Pergi Saja!

21.3K 1.6K 1
                                    

Saat aku bangun badanku sudah terasa lebih baik dan fresh. Dan Nathan sudah selesai mandi dan hendak kerumah sakit.

"Maaf aku baru bangun. apa kau bisa menungguku??"Tanyaku pelan seraya duduk.

"Apa kau sudah sehat?"Tanya Nathan seraya berjalan mendekat dan meletakkan punggung tangannya di dahiku.

"I-iya..sudah lebih sehat..semalam..apa aku menginggau?"Tanyaku gugup dengan tindakannya.

Nathan tersenyum kecil dan terlihat lega. Wajahnya juga sudah terlihat lebih segar.

"Tidak..kau tenang sekali tidurnya.."Sahut Nathan.

"Ohh..baiklah..aku mandi dulu.."Kataku yang segera bangkit dan menuju kamar mandi.

Dengan cepat aku mandi dan ketika aku keluar Nathan sedang sibuk menelfon seseorang entah siapa.
Aku mencari-cari sisir didalam tas ku tapi percuma saja, karena aku bukan tipe pesolek jadi dengan asal-asalan aku menggulung-gulung rambutku dan kujepit seasalnya.

Aku hanya merapikan bajuku dan kulihat di cermin Nathan masih sibuk. Aku memandang wajahku lagi dicermin dan menepuk-nepuk pipiku, melakukan kebiasaanku di depan cermin. Sampai aku berhenti saat kulihat pantulan dicermin memperlihatkan Nathan tersenyum masih dengan menelfon. Aku buru-buru berjalan kearah tempat tidur dan meraih tas ku.

"Kau sudah siap?"Tanya Nathan.

"I-iya.."Kataku gugup seraya berbalik menatapnya.

"Kau tidak bawa baju ganti??"Tanya Nathan lagi masih menatapku.

Aku hanya geleng kepala dan Nathan hanya mengangguk dan kamipun berangkat ke rumah sakit.

Selama perjalanan Nathan masih terus sibuk menelfon orang lain dan sesekali terdengar dia berdebat. Dan sesekali dia menyebut nama Sofie. Sofie, sekretarisnya yang cantik dan sexy.

"Tidak...aku tidak ingin Steven terlalu dekat dengan Ana...jadi carikan posisi lain untuk Steven. Mungkin bisa kau carikan di kota lain.."Kata-kata Nathan ini mengusik fikiranku yang melayang kemana-mana. Meskipun aku tidak tahu dia berbicara apa tapi yang pasti nama Steven disebut-sebut.

"Hhh..lakukan saja!"Seru Nathan kesal dan menutup telfonnya.

Dia memijit-mijit kepalanya seolah bebannya besar sekali.

"Kau baik-baik saja?"Tanyaku ragu-ragu.

Nathan menoleh kearahku dengan menghembuskan nafas berat.

"Yaa..tak apa-apa.."Sahutnya seraya tersenyum.

Aku menatapnya. Ekspresinya berbeda dengan tadi pagi yang terlihat cerah. Tapi saat ini apa? Wajahnya sudah terlipat-lipat tak jelas.

"Kau..." aku terdiam sesaat, ragu-ragu ingin menanyakannya.

"Kau tak suka dengan Steven ya?" Tanyaku ragu.

"Hhh......" Nathan menghembuskan nafas berat.

"aku bukannya tidak suka dengannya. Aku sahabatnya... aku tak ingin jika dia ada masalah dengan Ana lalu persahabatan kami hancur.."Katanya.

Hancur??!

"Kau tahu soal hubungan Steven dan Ana?"Tanyaku kaget.

Dia mengangguk dan memijit-mijit kepalanya. Pertanyaanku seakan membuat kepalanya semakin berdenyut-denyut.

"Aku tahu Ana menyukai Steven sejak dua tahun lalu.."Katanya.

"Tapi usia mereka terpaut jauh.."Gumamnya lagi.

"Kau dan aku juga terpaut jauh..apa kau tahu itu?" kataku menjelaskan.

Nathan menatapku dan menggertakkan giginya. Wajahnya terlihat marah dan kesal dengan apa yang ku ucapkan.

Dia tak menjawab lagi dan memalingkan wajahnya menatap jalan.

"Oh ya..., mungkin sekarang bukan saat yang tepat. Tapi apa kau sudah mempertimbangkan soal aku kuliah di Indonesia??"Tanyaku cepat dalam satu tarikan nafas.

"Aku belum memikirkannya"jawabnya datar tanpa mau menoleh kearahku.

"Kapan kau akan memikirkannya??"Desakku penasaran.

"Entahlah..."Sahutnya seperti orang linglung.

"Eh??mana bisa begitu??!"Protesku.

Kali ini ganti aku yang naik darah karena Nathan tidak menanggapi pertanyaanku dengan serius.

"Aku sudah mendaftar online dan aku sudah diterima!"Seruku menggebu-gebu.

Kali ini Nathan menoleh kearahku dengan tatapan kasar dan entahlah.

"Ka-kalau kau tak izinkan aku akan bunuh diri saja!!"Cetusku tanpa fikir.

"Kau..!!"Nathan terdiam,amarahnya sudah sampai ubun-ubun rasanya.

"Ahh..terserahlah...nanti akan kutelfon mamamu..."

Akhirnya...aku merasa sedikit lega.

"pergi saja..!"Katanya yang kemudian turun dari mobil begitu mobil ini berhenti.

Pergi saja!

Deg!

Kata-kata itu terasa terdengar sedikit aneh ditelingaku.

Aku menatapnya yang berjalan tanpa menungguku dan aku cemberut memandangnya dengan kesal.

Ice Cream Love ( By Yui ) [OPEN PO]Where stories live. Discover now