#10 Ojek tak Bermesin

156 17 0
                                    

Peringatan : cerita ini absurd. Kalo gakuat baca sampe abis gapapa. Toh gadanta juga:')

#30DaysWritingChallenge Day 10 : The Weather

Hujan akhirnya turun setelah sedaritadi awan hitam menyelimuti kota Jakarta. Pengendara motor langsung menepi ke trotoar dan halte-halte terdekat untuk berteduh atau sekedar memakai jas hujannya lalu melanjutkan perjalanan.

Dari ujung gang sana, seorang anak laki-laki berseragam putih merah tersenyum bahagia melihat hujan yang kini turun semakin deras. Yah, anak laki-laki itu menyukai hujan bukan tanpa sebab. Jelas saja, baginya hujan mendatangkan uang yang bisa menambah tabungannya untuk sekolah nanti. Atau untuk sekedar membeli sebungkus nasi untuknya dan nenek.

Anak laki-laki itu, Adit, langsung memegarkan payung biru tuanya lalu keluar dari gang dan menembus hujan yang semakin lama semakin deras.

Adit berjalan melewati halte demi halte, gedung demi gedung, untuk menawarkan jasanya untuk memayungi siapa saja yang lupa untuk membawa payung.

Seorang wanita cantik keluar dari kantor pemasaran. Adit dengan sigap menghampirinya. Wanita itu mencoba bernegosiasi sebentar dengan Adit sampai akhirnya kedua belah pihak sepakat. Adit lalu menyerahkan payungnya kepada wanita tadi yang dengan senang hati diterima wanita itu. Air hujan langsung jatuh dan membasahi seragam Adit.

Wanita itu berjalan sambil membawa payung menuju mobilnya di parkiran sementara Adit mengikutinya dengan patuh. Setelah sampai di dalam mobil, wanita tersebut mengembalikan payung Adit lalu menyerahkan uang lima ribuan. Adit langsung mamasukan uang tersebut ke kantong celananya.

Pelanggan kedua Adit hari ini adalah seorang laki-laki berkumis tebal dengan wajah yang lumayan menyeramkan menurut Adit. Laki-laki itu hanya menyerahkan uang dua ribu rupiah setelah Adit selesai melakukan tugasnya. Adit ingin protes, tapi ia telalu takut. Jadi ia merelakannya.

Adit berjalan lagi mencari pelanggan. Menerobos hujan yang tidak kunjung berhenti. Diam-diam Adit mensyukurinya.

Lalu ia menemukan seorang nenek yang kali ini memerlukan jasanya. Tanpa negoisasi kali ini Adit langsung menyerahkan payungnya. Ia tidak meminta imbalan karena mengingat neneknya yang mirip dengan orang tadi.

Adit kembali mencari pelanggan, mendapatkannya, lalu mencarinya lagi. Terus-terusan saperti itu sampai hujan yang deras berubah gerimis dan lama-kelamaan berganti menjadi pelangi.

Adit lalu kembali masuk ke dalam gang. Entah mengapa tubuhnya tiba-tiba menggigil kedingan. Mungkin hujan kali ini yang terlalu deras. Atau mungkin karena dia belum makan dan langsung hujan-hujanan. Entahlah. Ia tidak pernah seperti ini sebelumnya.

Hujan. Hujan memang tak melulu soal kisah romantis. Tak melulu soal air mata. Kadang kalah hujan memang memupus harapan. Harapan seorang penjual minuman dingin. Tapi hujan juga membangun harapan. Harapan untuk memperoleh rezeki bagi tangan-tangan kecil yang menawarkan jasanya meminjamkan payung. Para tangan-tangan kecil sang ojek tak bermesin. Atau yang lebih dikenal dengan nama ojek payung.

(σ′▽‵)′▽‵)σ THE END \(-_- )

Absurd najis. Gausah dibaca kan kata gua-_-







Bojonegoro, 7 Juli 2015.

Behind Every LaughWhere stories live. Discover now