TIGA PULUH SATU

513 32 0
                                    

Ralex membawa Riana ke taman kota, ia sama sekali tidak melepaskan tautan tangannya dengan Riana. Membuat orang-orang menatap pada mereka. Riana yang sudah terlanjur malu hanya bisa menyembunyikan wajahnya di punggung Ralex. Tetapi pria itu malah terkekeh geli melihatnya. Menurutnya Riana jadi sangat menggemaskan jika malu-malu begini.

"Jangan tertawa." Riana geram dan mencubit pinggang Ralex. Pria itu memang berhenti tertawa akan tetapi tidak berhenti untuk tersenyum. Riana merasa marah sekaligus cemburu. Marah karena Ralex tidak berhenti menggodanya dan cemburu karena para gadis terpesona akan senyum pria itu. Bagi yang tidak mengenal Ralex memang berusaha menarik perhatian pria itu. Tapi bagi yang mengenal pria yang disampingnya, mungkin akan mengabaikan mereka. Dan para gadis kegatelan itu sepertinya tidak mengenal Ralex sehingga mereka terus saja menatap pria disampingnya ini.

Mood Riana menjadi jelek, ingin hati menenangkan pikiran dari masalah sejenak. Tapi malah membuat moodnya buruk. Merasakan suasana hati tunangannya tidak baik, Ralex membawa Riana pada salah satu bangku taman. Ia mendudukkan Riana dan ia pun duduk disamping gadis itu.

"Katakan padaku jika kau ingin sesuatu honey," kata Ralex pada tunangannya.

Sebenarnya aku ingin menusuk mata para gadis itu.

Tapi Riana tidak mengutarakan isi hatinya, ia tidak ingin membuat Ralex menatapnya aneh. "Aku ingin gula-gula kapas. Bisakah kau membelinya untukku?"

"Baiklah, tunggu disini." Ralex memastikan Riana duduk dengan tenang lalu pria itu berlalu untuk membeli pesanan tunangannya. Sepeninggalan Ralex, Riana bersandar dengan tenang walau tetap kesal pada para gadis yang masih melihat Ralex mengantri membeli gulali untuknya.

Pria itu menatap Riana sesekali sembari mengantri di belakang orang-orang. Riana memalingkan wajahnya dan menatap orang-orang yang berlalu lalang di taman kota. Kebanyakan dari mereka anak-anak muda yang sedang bersenang-senang bersama teman-temannya. Anak-anak kecil yang sedang bermain diawasi oleh orang tua mereka.

Cukup lama Riana menunggu Ralex yang membeli pesanannya. Hingga pria itu datang membawa dua gulali. Pria itu memberikannya pada Riana.

"Semuanya untukku?" tanya Riana yang dibalas anggukan dari Ralex. Riana menerimanya dengan senang hati.

Melihat Riana sebahagia itu membuat Ralex tersenyum. Pria itu duduk disamping gadis kesayangannya sembari memperhatikan Riana yang sedang menikmati permen kapasnya. Sedangkan Riana menatap pada pada orang-orang yang berlalu lalang.

"Nanti aku akan ke kantor polisi honey," kata Ralex. Riana menoleh pada pria.

"Untuk apa ke kantor polisi?"

"Untuk membereskan semua masalah ini. Aku tidak ingin kau kenapa-napa." Perkataan Ralex cukup membuat Riana tersanjung, gadis itu bersandar pada bangku taman. Bibirnya bergerak sedikit, matanya menyipit.

"Bukankah kau sudah menjelaskan semuanya padaku?" tanya Riana.

"Ya, tapi gadis itu sudah keterlaluan." Ralex kembali mengingat video dan foto-foto yang sudah diedit menjadi dirinya. Sebagai keluarga Argamawan, Ralex tidak ingin foto-foto dan video itu tersebar luas dan menghancurkan nama baik Argamawan. Gina dan kekasihnya harus mendapat hukuman yang setimpal. Gadis itu harus merasakan perbuatannya.

"Kukira kau akan membiarkan gadis itu setelah menjelaskan semuanya padaku." Riana bingung.

Ralex membalas, "aku tidak sebaik itu honey. Sekalipun aku sudah menganggapnya saudara, bukan berarti dia bisa semena-mena."

"Kau hanya menganggapnya sebagai saudara?" ekspresi Riana tampak tidak percaya.

Kedua alis Ralex terangkat, "apa maksudmu?"

Riana & RalexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang