#11 Cinta

161 22 0
                                    

#30DaysWritingChallenge Day 11: Something Unusual

"Ini apaan?!" Aku berkata pada cewek di depanku, Cinta, sambil mengacung-acungkan sebuah dompet kulit berwarna hitam yang keliatan mahal. Cinta terlihat kaget, lalu secepat mungkin buang muka. "Jawab gue!"

Cinta tetap diam.

"Ini dompet siapa?"

"..."

"Jawab gue, Cinta!"

"..."

"Lo nyopet lagi ya?!"

"Berisik!" Dia berteriak lebih kencang daripada sederertan kalimatku barusan. "Apa hak lo bentak-bentak gue kayak gitu? Ha?!"

Aku tersentak. Dalam hati menyesal telah membentaknya. Jadi, kuturunkan nada suaraku, kutatap Cinta dengan penuh cinta. "Lo nyopet lagi?"

"Bukan urusan lo!" Dia masih juga berkata dengan nada tingginya tanpa menghiraukan aku yang sudah menurunkan nada bicaraku. Yah, aku memakluminya. Salahku yang membentaknya lebih dahulu tadi.

"Jelas itu urusan gue." Sebelah tanganku memegang pundaknya. Dia segera menepisnya dengan kasar. "Lo yang udah janji sama gue buat nggak nyopet lagi. Inget, kan?"

Cinta menatapku sengit. "Nanti juga gue balikin! Tenang aja deh lo!"

Aku percaya padanya. Sungguh. Aku percaya dia pasti akan mengembalikan dompet beserta uangnya secara utuh. Karena dia juga melakukan itu padaku.

Dulu saat kami belum dekat seperti sekarang, aku pernah kehilangan dompetku dengan uang cash sebanyak satu juta rupiah di dalamnya. Kupikir aku tak sengaja menjatuhkannya. Dan, aku sangat menyesal sekali karenanya. Mungkin uangnya tidak terlalu penting. Tapi KTP, SIM, kartu credit, kartu ATM, dan yang lainnya, aku malas kalau harus mengurusnya lagi.

Sebulan kemudian, aku mendapati seorang cewek dengan rambut panjangnya yang diikat asal-asalan, dengan dress putih selutut dan jaket jeans yang membuat pemakainya terlihat cuek namun sangat cantik di mataku, sedang mengendap-endap menaruh sesuatu di depan pintu rumahku lalu pergi begitu saja. Aku yang penasaran langsung melihat benda apa yang diletakkan cewek itu, dan menemukan dompetku yang hilang satu bulan lalu di sana. Semuanya lengkap. Uangnya pun utuh. Di dalam dompet itu terselip sebuah surat yang berbunyi,

Sorry, uang lo gue pinjem dulu waktu itu. Thanks, Arya Satria.
Salam, ♥C.

Aku ingat sekali kalau aku langsung mengejarnya waktu itu. Mengikutinya dengan sembunyi-sembunyi meletakkan dompet milik sekitar lima orang di depan rumah mereka masing-masing.
Cewek itu ... apa maksudnya? Siapa dia sebenarnya?

Aku langsung menyapanya. Dia hanya menatapku bingung. Dan kebingungan itu berubah menjadi kakagetan luar biasa saat aku menyebutkan namaku. Yah, dia pasti mengenaliku.

Sejak saat itu, setiap hari aku selalu datang menemuinya. Ada sesuatu dalam diri cewek itu yang membuatku penasaran. Awalnya, tentu saja dia merasa risih dengan kehadiranku. Tapi lama kelamaan aku bisa meyakinnya kalau aku ada di pihaknya. Aku mulai melarangnya mencopet. Dan dia menyetujuinya. Dia memang mencopet karena butuh uang untuk ketiga adiknya yang masih kecil. Ketika sudah mempunyai uang yang cukup, dia akan mengembalikan uang yang dia copet. Dia adalah tulang punggung bagi adik-adiknya setalah ibunya meninggal dan ayahnya menelantarkan mereka setelah menikah lagi dengan wanita lain. Diam-diam aku mengaguminya. Dia bercerita tentang hidupnya tanpa getir sama sekali. Tanpa ekspresi sedih. Katanya, nasip hidupnya memang begini, jadi mau diapakan lagi?

Waktu terus berlalu, intinya hubungan kami jadi semakin dekat karena sedikit demi sedikit dia mau berbagi cerita denganku.

"Berapa?" Dia menatapku bingung. "Berapa yang lo dapet dari dompet ini?"

Behind Every LaughNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ