My Wedding

25.5K 1.9K 4
                                    

"Hal yang paling mendebarkan sepanjang hidupku adalah saat Papi menyerahkan hidupku pada pria lain..." ABG labil yang ingin kabur

-
Sovia Pov

Saat makan malam, Nathan tidak kelihatan dirumah karena menurut Ana dia pergi ke pesta bujangnya dicafe dipinggiran kota dan mereka semua memastikan padaku tidak perlu kawatir karena hanya pria saja. Tapi apa peduliku?? Aku tidak kawatir sama sekali seandainya ada wanita juga hadir disana.

Setelah makan malam aku masih juga belum bisa menelfon Okta, aku rasa dia sudah tidur pulas sekali mengingat waktu kami yang berbeda jauh.

Andra juga sibuk, telfonnya berbunyi tinggalkan pesan. Mungkin dia sibuk berkemas-kemas.

Dan akhirnya aku menyerah dan memilih tidur pulas saja tanpa beban karena aku sudah punya perjanjian dengannya.

Pernikahan ini hanya sementara... ya, sementara...

Tidur nyenyak Sovia...

Tidur nyenyak...

"Sovia... bangun sayang... ayoooo" kata Mommy sambil menggoyang-goyangkan badanku.

"Aduhhh... hari sabtu libur Mommm..." gumamku pelan dan malas. Kembali kutarik selimutku tinggi-tinggi.

"Heiiii... hari ini hari pernikahanmu..." bisikian Mommy membuat otak kecilku yang tertidur tiba-tiba bekerja.

Hari pernikahanmu?

Pernikahan?!

"Pernikahan??!astaga..." aku segera menyibak selimutku dan menatap Mommy.

Mataku yang semula masih lengket tiba-tiba berasa disiram air dingin bergalon-galon.

"Pernikahan?!" tanyaku pada Mommy yang sudah berdandan cantik.

Arghhhh!!!

Aku segera melompat dari tempat tidur dan mandi.

Aku menatap diriku dicermin dan masih tidak percaya dengan mataku. Gadis cantik dari pantulan cermin itu diriku?

"Sangat cantik sekali..." puji Mama Nathan begitu masuk ke kamar tempat ku dirias. Akupun tersipu malu mendengar pujiannya, Mamanya sangat baik sekali padaku. Dibelakangnya disusul wajah ceria Ana yang masuk sambil membawa bouquet,begitu juga Mommy yang tersenyum lebar. Mommy meneteskan air mata dan aku hanya bisa diam tanpa bisa membantah.

Astaga... kenapa ada acara menangis bombay segala sih Mommy ini.

"Mommy... kenapa pakai acara nangis segala sih?? Sovia cuma menikah!bukannya mau pergi perang!!" ucapku menghibur Mommy, meskipun sebenarnya akulah yang ingin menangis keras minta supaya pernikahan ini dibatalkan.

Mommy memelukku dan tersenyum.

"Anak bodoh! Mommy terharu karena bahagia. Bukan menangis sedih!!" sahut Mommy sambil menghapus air matanya.

"Kelak jadilah istri yang baik dan berbakti. Cepat dapat momongan yaa.."  gumam Mommy dan tentu saja itu menghancurkan air mataku yang sudah diujung mataku dan siap menetes.

Momongan masih dalam impian Mommy aja nggak apa-apa ya...

Aku terkikik mendengarkan suara yang ada di dalam kepalaku.

"Sudah siap?" suara Ana membuatku tersadar acara akan dimulai.

Entah kenapa aku berdebar-debar begitu mendengar Ana memberitahukan acara akan dimulai.

Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan, apakah aku boleh kabur?

Lupakan soal kabur Sovia...

Semua akan baik-baik saja, sebelum berdiri disini tadi aku sudah mengirim pesan pada Okta dan Andra bahwa lima menit lagi aku menikah. Apakah mereka mendo'akanku? Apakah mereka juga berdebar dan gusar seperti ku saat ini?

"Siap?" aku menoleh pada Papi yang tersenyum padaku. Matanya berkaca-kaca dan itu sangat membuatku sedih. Kenapa sih harus ada air mata segala?!

"Papi bangga sama kamu Sovia... kamu anak gadis kebanggan Papi..." aku memeluk Papi, rasanya aku tidak ingin melepaskan pelukkan Papi. Aku ingin tetap menjadi anak manja kesayangan Papi. Aku-

"Semua menunggu..." aku melepaskan pelukkanku dan menatap Papi.

Semuanya gembira, aku tidak mungkin kabur.

Saat alunan musik mengalun, para tamu undangan berdiri menyambut kedatanganku begitu dua gadis kecil mendahuluiku dan menaburkan bunga mawar putih disepanjang jalan yang akan aku lewati. Kulihat Nathan berdiri dengan seulas senyum diwajahnya.

Bisa-bisanya dia tersenyum sementara aku berdebar tidak karuan begini.

Papi menggandengku dan menemaniku sampai menuju altar. Saat sampai di depan altar Papi menyerahkan tanganku untuk diraih Nathan. Aku menatap Papi dan kembali aku memeluknya.

Papi menepuk bahuku pelan dan aku menatap Papi dalam berharap Papi akan membatalkan pernikahan ini begitu tahu aku masih ingin bersama mereka.

"Nathaniel menunggumu sayang..." suara Papi bergetar dan dengan berat aku melepaskan pelukkan ku.

Nathaniel meraih tanganku dan menggenggamnya dengan erat.

Upacara pengucapan janji pernikahan berjalan lancar.

"Baiklah...sekarang kamu boleh mencium pengantinmu.." aku mengedipkan mataku menatap Romo yang baru saja mengucapkan kata-kata yang mengejutkanku. Aku salut dengan usaha Nathan yang mengharuskan semuanya menggunakan bahasa Indonesia.

Tapi mencium?

Mencium?

Mencium??!

Wait...!! tunggu dulu tidak ada dalam--

Sementara otakku dan hatiku berdebat aku tidak menyadari bahwa Nathan membuka cadarku dan dengan lembut dia menciumku.

Mencium dibibirku, di depan orang banyak. Sesaat kurasakan jantungku seperti mau berhenti, aku pun tanpa sadar mencengkeram jas Nathan dengan kuat.

Nathan tersenyum kearahku dan kurasakan kakiku gemetar dan lemas.

"Kau baik-baik saja??" bisik Nathan diantara senyumnya.

"Kakiku..." gumaku pelan yang membuat alis Nathan naik.

Nathan pun meraih pinggangku dan menahan berat badanku. Entahlah, sentuhannya benar-benar membuatku merinding dan lemas.

Atau ini efek dari ciuman?

My first kiss??

Dengannya?!

Suamiku...

Ice Cream Love ( By Yui ) [OPEN PO]Where stories live. Discover now