DUA PULUH DUA

253 45 0
                                    

"Gina, apa yang sedang kau lakukan disini?!" Pria berpakaian dinas itu terkejut akan kehadiran Gina.

"Hai Arez sudah lama tidak berjumpa!" sapa Gina.

"Apa yang kau lakukan disini?" Arez bertanya kembali. Gina mendengus.

"Kau tidak menawarkan aku duduk?" Gina mengangkat alisnya.

"Kau tidak perlu izin, biasanya juga begitu," balas Arez.

"Terimakasih." Gina duduk dengan anggun. Sedangkan Arez mengangkat alisnya tidak percaya dan akhirnya pria itu memilih duduk di seberang Gina.

Gina menatap sekelilingnya dan mengangguk, "ruangan ini sama sekali tidak berubah."

Arez menghela nafas, "kau terlalu cepat keluar dari rumah sakit."

"SIALAN!"

"Sekarang kembali ke pembahasan, kenapa kau berada di sini?"

"Memangnya aku tidak boleh datang?" Gina bertanya balik.

"Tentu saja kau boleh datang kapanpun yang kau mau, tapi sepertinya kau ada sesuatu menemuiku." Arez penasaran.

Gina tidak langsung menjawab, gadis itu bersandar di sofa ruangan Arez. Ia memikirkan sesuatu membuat Arez menunggu. Pria itu penasaran dengan apa yang ada dipikiran Gina. Arez yakin apapun yang dipikirkan Gina pasti bukanlah hal baik. Arez cukup mengenal gadis itu yang sesungguhnya tidak pernah memikirkan hal baik.

Setelah cukup lama terdiam, Gina bertanya satu hal yang membuat Arez cukup terdiam.

"Apa kau mengenal Riana?"

"Riana siapa?" tanya Arez. "Di sekolah ini yang namanya Riana banyak sekali."

Gina tersenyum, ia lupa menanyakan tentang Riana pada Ailen. "Bolehkah aku meminjam buku absenmu?"

Merasa diabaikan, Gina berkata lagi, "aku butuh mencari nama seseorang, itu saja."

"Murid yang ku ajar tidak ada yang bernama Riana, tanya saja pada kepala sekolah sana," jawab Arez.

"Baiklah, baiklah. Setelah kau menjawab pertanyaanku ini, aku berjanji akan keluar dari ruangan mu," kata Gina. Arez menghela nafas.

"Tanyakan saja, jika aku tahu aku akan menjawabnya."

Gina mengangguk puas, "namanya Riana..."

"Kau sudah mengatakannya tadi," potong Arez.

"Dengarkan dulu, namanya Riana dan nama temannya Ailen. Apa kau mengenalnya?"

Arez menggeleng, "yang namanya Riana disekolah ini banyak, nama Ailen pun sama halnya. Kau tahu kan kalau nama mereka pasaran?!"

"Okey," Gina menghela nafas. "Dia memiliki tunangan yang bernama Ralex Argamawan. Apa kau masih belum mengenalnya?"

Riana? Ah ya, Arez tahu gadis itu. Gadis yang memiliki tunangan seorang pengusaha. Yang menjadi perbincangan para guru adalah, murid sekolah dilarang memiliki hubungan demi citra sekolah. Tapi berbeda dengan Riana, gadis itu sudah bertunangan dengan pria yang bahkan terpaut sepuluh tahun darinya. Tapi kepala sekolah masih mengizinkan Riana bersekolah di sekolah ini. Ya mentang-mentang dari keluarga terpandang, gadis itu diperlakukan khusus di sekolah ini.

"Aku tahu," jawab Arez sebelum Gina berbicara kembali.

Mata Gina menyipit tampak memikirkan sesuatu, "sepertinya kau tahu sekali tentang Riana, apa dia seterkenal itu memiliki tunangan bernama Ralex?"

Arez menjawab, "ya dia memang seterkenal itu apalagi memiliki tunangan yang terpaut sepuluh tahun darinya."

Tanpa sadar tangan Gina mengepal dan itu dilihat oleh Arez. Tidak ingin membuat Arez khawatir, Gina bertanya lagi, "kau tahu apa saja tentangnya?"

Riana & RalexWhere stories live. Discover now