#1 Love Yourself

1.4K 51 26
                                    

Put your make up on. Get your nails done. Curl your hair.
Run the extra mile. Keep it slim.
So they like you. Do they like you?

Hidupku bahagia.

Aku mempunyai banyak teman-teman yang selalu ada di dekatku. Yang selalu membangga-banggakanku. Yang aku tau mereka selalu ada di sana. Yang selalu menjadi tempatku berbagi. Yang selalu pergi berasama denganku. Yang melakukan hal gila bersama. Teman-teman yang selalu aku impikan sejak dahulu.

Mereka menamai kami dengan sebutan 'The Prettiez'. Terserah apa kata mereka. Toh, sebutan itu tidak jelek-jelek amat. Bahkan bisa dibilang sangat cocok. Ya, kami semua cantik. Aku cantik.

Seperti yang selalu terjadi di SMA mana pun, hanya yang cantiklah yang bisa jadi popular. Dan hanya anak-anak popularlah yang selalu dicintai. Seburuk apa pun sifat mereka, selama mereka cantik, tidak akan ada masalah yang berarti, kan? Iya, kan?

"Aww!" Teriakkanku menggema di depan toilet mal yang lumayan sepi. Aku lalu menatap benci seseorang yang menabrakku barusan. "Mata lo buta ya?!"

Seseorang di depanku hanya menatapku kaget sambil sibuk meneliti penampilanku dari atas ke bawah lalu kembali lagi ke atas. "Lo ... lo Dela kan? Cindy Adela?"

Aku mengamatinya curiga lalu mengingat-ingat siapa orang di depanku ini. Hanya ada sedikit orang yang memanggilku dengan sebutan Dela. Dan itu berarti, seharusnya aku tidak boleh bertemu dengan orang ini lagi.

Jadi dengan tampang sesombong mungkin aku berlalu begitu saja dari hadapan cowok sok kenal tadi. Tapi sialnya, dia berhasil menangkap tanganku.

"Lo nggak inget gue?"

"Nggak." Aku berkata sambil menyentakkan tanganku sehingga pegangannya pada tanganku bisa terlepas.

"Gue Reno. Temen SMP lo. Masa lo lupa?"

Tidak. Ini tidak boleh terjadi. Tidak ada yang boleh mengenaliku sebagai Dela. Tidak untuk saat ini. Tidak untuk selamanya. "Sorry gue bukan Dela. Dela udah mati."

"Lo ngomong apaan sih?" Cowok itu menggaruk kepalanya. "Tapi lo mirip banget Dela, cuma emang sih lo lebih-"

Tiba-tiba saja perutku langsung terasa mual. Jadi sesegera mungkin aku berlari ke dalam toilet lagi dan memuntahkan isi perutku ke wastafel terdekat. Cowok itu cukup tau diri untuk tidak mengikutiku masuk ke dalam toilet.

Aku membasuh wajahku berkali-kali dengan air. Lalu menatap pantulan diriku di cermin. Aku cantik. Aku sangat cantik. Aku cantik sekarang. Entah mengapa air mataku perlahan turun. Kenapa juga cowok itu harus ada di sini. Kenapa juga dia harus mengenaliku. Terutama mengenalku sebagai Dela.

Reno. Sebenarnya aku mengenalnya. Hanya saja dia tidak boleh mengenalku. Kalau sampai dia mengenaliku dan mengenal teman-temanku, bisa-bisa hidupku hancur berantakan.

Aku keluar dari toilet dan terheran-heran saat Reno masih menungguku di sana. "Sebenernya lo mau ngapain sih?"

"Lo pasti belom makan kan?" Aku menatapnya bingung. "Makan dulu yuk!"

Tanpa menunggu jawaban dariku, Reno langsung mengamit lenganku dan membawaku masuk ke dalam sebuah restoran cepat saji di dalam mal. Dia menarikkan bangku untukku lalu menyuruhku duduk sementara dia langsung sibuk mengantri untuk memesan makanan.

Beberapa menit kemudian dia kembali dengan nampan yang penuh dengan makanan. Dan aku bisa merasakan perutku langsung protes ingin makan. Tapi aku tahu, otakku melarangnya.

"Sekali lagi gue tanya, lo mau apa?"

"Nggak papa kok." Reno tersenyum. Ramah seperti dulu. "Cuman kangen Dela aja.

Behind Every LaughWhere stories live. Discover now