#3 See you soon!

426 20 1
                                    

This is how the story went i met someone by accident.
Who blew me away,
Blew me away ....

Dengan senyum yang tidak mau hilang dari semalam, aku dengan semangat sudah berada di sini. Sekalipun matahari belum muncul, itu tetap tidak menghalangi niatku untuk datang ke sini. Stasiun kereta api.

Aku merapatkan cardigan biru mudaku saat kurasakan dinginnya angin yang melewatiku. Aku merogoh tasku dan mengambil handphone lalu menekan-nekannya sebentar.

"Hai!" Senyumku langsung semakin merekah ketika mendapati sapaan halo dari seberang. "Iya saya sudah di stasiun. sepuluh menit lagi? Oke. Miss you too. Bye. See you."

Yah benar, tujuanku datang ke sini adalah untuk menjemputnya. Menjemput dia yang sangat kurindukan. Menjemput dia yang akhirnya menyempatkan waktunya untuk pergi ke Jakarta dan menemuiku. Walaupun hanya sehari karena pekerjaannya yang sangat berharga itu mengharuskannya untuk segera masuk kerja. Tapi biarpun begitu, kami sudah sama-sama berjanji untuk menghabiskan waktu kami seharian ini berdua saja. Terserah entah itu hanya duduk di stasiun atau pergi ke restoran di sekitar stasiun. Yang penting seharian berdua dengannya. Menurutku itu sudah lebih dari cukup.

Belum apa-apa aku sudah senyum-senyum sendiri membayangkannya.

Tidak sampai sepuluh menit setelah itu, suara khas kereta api terdengar. Disusul suara loncengnya yang menggema di stasiun yang lumayan sepi.

Itu dia! Dia datang! Entah sudah berapa lama aku menunggu agar hari ini tiba.

Aku melambaikan tanganku dengan heboh saat melihat sosoknya keluar dari gerbong 3 kereta api Kertajaya. Dia melihatku dan tersenyum lalu datang menghampiriku.

Aku berlari dan memeluknya sementara dia menyambut pelukanku. Terserah jika kalian menganggap adegan tadi persis seperti di sinetron-sinetron karena memang begitulah kenyataannya.

"Long time no see." Dia tersenyum. "Seperti yang saya tau, kamu makin cantik."

Aku hanya tersenyum. "Tapi kok kamu nggak makin ganteng ya?"

Dia terkekeh sebentar. "Sekarang kita mau kemana?"

"Kereta kamu nanti sore jam berapa memangnya?"

Dia mengerutkan keningnya. Berusaha mengingat-ingat. "Jam delapan."

"Cepat sekali," kataku pelan.

"Hey, bahkan saya baru sampai sekarang." Dia mencoba menghibur. "Ayo kita nikmati hari ini."

"Mau kemana?"

"Monas?" Dia mencoba memberi usul. "Saya belum pernah ke sana sebelumnya."

"Memang di Surabaya tidak ada monas, kan?" Aku terkekeh. "Tidak ada apa-apa di monas. Kamu yakin?"

"Ayo!" Dia sudah menarikku keluar dari stasiun Pasar Senen lalu menyetop bajaj yang ada dan mengatakan kepada sang supir untuk mengantarkan kami ke monas.

Di dalam bajaj sementara dia bercerita tentang perjalanannya semalam, aku sibuk memperhatikan penampilannya.

Bohong kalau aku mengatakan dia tidak semakin ganteng dari pertemuan kami sebelumnya. Memang penampilannya tidak terlalu berbeda dengan sebelumnya. Rambutnya masih acak-acakan—seperti dulu—menimbulkan kesan cuek yang membuatku semakin menyukainya. Dia hanya membawa tas ransel hitam yang sepertinya tidak berisi. Lalu yang membuatku tidak bisa menahan senyum adalah dia menggenakan jaket MU kado ulang tahun pemberianku.

Oh ya, aku belum memperkenalkannya. Perkenalkan, namanya Ario. Aku mengenalnya saat kami berdua tidak sengaja memenangkan hadiah tiket konser Maroon 5 dari salah satu akun twitter tiga tahun yang lalu. Sejak saat itulah kami mulai dekat. Mulai saling mengirimi chat dan mengabari setiap hari. Kami juga pernah bertemu tiga kali setelah konser itu. Waktu aku dapat proyek kerja di Surabaya, waktu kami sama-sama sedang liburan di Bandung dan waktu dia mengajakku mendaki gunung Papandayan. Dan satu hal lagi, Dia bukan pacarku dan tidak akan pernah menjadi pacarku.

Behind Every LaughWhere stories live. Discover now