#2 Say Your Love!

655 40 28
                                    

When you love someone, just be brave to say.
That you want him to be with you.
When you hold your love, don't ever let it go.
Or you will loose your chance, to make your dreams come true ....

Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan SMA serentak se-Indonesia. Berbarengan dengan itu, sekolahku mengadakan wisuda tepat juga di hari ini.

Seperti rata-rata SMA negeri yang ada, para siswi diwajibkan memakai kebaya, sementara para siswa diwajibkan menggenakan kemeja lengkap dengan jasnya.

Aku melihat pantulan diriku di cermin toilet aula sekolah. Dan berkali-kali meyakinkan diri sendiri, kalau kebaya putih yang melekat di tubuhku ini tidak membuatku terlihat gendut. Juga rambutku yang kali ini disanggul tidak terlihat seperti tukang jamu, serta wedges tujuh senti meter yang kugenakan tidak membuatku melakukan adegan jatuh yang memalukan nanti. Aku menghembuskan napasku dalam-dalam.

Perasaanku sangat tidak karuan saat ini. Bukan karena memikirkan aku lulus atau tidak—karena aku yakin seribu persen kalau aku pasti bakalan lulus. Bukan juga karena memikirkan kalau aku akan berpisah dengan teman-teman SMA-ku—karena aku sudah mempersiapkan dari jauh-jauh hari, kalau hari ini bakalan terjadi juga. Lagian hari ini bukan saatnya untuk sedih, tapi untuk senang!

Satu-satunya yang menyebabkan perasaanku tidak tenang adalah ... karena hari ini adalah hari terakhir aku bertemu teman-temanku, ini berarti juga, hari ini adalah hari terakhirku bertemu dengannya. Dan kalian tahu, sejak awal kelas sepuluh aku sudah jatuh hati dengannya. Masa sampai lulus aku hanya menyimpan perasaanku dalam-dalam untuknya?

Aku sudah berniat memberi tahunya saat hari kelulusan tiba. Tapi kalian tahu, kan? Aku ini cewek. Dan pantang bagi kaum cewek untuk menyatakan cinta terlebih dahulu. Ditambah lagi, aku takut yang ada nanti dia malah kegeeran. Atau yang ada nanti dia malah menjauhiku setelah tau perasaanku yang sebenarnya. Bukankah kebanyaan kasus berakhir seperti itu?

Huh. Tarik napas. Buang. Tarik lagi. Buang lagi. Aku sangat nervous.

Oke. Sudah kuputuskan aku akan mengatakan yang sebenarnya padanya. Hanya sebuah pernyataan. Tidak ada acara tembak-menembak. Agar aku tidak penasaran. Pokoknya yang sederhana-sederhana sajalah.  Kalaupun setelah ini dia menjauhiku, toh itu tidak akan berarti juga. Kita sudah lulus, kan? Kemungkinan kita akan sibuk meniti masa depan masing-masing. Lalu kita sama-sama bertemu di acara reunian. Dia menggenakan seragam militer, sementara aku menggenakan jas dokter. Dan tidak mungkin dia masih ingat pernyataan konyolku nanti, kan?

Tapi ....

"Acara wisuda dan pengumuman kelulusan akan segera dilaksanakan. Dimohon kepada seluruh guru serta siswa dan siswi untuk memasuki aula."

Aku menatap sekali lagi ke cermin dan setelah yakin semuanya akan baik-baik saja, aku segera berjalan menuju aula.

Di sana sudah sangat ramai. Aku mengedarkan pandanganku dan menemukan teman-teman sekelasku yang sekarang sedang sibuk melambaikan tangannya padaku untuk mengajak foto bersama. Aku segera menghampiri mereka, lalu ikut berfoto.

Kami harus segera duduk dan menghentikan aktivitas kami berfoto ria karena MC untuk acara kali ini sudah menaiki panggung.

Sekali lagi aku mengedarkan pandanganku. Mencari siapa lagi, kalau bukan mencarinya. Memastikan dia sudah datang. Dan aku menemukannya. Dia duduk di tempat yang berlawanan denganku. Sedang sibuk menceritakan sesuatu yang serius pada teman-temannya, lalu tidak lama kemudian terkekeh pelan sementara teman-temannya yang merasa tertipu hanya memasang tampang sebal. Dia itu memang tidak pernah serius. Kenapa juga aku harus suka pada cowok tidak jelas seperti dia. Bukannya mendengarkan sambutkan kepala sekolah untuk yang terakhir kalinya, malah sibuk bercanda sana-sini. Aku kan jadi kepingin diajak bercanda juga!

Behind Every LaughWhere stories live. Discover now