20. Berani Nekat, Berani Hidup

0 0 0
                                    

20 Juli 2022

Hai, Jack,
Apa yang kamu rasa jika suatu saat menemukan orang yang berniat menghilangkan nyawanya dengan sengaja? Kaget, panik, atau hanya diam tanpa bisa berbuat apa pun? Bingung 'kan? Nah, tadi pagi aku berada dalam situasi seperti itu. Saat itu, aku tengah melintas di sebuah perumahan yang lumayan bagus. Baiklah, Jack nanti kuceritakan setelah cucianku beres dan makan nasi bungkus yang dibeli di warung depan. Malam ini aku lapar sekali.

****

Tadi pagi, aku berkeliling ke kawasan Pulomas, Jakarta Timur. Jika kemarin banyak mendapat rezeki  mereparasi sepatu saat mangkal di taman bermain, hari ini aku masuk ke perumahan orang-orang kaya, Jack. Setidaknya bisa melihat kehidupan dari dua sisi berbeda. Ternyata, ada hikmahnya jadi tukang sol. Namun aku tetap berdoa, semoga tidak dipertemukan dengan orang-orang yang kukenal.

Jack, aku sengaja tidak sarapan di kosan karena keluar lebih pagi dari biasanya. Saat itu, Mak Lela baru membuka lapaknya, makanan yang hendak dijualnya belum siap semua. Namun, tak disangka, sepagi itu aku bertemu dengan Kemuning yang selesai mengaji di masjid, lengkap dengan mukena panjangnya. Anak Pak Haji yang satu ini memang rajin dan tidak sombong. Sudah pintar, sopan pula. Kemuning sempat bertanya kapan aku ada waktu untuk membantunya membereskan gudang di rumah kakaknya. Semenjak Pak Haji sering membutuhkan bantuanku, aku jadi sering wara-wiri ke rumahnya. Lumayan, Jack. Ada uang lebih.

Tak hanya Kemuning, kulihat Anneke pun bersiap dengan mobil di depan garasi. Sepertinya dia ada tugas yang harus segera kejarnya. Saat melihatku, Anneke tersenyum dan berbasa basi menanyakan kabar. Jack, saat bertemu dia, perasaan yang dulu pernah ada di hati sudah tidak ada lagi. Mungkin, saat itu aku hanya dihinggapi rasa simpati atas apa yang dilakukannya kepada orang lain. Panggilan jiwa dari sebuah profesi mulia. Sedangkan aku, manusia nekat yang tidak berpikir panjang dengan membiarkan perasaan lain tumbuh. Meskipun kata orang, cinta itu tidak mengenal kasta dan latar belakang. Bukankah cinta itu anugerah Tuhan? Aku juga terlalu nekat coba-coba mengganti ruang hati milik Mala dengan sosok lain.

Ah, sudahlah! Biarkan dua gadis itu dengan dunianya. Mereka ibarat bunga-bunga indah di taman yang hanya bisa dipandang dari kejauhan. Terlalu sulit untuk disentuh dan diambil begitu saja.

Jack, asal kamu tahu,  ide untuk berkeliling ke perumahan itu berasal dari obrolan dengan pemilik mobil merah yang kuceritakan kemarin sewaktu aku mangkal di RPTRA. Bapak berkepala plontos yang kena semprot ibu-ibu karena menyerobot minta es campur duluan. Menurut beliau, di sana sulit sekali mencari tukang sol sepatu yang berkeliling masuk kompleks. Kalaupun ada, harus ke pasar yang cukup jauh.

Menurut beliau, kadang-kadang, tetangganya pernah ngeluh, betapa jarangnya tukang sol sepatu keliling saat ini. Padahal banyak sepatu bagus dan masih layak dipakai, tetapi mengalami kerusakan seperti bagian depannya menganga atau lepas jahitan. Kalau sudah seperti itu, mereka malas atau tidak ada waktu untuk membawanya ke tukang sol yang mangkal, sampai akhirnya si sepatu hanya menjadi penghuni gudang atau dilepaskan kepada tukang sampah.

Oh ya, Jack. Di kawasan Pulomas banyak kompleks perumahan dan apartemen mewah. Bahkan, di sana pula ada  tempat pacuan kuda bertaraf Internasional. Dulu, yang aku tahu lapangan di depan gelanggang tempat balapan kuda itu, setiap akhir Minggu dijadikan tempat olah raga dan semacam pasar kaget Sabtu-Minggu.

Setelah sekian tahun, dibuat kebijakan baru, para pedagang itu dipindahkan lokasinya ke jalur luar lapangan dekat parit besar. Biasanya yang dagang di sana itu penjual yang sudah terdaftar di komunitas atau semacam perkumpulan, jadi tempat yang dipakainya untuk berjualan tidak bisa dipakai orang lain kecuali yang bersangkutan memberi izin.

Namun, lokasi berjualan tidak hanya berpusat di sana saja.  Ja.lur utama di depan komplek pacuan kuda, sekitar sekolah-sekolah swasta, dan kompleks perumahan itu dipenuhi juga oleh para pedagang yang sistemnya lepasan atau tidak menetap. Justru, di deretan ini para penjual mempunyai ciri khas menjual barang-barang bagus dan branded, istilah.  Biasanya, para pedagang model ini,  menggelar dagang di tenda atau mobil pribadi. Jenis dagangannya bermacam-macam, dari makanan khas restoran mewah dan bintang lima, karpet, sampai sepatu dan sandal berkualitas bagus, dan tentunya asli buatan luar.   Sayang, kawasan pasar kaget itu sekarang tidak ada lagi.

Jack, aku sepertinya aku belum sempat bercerita tentang orang yang hendak bunuh diri itu. Di depan ada orang yang mengetuk pintu. Pasti panjang ceritanya. Tadi sore. tetangga samping kosan ditabrak mobil. Aku kebetulan jadi saksi kejadiannya. Nanti kusambung lagi ceritanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 28 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

JEJAK LANGKAH SI TUKANG SOL SEPATUWhere stories live. Discover now