DUA PULUH TUJUH

335 51 1
                                    

Gina merasa sangat bahagia. Ralex ingin bertemu dengannya, ada apa gerangan. Setelah pulang dari rumah sakit, Ralex menjadi orang yang sangat dingin. Pria itu yang dulu sangat menyayanginya sekarang berubah. Alasannya karena pria itu sudah memiliki tunangan.

Sepanjang perjalanan Gina tidak bisa menyembunyikan senyumnya, ia duduk di kursi belakang dan yang menyetir supir pribadi Argamawan. Bagaimanapun Gina merasa sangat bahagia. Gina tidak sabar bertemu Ralex, pria itu mengajaknya bertemu di suatu tempat yang tidak diketahinya. Pasti tempat yang sangat spesial, pikirnya.

Ia terlalu buta karena cinta. Ia sama sekali tidak ada rasa curiga pada pria itu setelah kejadian Riana. Karena ia yakin Ralex tidak akan mungkin berbuat aneh padanya. Ia terlalu percaya diri karena ia merasa Ralex masih menyayanginya.

Ia tidak sabar bertemu dengan Ralex dan akan berbincang panjang dengan pria itu, setelah sekian lama mereka tidak saling sapa.

Memikirkan semua itu membuat Gina tersipu, ia tidak sadar kalau mobil sudah berhenti.

"Nona sudah sampai," ucap supir membuat Gina tersadar. Gadis itu turun dari mobil dan melihat sekitarnya dengan kening berkerut.

"Bapak tidak salah menurunkanku?" tanya Gina aneh ketika supir pribadi Argamawan memberhentikan mobilnya di rumah tua dikelilingi hutan. Ia tidak sadar kalau selama perjalanan ia melewati hutan. Gina mulai resah, bagaimana mungkin supir Argamawan yang profesional menurunkannya di sembarang tempat.

"Tidak nona, memang tempat ini yang dituju," kata pria paruh baya itu.

"Kau mengatakan Ralex ingin bertemu denganku, sekarang dimana dia?" tanya Gina.

"Saya tidak tahu nona tapi tuan Ralex memang mengatakan ingin berjumpa dengan Anda."

"Kau berbohong, mana mungkin Ralex ingin bertemu denganku ditempat seperti ini," Gina jengkel. Ia mulai berpikiran buruk kalau supir pribadi Argamawan ingin melakukan hal yang aneh padanya.

Pria paruh baya itu menggaruk kepalanya. Ia tidak berbohong kalau tuannya itu memang memintanya menyampaikan pesan pada Gina di tempat ini. Ia sendiri merasa aneh mengapa tuannya memintanya mengantarkan Gina ketempat ini.

"Kau tidak berbohong kan?" tuding Gina.

Pria paruh baya itu menggeleng, "tidak nona sumpah demi Tuhan, saya tidak berbohong."

"Lalu dimana Ralex?"

"Saya tidak tahu nona," jawab pria paruh baya itu.

"Kau berbohong!" seru Gina.

"Tidak, dia tidak berbohong Gina."

Gina berbalik ketika mendengar suara yang dikenalinya. "Alex!"

"Hi Gina!" sapa Alex.

Gina tidak mempedulikan sapaan itu. Ia heran, yang ingin bertemu dengannya adalah Ralex tapi kenapa menjadi Alex.

Merasa Gina mengabaikan sapaanya, Alex tersenyum lebar. "Kau pasti mencari kakak!"

"Dimana Ralex?"

Alex mengangkat bahunya, "aku tidak tahu."

"Yang sebenarnya ingin bertemu denganku itu kau ya?" tuding Gina.

"Tidak, tanya saja pak supir. Aku kebetulan lewat tempat ini." Kata Alex.

"Yang menitipkan pesan memang tuan Ralex nona," ucap pak supir.

"Lihat kan." Alex tersenyum.

"Kalian pasti bersekongkol," kata Gina tidak percaya. Ia yakin kedua orang ini bersekongkol mengerjainya.

Riana & RalexWhere stories live. Discover now