SEPULUH

457 89 1
                                    

Ailen memandangi rumah megah yang ada di depan matanya melalui kaca mobil milik Ralex. Ia masih belum mengerti mengapa Ralex membawanya kesini.

"Tuan ini dimana?"

Ralex mendengus, "diamlah!"

Ailen diam tidak ingin membuat Ralex kesal padanya.

Selama beberapa saat mereka memandangi rumah megah itu. Penjagaan didepan rumah terlihat sangat ketat. Itu menandakan pemilik rumah megah adalah orang berada.

"Ini rumah Riana."

"Hah?" Ailen memandang Ralex bingung.

"Apa kurang jelas? Ini rumah Riana, maksudku rumah orang tuanya"

Akhirnya Ailen mengerti. Ailen menatap takjub rumah megah itu. Seperti istana para bangsawan saja. Pantas saja Riana menjadi populer, itu semua pasti karena kekayaan orang tuanya.

"Lalu kenapa tuan Ralex tidak masuk kedalam saja," kata Ailen memberi saran ketika Ralex sama sekali tidak bergerak dibalik kemudi.

"Aku cuma bingung," Ralex menghela nafas. "Setelah selesai bertunangan, kami tidak pernah bertemu lagi."

Ailen mengangguk mengerti. "Setidaknya temui dia, sebelum dia melupakan tuan."

"Aku tidak mungkin menemuinya dalam keadaan seperti ini"

"Maksud tuan?"

Ralex tersenyum penuh arti. "Ikuti rencanaku."

"Rencana?"

"Ya"

Ralex memarkirkan mobilnya tidak jauh dari rumah megah Riana. Lalu Ralex menarik lengan Ailen. Ailen mendengus kesal, apa Riana sanggup punya tunangan seperti Ralex?

Ailen mengikuti langkah Ralex yang memutar melalui jalan belakang rumah megah Riana.

Ralex berhenti tepat di sebuah pohon besar. Ia memandangi sekitarnya. Mewanti-wanti keadaan disekitar lalu tersenyum puas.

"Kau tungguh dibawah sini"

Ailen mengangguk. Ia menaikkan alisnya ketika melihat Ralex memanjat pohon. Sekali lagi Ralex menoleh pada Ailen,

"Jangan kemana-mana, tunggu aku disini apa pun yang terjadi"

Ailen mengangguk lagi. Ia sudah biasa dengan sikap tukang perintah Ralex.

Setelah berada diatas pohon, Ralex meloncat ke balkon kamar entah siapa. Ralex membuka pintu balkon yang tidak terkunci. Ailen yang melihat semua itu berpikir, apa pemilik kamar itu bodoh? Kalau ada orang masuk selain tuannya bagaimana?

Ailen duduk dibawah pohon yang dipanjat Ralex tadi. Ia berpikir keras lalu menatap pada balkon kamar yang dimasuki Ralex. Mata Ailen membesar ketika tahu itu kamar milik siapa. Tidak mungkin Ralex memasuki kamar orang lain selain kamar tunangannya.

Memikirkan semuanya Ailen menjadi mengantuk. Menutup mata sebentar mungkin tidak masalah.
🌺🌺🌺

"Ailen"

Samar-samar Ailen mendengar suara Ralex. Ailen membuka matanya lalu mengedip-ngedpkan beberapa kali.

"Tuan." Ailen tersentak begitu menyadari ia tertidur dibawah pohon besar. Sempat Ailen merinding.

"Maaf membuatmu lama menunggu sehingga kau tertidur dibawah pohon seperti ini"

"Tidak, apa-apa tuan" Ailen menguap lebar.

Riana & RalexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang