Steven

21.9K 1.6K 4
                                    

Ana memang sangat sayang sekali dan kawatir dengan orang tuanya jadi disinilah kami berada sekarang di kota Maastricht tempat orang tua Ana dirawat.

"Maaf..aku.."Belum sempat aku bicara aku buru-buru lari menuju toilet terdekat. Muntah karena perutku terasa mual mungkin belum makan dan perjalanan jauh. Mataku berair dan badanku terasa sakit semua.

"Apa kau sakit Sovia??maaf aku..."Ana merasa bersalah karena gara-gara dia aku jadi begini.

Aku segera berkumur dan mencuci mukaku. Badanku sedikit bergetar dan lemas.

"Tidak apa-apa..."Kataku pelan.

Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya.

"Ayo keluar..."Kataku setelah aku merasa lebih baik.

Begitu aku keluar dari toilet Nathan sudah menungguku dengan was-was. Mata birunya terlihat letih dan sendu.

"Aku tak apa-apa.."Jawabku pelan hampir berbisik.

"Bagaimana papa dan mama?"Tanya Ana cemas.

"Tidak apa-apa Ana...kau bisa menjenguknya...Steven yang terluka parah...kakinya patah dan beberapa tulang rusuknya patah..."Kata Nathan sendu.

Sontak wajah Ana sedih dan pucat.
Steven adalah sopir keluarga Dirk yang sangat baik dan ramah. Dia selalu membuat Ana tertawa terpingkal-pingkal. Nathan sangat mempercayai pemuda itu. Dia tiga tahun diatasku dan sangat perhatian dengan Ana. Kurasa Ana ada hati pada Steven tapi dia tahu itu tidak mungkin.

Aku menoleh kearah Ana yang terlihat sedih sekali.

"Heiii..papa tidak apa-apa.."Kata Nathan menghibur. Aku menatapnya heran kenapa pria itu tidak peka?

Peka?hhh...aku juga tidak peka jika itu berhubungan dengan namanya laki-laki.

"Mungkin setelah kau menjenguk papa kau mau melihat keadaan Steven,Ana.?"Tanyaku.

Dia menoleh kearahku dengan tatapan penuh harapan.

"Kurasa dia bagian dari keluarga kita juga bukan??"Tanyaku lagi.

Nathan menarik nafas dalam-dalam tanda tak setuju tentang pendapatku yang terakhir.

"Ayo Ana.."Ajakku tanpa kuhiraukan ekspresi Nathan.

Aku dan Ana segera masuk kedalam ruangan mengunjungi papa dan mama yang tertidur karena baru saja minum obat. Keadaan keduanya memang seperti kata Nathan tak terlalu mengkhawatirkan. Hanya ada luka ditangan saja.

"Kau ingin melihat Steven?"Tanyaku lagi saat keluar dari kamar papa.

Ana menoleh kearah Nathan seoalah mencari persetujuan darinya.
Aku tahu Nathan mencium aroma mencurigakan sejak lama tentang perasaan Ana. Itulah sebabnya Nathan tidak terlalu suka usulku.

"Kurasa dia juga sudah tidur Ana.."Gumam Nathan.

Ana yang sedikit ceria berubah kembali sedih. Aku melotot kearah Nathan dan mendengus kesal.

"A-aku.."Ana terdiam tak ingin berdebat dengan Nathan.

"Apa kau selalu begitu??"Tanyaku yang kutujukan pada Nathan.

Nathan menatapku kesal karena tidak tahu permasalahannya.

"Sayang...aku..."

Aku mengangkat tanganku menandakan supaya dia berhenti bicara.

"Jenguklah dia sebentar Ana. Aku dan Nathan akan menunggu disini. Hanya lima belas menit yaa..jangan lebih,kalau tidak aku bisa pingsan karena lapar..."Gurauku seraya menepuk lembut tangan Ana.

Ana menatapku dan dia tersenyum dan segera berlari menuju kamar lain tempat dimana Steven dirawat.

"Jangan terlalu histeris..."Gumamku pada Nathan.

Aku segera duduk karena kurasakan kepalaku pusing sekali.
Nathan menatapku dan duduk karena dilihatnya aku yang sedikit pucat.

"Kau sakit??"Tanya Nathan.

Aku geleng kepala dan meringis.

"Tidak..tapi aku lapar.."Kataku.

"Astaga Sovia..."

"Tidak apa-apa..aku bisa tunggu Ana. Aku hanya sedikit mabuk kendaraan..hehhehe..."aku tertawa kecil supaya Nathan tidak terlalu cemas.

Kadang aku tak mengerti kenapa wajahnya selalu cemas seolah masalah diseluruh dunia adalah masalahnya yang harus segera diselesaikan.

"Kau seharusnya tidak usah ikut kesini..."

Aku hanya memonyongkan bibirku dan geleng kepala tanda tidak setuju.

"aku kakaknya! Ingat?! Kau yang bilang padaku..."kataku mengingatkan.

"sebaiknya kau disini saja. Biar nanti Ana pulang diantar sopir..kau bisa sakit begitu sampai rumah..!"Protes Nathan yang tak bisa dibantah lagi.

"Hei...kau itu galak sekali! Aku iri pada Ana yang punya kakak sepertimu! Dion saja tidak pernah segusar ini kalau ada pria yang dekat denganku!huhhhh...."

Aku mendesah pelan dan Nathan terdiam.

"Bahkan dia orang paling bahagia saat aku akan menikah denganmu yang kategori orang asing!cihhh...bisanya dia bersorak begitu!"

Haishhhh.... Aku berdecak sebal jika ingat kakakku satu-satunya itu.

"akupun akan bersikap sama seperti ini jika kau dekat dengan laki-laki lain..."

Deg.

Apa yang dia bilang?!

Bercandakan??

"kau bercandakan??"

Akupun tertawa kaku karena kurasa dia aneh.

Ice Cream Love ( By Yui ) [OPEN PO]Where stories live. Discover now