melihat binatang cantik seperti itu. Sepertinya memang banyak binatang-binatang yang dianggap mitos hidup di tempat ini.

"Ya!" Reislynn balas berteriak.

"Apa aku bisa menaiki hewan seperti itu juga?" Alan bertanya penuh harap.

"Kuda terbang itu harganya sangat mahal," kata Reislynn dengan nada menyesal. "Kau bisa membeli sepuluh sapu terbang dengan harga yang sama dengan yang kaupakai untuk membeli seekor pegasus."

Alan merasa kecewa, tetapi perkataan Reislynn selanjutnya membuatnya memiliki harapan.

"Tapi kita bisa menyewa untuk menerbangkannya selama beberapa jam," ujar Reislynn sambil menoleh ke belakang dan menatap Alan dari ujung matanya. "Tapi tidak sekarang. Kita akan pergi ke rumahku lebih dulu."

"Baiklah," Alan menyahut sambil mengangguk semangat. Ia sepertinya berubah menjadi anak berusia 6 tahun jika berada di dekat pria itu. "Memangnya dimana rumahmu?" ia lanjut bertanya. Mereka melewati bangunan bulat dan tinggi seperti stadion berwarna coklat, dan Alan menatap bangunan seperti Colloseum itu dengan tatapan penasaran.

"Rumahku berada di ujung Arnia, dekat perbatasan Voliak!" teriak Reislynn, sementara angin berhembus mengibarkan jubahnya.

"Apa tempat itu jauh?" tanya Alan walaupun ia tidak tahu dimana letak dari tempat yang Reislynn katakan.

The Kingdom of AleasWhere stories live. Discover now