Sick Again

22.3K 1.6K 6
                                    

"Pagi mam..."sapa Ana yang terlihat ceria. Dia segera duduk dan mengambil selembar roti.

"Pagi sayang...kau akan pergi? sudah rapi sekali..."tanya mama yang melihat Ana yang sudah rapi dan siap untuk menikmati sarapan paginya.

"Iya...aku akan menjenguk Steven...hari ini dia dipindahkan diRumah sakit di Leiden...aku senang sekali mom..."kata Ana dengan senyum ceria.

"Aku tak tahu apa yang Sovia katakan sampai Nathan luluh hatinya..."sahut Ana dengan senyum lebar.

"Oh ya...mana mereka berdua? ini sudah terlalu siang untuk Nathan!"sahut Ana seraya mengoleskan selai dirotinya.

"Mama belum melihatnya sejak tadi.."sahut mama.

Papa dan mama saling pandang heran. Selama ini Nathan tidak pernah bangun siang kecuali sakit.

"Apa mungkin ada yang sakit?"tanya mama.

"Biar aku lihat..."kata Ana yang segera beranjak dari duduknya dan berjalan kearah kamar Nathan.

Ana berhenti sejenak karena kamar ini terdengar sepi sekali. Perlahan Ana mengetuk pintu namun beberapa kali tetap tidak ada sahutan.

"Nathann...Sovia...kalian baik-baik saja?"tanya Ana.

Lama Ana menunggu tetap tidak ada sahutan dari dalam. Suasana masih sunyi tanpa suara.

"Bagaimana?"tanya mama yang membuat Ana kaget.

Ana geleng kepala dan heran juga.

"Sayang...."panggil mama seraya mengetuk pintu.

Tapi tetap tidak ada sahutan dari dalam.

"Apa mereka sudah pergi pagi-pagi sekali ya?"tanya Ana bingung.

Ana segera mnegeluarkan handphonenya dan menelfon Nathan. Pada panggilan ke tujuh telfon baru diangkat.

"Kau dimana?"tanya Ana bingung dan cemas.

"Tidak dikunci..."kata mama yang kemudian membuka pintu. 

Saat melihat kamar yang berantakan membuat mama dan Ana heran dan melongo. Bantal dan baju sudah jatuh dilantai dan juga ada bra yang tergantung ditempat tidur. Pakaian dalam yang berserakan dilantai dan tentu saja Nathan yang melihat mama dan Ana masuk terkejut.

Kepalanya yang terasa berat seakan tiba-tiba hilang. Nathan menoleh kearah tempat tidur dan melihatku yang masih meringkuk tidur dengan nyenyak. Mama dan Ana hanya tersenyum kecil melihat kepanikan Nathan.

"Sayang..."bisik Nathan pelan.

Saat Nathan menyentuhku dia kaget karena badanku sedikit demam.

"Sovia...kau sakit?"tanya Nathan kawatir.

Aku hanya bergerak sebentar dan berusaha membuka mata. Badanku terasa sakit semua dan seakan aku tak punya kekuatan untuk menggerakkan badanku. Kejadian semalam terbayang diotakku. Semalam adalah malam yang sangat panas, dan saat mengingatnya pipiku terasa panas.

"Apa aku sudah mati?"gumamku parau.

Aku heran dengan suaraku yang parau dan serak.

Saat pandangan mataku tertuju pada jam dinding aku sadar akan sesuatu.

"Yahhh...kurasa aku sudah mati..."gumamku lagi.

Nathan masih diam tak mengerti apa maksud ucapanku.

"Kau baik-baik saja?"tanya Nathan kawatir.

"Sovia...ka..kalian...."Ana berhenti bicara saat mataku bertemu dengan matanya. Aku jadi sadar bahwa aku hanya mimpi saja, ini kenyataan dan aku tidak mati.

"Aku masih hidup?"tanyaku pada Nathan entah yang keberapa kali.

"Tentu saja..."gumam Nathan.

Aku kaget dan melihat kesekeliling. Kamar ini sangat berantakan dan pandanganku beralih pada mama dan Ana yang berdiri menatap kami berdua dengan geli.

"Ngg..."aku terdiam menatap Nathan dan rasanya aku ingin tenggelam dibalik selimut. Aku menarik selimutku lebih tinggi karena terasa aneh saja saat ini.

Nathan menatapku dan dia tahu apa yang kurasakan saat ini.

"Kami akan segera ikut sarapan dibawah ma.."sahut Nathan tanpa beranjak dari tempat tidur. Mama dan Ana hanya mengangguk dan tersenyum kecil lalu keluar kembali ke ruang makan.

"Mana mereka?"tanya papa yang sudah selesai sarapan dan melihat mama dan Ana turun sambil tertawa kecil dan berbisik-bisik.

"Biarkan saja mereka pa...biasa pengantin baru..."gumam mama.

"Semua baik-baik saja?"tanya papa heran.

"Iya semua baik-baik saja...kurasa Nathan akan sering bangun siang mulai sekarang..."desah mama seraya tersenyum kecil.

"Apa artinya aku akan segera punya keponakan?"tanya Ana seraya tersenyum kecil.

Mama hanya tersenyum dan papapun mengangguk-angguk mengerti. Sesaat tatapan mereka jatuh pada Nathan yang turun sendiri dengan rambut masih acak-acakan namun dengan wajah lebih cerah dari pada beberapa bulan terakhir ini.

Nathan segera mengambil duduk disebelah Ana dan mengoleskan beberapa lembar roti dengan selai dan menuang segelas juss jeruk.

"Apa yang terjadi semalam?"tanya Ana penasaran dengan apa yang terjadi dengan kakaknya itu.

Selama ini Ana tak pernah melihat kamar Nathan begitu berantakan seperti pagi ini seperti baru terkena badai tsunami.

"Semalam?...?ngg...tidak ada Ana.."kata Nathan seraya menatap Ana sekilas dan menggigit rotinya.

"Pertanyaan apa itu sayang...." kata  mama seraya menepuk tangan Ana.

"kau kekantor hari ini Nath?"tanya mama.

"Sepertinya tidak...Nathan keatas dulu ma...Sovia sedikit demam..tapi tidak usah kawatir...aku sudah meminta Billy datang.."gumam Nathan ragu.

"Apa aku akan segera punya keponakan?"celetuk Ana.

Nathan beku seketika dan menatap Ana bingung akan menjawab apa.

"Itu.."

"Ana....sebaiknya kau cepat pergi menjenguk Steven..."kata mama mengingatkan.

Nathanpun segera berlalu tanpa menjawab pertanyaan Ana.

Steven, itu alasan aku melakukan semuanya. Bukan karena keinginanku dan itu membuat perasaannya bercampur aduk tak jelas.


Ga kerasa udah jauh...

Ice Cream Love ( By Yui ) [OPEN PO]Where stories live. Discover now