SATU

939 110 0
                                    

Satu minggu setelah acara pertunangan itu, Riana tampak biasa saja. Walaupun berita pertunangannya sudah tersebar luas, apalagi media dan stasiun tv swasta terus-menerus mengungkit tentang pertunangannya hingga saat ini. Dimana media mengatakan kalau pesta pertunangannya adalah pesta terbesar di kota ini. Riana tidak ambil pusing tentang itu semua, yang penting hidupnya kembali seperti semula.

Untunglah setelah acara pertunangan selesai, pria bernama Ralex itu tidak lagi menampakkan wajahnya di keluarga Riana.

Pagi ini Riana kembali ke sekolah setelah cuti seminggu. Pihak sekolah sama sekali tidak keberatan jika Riana tidak masuk. Mereka juga ikut senang melihat sekolah yang Riana masuki itu semakin terkenal. Apalagi pihak sekolah juga di undang di acara pertunangan Riana tempo hari, membuat para pemburu berita berdatangan ke High School Emperis Sekolah yang katanya menampung anak-anak orang kaya dengan uang sekolah yang mahal. Hanya beberapa anak saja yang memakai beasiswa untuk memasuki sekolah terkenal itu.

Setelah keluar dari mobil mewahnya, Riana berjalan santai menyusuri lorong-lorong koridor. Hampir semua mata memandangnya. Apalagi Riana salah satu anak populer di sekolah. Walaupun banyak anak-anak orang kaya yang masuk sekolah yang sama dengan Riana tapi belum tentu mereka bisa menjadi populer seperti Riana, karena Riana salah satu anak orang penting di negara ini. Kekuasaan ayahnya mempengaruhi negara. Sekarang Riana menjadi sorotan setelah pertunangannya. Riana tidak peduli dengan jalan pikiran mereka tentang Riana. Benar-benar tidak peduli. Kabar yang beredar tentang tunangannya yaitu, pria itu masuk jajaran pengusaha tersukses masa kini. Ralex bukanlah anak sekolah seperti Riana, umur mereka bahkan terpaut sepuluh tahun. Coba bayangkan, sepuluh tahun. Riana sekarang ini berumur enam belas tahun, yang berarti umur pria itu dua puluh enam tahun. Umur mereka juga salah satu pemicu media tertarik mengembangkan berita. Entah bagaimana nantinya Ralex menghadapi para media itu.

Kelas sebelas yang tadinya ribut menjadi hening setelah kedatangan Riana. Mereka terlihat penasaran tapi tidak berani bertanya. Riana duduk di bangkunya tanpa menoleh sedikit pun pada teman sebangkunya.

"Pagi Riana!" Ailen teman sebangku Riana mencoba menyapa gadis itu. Mereka memang tidak terlalu dekat. Mereka hanya sebatas teman sebangku saja. Bagi Riana orang-orang seperti Ailen itu hanya memanfaatkan kepopulerannya saja.

Walaupun disapa seramah itu, Riana hanya berdehem supaya teman sebangkunya itu tidak tersinggung. Bukan hanya sekali Ailen menyapanya, tapi seperti biasa Riana hanya mengangguk atau berdehem untuk membalasnya. Riana tahu ia memang sombong tapi jika tidak seperti itu orang-orang akan memanfaatkan kepopulerannya untuk menjadi terkenal. Memang kenyataan yang miris, banyak orang diluaran sana bersikap baik pada awalnya, namun setelah tidak diperlukan lagi, orang itu akan pergi meninggalkannya. Maka dari itu Riana memilih-milih teman yang sama populernya dengannya.

"Aku membawa dua bekal makanan hari ini, apa kau mau juga?" Ailen mencoba menawarkan bekal makanannya.

"Tidak, terimakasih," Riana menolak. Ailen tersenyum maklum. Matanya tidak luput dari Riana, dimatanya Riana sebenarnya adalah gadis yang baik. Itu bisa dilihat dari pancaran matanya.

"Baiklah kalau begitu, jika kau berubah pikiran kau bisa memintanya padaku," Ailen berkata masih dengan senyum manis miliknya.

Berbeda dengan Ailen, Riana mendengus. Sebenarnya ia bingung, Ailen itu tidak menyerah sama sekali untuk menjadi temannya. Padahal, ia sering sekali tidak mempedulikan gadis itu. Jika orang lain diposisi Ailen saat ini, mungkinkah orang itu akan setabah Ailen? Mengingat ia sering kali tidak menggubris gadis itu. Namun Riana tiba-tiba berpikir, orang-orang akan melakukan apa saja untuk membuat diri mereka terkenal, seperti gadis di sampingnya ini.

Riana melirik apa yang dilakukan oleh Ailen. Teman sebangkunya itu tengah menyuapkan sarapan berupa roti panggang ke mulutnya. Saat Ailen melihat lirikannya, ia tersenyum lalu menyodorkan sekotak bekal padanya membuat Riana melihat bekal itu bingung.

Ailen tersenyum, "ambil lah, kau pasti belum sarapan."

Kening Riana berkerut, apa Ailen berpikir dirinya belum sarapan saat melirik gadis itu? Ataukah gadis itu berpikir Riana mau bekalnya sehingga ia menawarkan dengan alasan 'kau pasti belum sarapan'.

Lagi-lagi Ailen tersenyum, "ayo dimakan, aku tidak menambah racun di dalamnya kok."

Riana tentu saja menolak. Walaupun ia belum sarapan di rumah, setidaknya ia bisa sarapan di sekolah. Aneh saja, jika orang lain menawarkan padanya sekotak bekal. Makanan seperti itu bukanlah seleranya, itu terlalu rendah menurutnya. Walaupun benar makanan itu tidak beracun, Riana tidak akan mau memakannya.

"Kau tidak mau ya?" Ailen menunduk sedih, suaranya terkesan kecewa. Tapi beberapa detik kemudian, ia mengangkat wajahnya, "aku tahu aku terlalu lancang, tapi sungguh aku tidak ada maksud lain selain menawarkan bekalku."

Entahlah, Riana semakin bingung dengan maksud Ailen mendekatinya. Kalau tidak ada maksud lain, kenapa gadis itu mau mendekatinya?

Seolah mengerti apa yang bersarang dipikiran Riana, Ailen dengan cepat menjawab.

"Aku hanya ingin berteman denganmu."

Riana & RalexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang