TUJUH

433 101 4
                                    

Ralex menunggu Riana di depan gerbang sekolah gadis itu. Kedatangannya tampak mencolok. Bagaimana tidak, dengan mobil mewah yang harganya tak murah, pria itu memarkirkan mobilnya didepan gerbang High School Emperis. Ralex keluar dari mobilnya.

Murid sekolah tampak terpana dengan kedatangan Ralex, terutama para gadis. Mereka menjerit-jerit histeris. Hingga pandangan Ralex melihat Riana keluar gerbang bersama ketiga temannya.

Riana tidak menyadari kedatangan Ralex. Sehingga salah satu sahabatnya menyeletuk.

"Wow lihat pria tampan itu," Misya menunjuk Ralex yang bersandar didepan mobilnya. Ketiga sahabatnya kompak menoleh. Dahi Riana berkerut. Siapa pria itu? Apa Ralex? Batin Riana bertanya-tanya. Dia hanya sekali bertemu Ralex, itupun disaat pertunangan mereka.

"Lihat, pria tampan itu melihat pada kita," kata Tiani.

"Kau terlalu percaya diri Tiani. Dia bukan melihat padamu tapi Riana," ujar Sarly.

Ketiga sahabat Riana memperhatikan Ralex yang berjalan pada mereka. Bukan, tapi pada Riana.

Ralex berhenti tepat didepan Riana membuat Riana mendongak. Karena Ralex lebih tinggi daripada dirinya.

"Sudah siap?" tanya Ralex.

Riana menjadi salah tingkah. Aneh, padahal dirinya terlihat tidak suka pada Ralex selama ini. Kenapa sekarang?

"Bagaimana?"

Riana mengangguk. Dengan tiba-tiba Ralex merangkul pinggang Riana. Membuat gadis itu terkejut.

Ketiga sahabat Riana terpaku lalu mereka mengerti.

"Baybay Riana sayang. Kalau kencan jangan lupa bawa oleh-oleh pada sahabatmu ini ya." Tiani melambai pada Riana. Riana tersenyum pada sahabatnya.

"Bawakan untukku juga." Misya berteriak saat Riana mulai menjauh dari mereka.

"Aku juga," Sarly juga ikutan.

"Tidak perlu sekaku itu," kata Ralex saat menyadari tubuh Riana seperti patung. Riana melihat ekspresi Ralex. Datar seperti pertama kali mereka bertemu.

Ralex membukakan pintu mobil untuk Riana. Lalu memutar tubuhnya ke sisi mobil yang lain.

Suasana di mobil berubah canggung. Riana tidak tahu harus bicara apa dengan pria itu. Sedangkan Ralex sama sekali tidak ingin membuka percakapan.

"Ja... jadi kita akan pergi kemana?" Mati-matian Riana menahan agar suaranya tidak bergetar.

"Menurutmu?" Bukannya menjawab Ralex malah balik bertanya. Riana menjadi kesal dibuatnya.

"Aku tidak tahu," kata Riana kesal. "Jadi kita akan kemana?"

"Aku tidak tahu," kata Ralex santai.

Mulut Riana menganga, "kau tidak tahu kita akan pergi kemana, lalu untuk apa kau mengajakku pergi?"

Ralex menaikkan alisnya, "mengajakmu? Hei nona kau yang meneleponku. Jadi siapa disini yang mengajak siapa?"

Mendengar nada suara Ralex yang mencemooh. Riana benar-benar mengutuk dirinya. Ralex terlihat sangat menyebalkan membuat Riana ingin menendang Ralex keluar dari mobil. Eh... tidak, jika ia benar-benar melakukan itu, yang ada pria itu yang akan menendangnya ke jalanan sekarang.

"Kau terlihat kesal," kata Ralex tapi masih fokus mengendarai mobilnya.

Riana mengabaikan Ralex. Ia ingin sekali memaki-maki sampai puas entah kenapa. Yang pasti Riana tidak ingin menatap pria itu untuk saat ini.

Maka dari itu Riana menatap keluar jendela mobil yang terbuka. Ia memejamkan matanya ketika udara sejuk menerpa wajahnya seolah mendinginkan hatinya yang sedang kesal pada Ralex. Riana membuka matanya lalu tersadar akan sesuatu. Udara sekitarnya terlalu sejuk menjurus dingin. Batin Riana langsung berteriak, PANTAI!! Ya Ralex membawanya ke pantai. Rina menoleh pada Ralex yang juga menatapnya.

Riana & RalexWhere stories live. Discover now