#13 Surat Cinta?

140 20 1
                                    

#30DaysWritingChallenge Day 13: Someone you've always wanted to meet

Aku masuk ke dalam kelas dengan grabak-grubuk seperti biasanya. Aku mengedarkan pandanganku ke seisi kelas sebentar lalu melangkah ke mejaku.

Benar. Seperti hari-hari kemarin, di mejaku sudah terdapat satu buah amplop berwarna pink. Aku mengambil surat itu dengan ceria dan membacanya.

Kamu. Kamu adalah keputusasaanku. Tempatku selalu berusaha untuk berdiri di sampingmu. Menjadi kita.
Have a nice day, Gita.
-ur admirer-

Aaaahh so sweet. Siapasih yang kirim? Aku jadi penasaran. Semakin hari surat yang dikirim semakin romantis saja. Aku ingat pertama kali menemukan surat itu di mejaku, aku kira si orang itu salah kirim. Besoknya, aku menemukan surat lagi dan tertera namaku di sana! Sampai saat ini, di dalam suratnya selalu tertera namaku. Bikin penasaran.

Dugaanku satu-satunya, surat itu berasal dari Gio, pacarku. Tapi aku belum menanyakan hal itu padanya. Entahlah. Hubungan kami akhir-akhir ini sedang nggak jelas. Dia jadi sering marah-marah tanpa sebab. Aku jadi malas bicara padanya.

Tiba-tiba aku merasakan bahuku ditepuk dari belakang. Aku berbalik dan mendapati Egi, sahabatku yang paling baik, sedang cengengesan nggak jelas.

"Git, lo udah belom pr kimia?"

Oh dia mau nanya pr. Aku langsung cengengesan balik. "Belom nih. Yuk cari contekan bareng."

"Gue udah." Aku menatap Egi tidak percaya. Tumben. Biasanya aku yang lebih rajin dari Egi. Wah aku harus lebih giat lagi. "Nih liat aja punya gue. Udah gue cocokin sama yang lainnya kok. Jadi pasti bener." Egi lalu menaruh bukunya di mejaku lalu kembali ke tempat duduknya di belakangku.

Aku menoleh kepadanya sambil tersenyum lebar. "Thankyou Egi!" Egi hanya membalasnya dengan mengacungkan jempol.

↑↓↑↓

"Gita?" Aku menoleh ke arah pintu kelas dan mendapati Gio berdiri di sana sambil menggendong tasnya. Dia lalu menghampiriku. Aku segera mengemasi barang-barangku. "Mau pulang bareng?"
Hah? Bukannya seharusnya dia berkata 'pulang bareng yuk?' Dasar aneh.

Aku langsung cemberut. "Terserah kamu aja."

"Yaudah buruan."

Aku melanjutkan mengemasi barang-barangku yang tersisa, lalu menggendong tasku dan berdiri. Ketika aku berdiri, amplop berwarna pink yang tadi pagi, langsung jatuh ke lantai. Ah ya, aku lupa memasukkannya ke dalam tas! Aku segera berjongkok dan mengambilnya.

"Apaan nih?" Tiba-tiba saja Gio langsung merebut surat tadi dengan kasar dari tanganku lalu membuka dan membacanya dengan kening berkerut. Hah? "Dari siapa?"

Aku diam. Bingung ingin menjawab apa karena aku memang nggak tahu dari siapa surat itu.

"Jawab!" Aku tersentak saat dia membentakku. Seluruh perhatian teman-temanku yang sedang piket langsung teralih pada kami. "Ini dari siapa?!"

"Aku nggak tahu. Aku kira ini dari kamu," lirihku.

"Bohong!"

"Aku nggak bohong."

"Dasar kamu tuh ya!" Tangannya bersiap melayangkan tamparan ke pipiku. Aku langsung memejamkan mata. Satu detik. Dua detik. Kok tidak sakit? Aku memberanikan diri membuka mataku. Dan aku melihat tangan Egi yang sedang menahan tangan Gio.

Behind Every LaughNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ