#7 Sorry

228 21 6
                                    

#30DaysWritingChallenge Day 7: Siblings

Oh, i'm sorry for blaming you,
For everything i just couldn't do.
And i've hurt my self, by hurting you ....

Aku sampai di rumah ketika Papa, Mama, dan Tiara sedang makan malam. Tawa mereka langsung berhenti ketika melihatku datang. Menyebalkan. Aku harus segera naik ke atas.

"Kak Cindy nggak makan dulu?" Panggilan itu berasal dari Tiara. Adik kandungku yang menyebalkan.

Aku mentaap Tiara datar lalu berbalik dan duduk di kursi meja makan. Tiara tersenyum saat melihatku. Sementara Papa dan Mama tetap melanjutkan makannya tanpa mempedulikanku. Oh, jadi mereka masih marah gara-gara aku pulang telat kemarin malam? Ya ampun. Giliran Tiara, dia boleh pulang sampai larut malam. Sementara aku langsung dimarahi habis-habisan. Memang sih, Tiara pulang larut karena mengerjakan tugas sekolah dan aku pulang malam karena jalan dengan pacarku. Tapi kan tetap saja, siapa tau Tiara berbohong dan malah keluyuran tidak jelas?

Kalian harus tau, kalau aku sangat sangat sangat sangat sangat membenci Tiara. Selisih umur kami hanya terpaut tiga tahun. Tapi tetap saja dia lebih kecil daripada aku. Lagipula dia masih SMA dan aku sudah kuliah. Itu membuat hubungan kami semakin menjauh. Walaupun dia kelas 3 SMA, tapi tetap sama judulnya SMA. Yah, alasan utama aku membencinya adalah karena dia pernah merebut pacarku. Tampangnya yang polos itu sangat menipu sekali. Di saat aku masih berpacaran dengan cowokku waktu itu, ternyata mereka malah diam-diam menjalin hubungan di belakangku. Tega-teganya. Aku semakin membencinya saat dia seringkali mencampuri urusankku. Sok tahu sekali, kan?

Dia juga selalu mendapat pembelaan dari Mama dan Papa. Padahalkan harusnya mereka membelaku! Memang, derita anak pertama. Ya, ya. Aku tahu Tiara diperlakukan istimewa karena dia sakit. Asma katanya sih. Tapi, aku tidak pernah percaya. Mungkin itu hanya salah satu strateginya?

Dengan hati-hati aku mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tasku lalu melemparnya ke atas meja makan. Perhatian Papa, Mama, dan Tiara langsung teralih pada amplop yang kulempar. Aku tau sebenarnya Mama dan Papa penasaran amplop apa itu, tapi gengsi mengalahkan segelanya. Jadi dengan senang hati aku langsung menjelaskannya tanpa diminta. "Itu surat pernyataan kalo Cindy menang kontes modeling dan Cindy diundang buat fashion show di acara Sunday Fashion satu minggu lagi."

Hening sejenak. Sialan. Masasih mereka masih marah denganku? Masa mereka tidak senang mendengar akhirnya aku bisa mencapai cita-citaku?

"Wow." Tiara akhirnya buka suara. "Keren banget. Gue bangga banget punya kakak kayak lo!" Ah, dasar berlebihan. "Keren banget kan Ma? Pa?" Caper.

Papa mengambil amplop tersebut dan membacanya, lalu berkata singkat. "Percuma kamu ikut gitu-gituan kalo nilai kamu nggak pernah bagus. Liat tuh adek kamu. Nilainya selalu bagus. Nggak kayak kamu."

Apa-apaan sih? Tiara lagi, Tiara lagi. Harusnya kan mereka memujiku. Bukannya malah memuji Tiara di atas kelebihanku. Dunia memang tidak adil.

Dengan kesal aku langsung bangkit dan berjalan menuju kamarku di lantai dua. Kapan sih Mama dan Papa berhenti membandingkanku dengan Tiara?

☺☺☺

"Udah gue bilang, pacar lo itu brengsek." Aku menghiraukan kata-kata Tiara dan berjalan menuju tangga untuk turun ke lantai satu. Ketika aku sudah hampir sampai di ujung tangga, Tiara mendahuluiku sehingga menghalangi jalanku untuk turun ke bawah. Dia menatapku kurang ajar. "Gue serius."

Mau tak mau aku jadi harus meladeninya. Sebenarnya, saat ini aku sedang tidak mood marah-marah. Tapi kenapa sih cewek itu selalu saja bisa memancing kemarahanku? "Anak kecil kayak lo tau apa sih?"

Behind Every LaughWhere stories live. Discover now