DELAPAN BELAS

284 50 4
                                    

Keheningan datang menghampiri dua orang itu. Setelah kejadian beberapa menit yang lalu tidak ada yang membuka suara. Riana bahkan masih merasakan sampai sekarang dinginnya telapak tangan Ralex yang besar.

Pesanan mereka sudah datang dan Ralex makan dengan anggun. Membiarkan Riana yang masih menatap padanya.

"Makanlah, ini bukan menu laut," kata Ralex.

"Eh..." Riana merona diingatkan kembali pada saat itu. Dimana pertama kalinya ia memakan makanan laut. Riana mengambil pisau dan garpu nya dan memotong daging diatas piring lalu mengunyahnya. Mereka makan dalam diam. Suara pisau dan garpu saling beradu diantara mereka. Diiringi musik yang entah sejak kapan mengalun lembut. Riana menikmatinya, menikmati saat berkencan dengan Ralex.

Semuanya terlihat sempurna, Ralex telah menyiapkan sesuatu untuk sang tunangan. Sesuatu yang pasti akan disukai gadis itu. Ralex meletakkan pisau dan garpunya. Ia memandangi Riana yang makan dengan anggun. Ralex tersenyum, tunangannya ini sangat populer dikalangan remaja. Tapi kau tidak akan percaya gadis itu baru pertamakali nya memakan menu laut saat mereka berkencan. Orang-orang tidak mungkin percaya akan hal itu, dan memang benar Ralex pun sesungguhnya tidak percaya.

Riana telah selesai dengan makanannya lalu tersendat ketika Ralex menatapnya. Pria itu memberikan segelas air putih pada gadis itu.

"Sudah baikan?" tanya pria itu pada Riana. Gadis itu mengangguk lalu memalingkan wajahnya yang merona. Kenapa Ralex terlihat berbeda sekali dari terakhir kali mereka bertemu? Hari ini pria sangat romantis dan tidak ada dalam benak Riana kalau pria itu terlihat berbeda hari ini. Sebelumnya dibenak gadis itu, acara kencan ini akan berjalan seperti terakhir kalinya mereka bersama.

Ralex tiba-tiba berdiri membuat Riana menatap bingung pada pria itu. Dan betapa terkejutnya Riana karena Ralex berlutut dihadapannya. Ralex memegang tangannya dan berkata, "berdansa lah denganku!"

Jantung Riana berdegup kencang, ia menerima uluran tangan Ralex dan pria itu membawanya ke tengah pengunjung yang lain. Dengan bersamaan suara musik mengalun lembut dan pengunjung lain juga ikut berdiri bersama pasangannya, berdansa. Riana tidak percaya, ia bahkan tidak sadar ketika Ralex mendekap pinggangnya.

Suasana yang tercipta romantis membuat Riana terpaku sekaligus berdebar ketika dengan lembutnya Ralex menuntunnya. Hangat, Ralex mendekapnya hangat sekaligus romantis. Mata mereka saling memandang, menumbuhkan rasa berdebar diantara mereka. Rasa-rasanya Riana masih belum percaya akan hal ini.

Pria itu memperlakukannya dengan lembut. Matanya bahkan tidak bisa lepas dari Riana. Mata yang dulu menatapnya datar tapi sekarang berbeda. Seolah-olah Ralex menjadi pribadi yang berbeda. Mereka berdansa diantara pasangan yang lain dengan musik mengalun lembut. Membuat jarak diantara semakin dekat. Wajah mereka bahkan berjarak beberapa senti sebelum sesuatu yang lembut menyentuh bibir Riana. Gadis itu tidak yakin apakah ia bisa bernafas dengan normal. Bibir Ralex yang tebal namun lembut menyapa bibir Riana, hanya mengecup. Tapi dapat membuat jantung Riana bertingkah berlebihan.

Setelah mencium Riana, Ralex menghentikan gerakan dansa mereka dan memeluk Riana dengan erat. Alunan music masih berputar. Riana juga bersandar di dada Ralex dengan tenang, merasakan degup jantung Ralex yang tidak normal. Degup jantung mereka saling bersahutan membentuk irama yang cepat, semakin lama semakin cepat.

Tangan Ralex mengelus rambut panjang Riana dan mengecup puncak kepala gadis itu. Ralex melakukan itu dengan naluri, sama sekali bukan rencananya sejak awal. Ia melakukan itu dengan keinginannya bukan rencananya. Dan Ralex menikmati ketika degup jantung mereka saling bersahutan. Pria itu memejamkan matanya sembari berbisik, "aku mencintaimu."

Riana tidak yakin apa yang didengarnya dari pria itu. Ingin sekali ia mengulang apa yang dibisikkan Ralex padanya. Merasa Rana bergerak tidak nyaman di dekapannya, Ralex melepas pelukannya dan menatap wajah gadis itu. Ia menaikkan alisnya ketika Riana menatapnya penasaran. Senyum aneh terukir di bibir Ralex, pria itu mendekati telinga Riana dan berbisik, " i love you!"

Kali ini benar Riana tidak salah dengar, pria itu membisikkan kata cinta untuknya. Riana tidak tahu harus membalas apa pada pria itu, karena sejujurnya ia merasa bingung dengan perasaannya sendiri. Tapi disisi lain, Riana terlihat tidak suka ketika Ralex dekat dengan wanita lain. Ada perasaan kesal dan marah ketika Ralex dekat dengan Ailen dihari ulang tahunnya.

Tidak mendapatkan tanggapan dari Riana, Ralex membawa gadis itu duduk di meja mereka sebelumnya. Sedangkan pengunjung yang ikut berdansa dengan mereka tadi, menghilang. Sebenarnya bukan menghilang, melainkan kode dari Ralex untuk meninggalkan mereka berdua. Kini tinggal mereka berdua disini dan Riana merasa canggung sekaligus berdebar, menunggu kejutan selanjutnya dari Ralex. Benar saja, Ralex meraih pergelangan tangan kirinya dan memasangkan gelang emas bertahta berlian pada tangannya. Setelah gelang itu terpasang dengan benar, Ralex mengelus pergelangan tangannya.

"Kau cocok memakainya," puji Ralex. Riana merona, lagi-lagi pria itu memujinya.

"Benarkah?" Tanya Riana ragu.

Ralex tersenyum, "tentu saja, untuk apa aku berbohong pada tunanganku."

Untuk ke berapa kalinya ia melayang dibuat oleh pria itu. Memang benar Ralex terlihat berbeda hari ini namun Riana suka dengan perilaku Ralex yang menurutnya Romantis.
🌺🌺🌺

Setelah pulang dinner dengan Ralex, pria itu kini mengantarnya pulang. Sepanjang perjalanan pulang pria itu menggenggam tangannya. Seolah-olah takut ia akan menghilang.

"Aku suka hari ini," ucap Ralex dengan wajah datar. Riana merasa pria itu kembali menjadi Ralex yang datar. Gadis itu tidak suka akan sikap Ralex yang kembali menjadi pertama kali mereka bertemu. "Tenang saja sayang aku akan berubah menjadi pria yang kau inginkan, hanya saja tidak secepat itu."

Riana mengedipkan matanya, ia tersenyum mendengar ucapan pria itu. "Aku suka..."

"Ya aku tahu, aku berusaha untuk membuatmu suka padaku, kau belum membalas perasaanku dan aku ingin kau juga berusaha untukku," kata Ralex. Riana tidak dapat menyembunyikan senyumnya, akhirnya ia dapat berbicara panjang dengan Ralex. Pria itu akan berusaha dan ia pun akan berusaha.

"Aku juga akan berusaha..."

"Sayang, panggil aku dengan sebutan itu," Ralex memotong ucapan Riana.

"Apa?"

"Aku ingin kita semakin dekat, dan panggil aku dengan sebutan sayang dan sebagai gantinya aku akan memanggilmu honey," ucap Ralex. Pipi Riana memanas. Sayang, Honey apa bedanya kedua panggilan itu? Riana menggigit bibirnya, ia memalingkan wajahnya pada jendela mobil. Ralex tersenyum melihat pemandangan itu.

"Honey!"

Riana semakin memerah, ia kesal sekaligus malu dengan panggilan itu. Ia berusaha mengabaikan Ralex tapi pria itu tidak membiarkannya begitu saja.

"Kenapa kau tidak membalas panggilanku?" Ralex tersenyum licik. Ia berniat menggoda Riana lebih jauh, niat itu diurungkannya. Karena sudah sampai di kompleks perumahan gadis itu, Riana buru-buru membuka pintu mobil, tapi Ralex mencegah pergelangan tangannya. Ralex memberikannya kotak kado yang dibungkus dengan rapi.

"Dari Ailen, dia menitipkan hadiah ini padaku untuk diberikan untukmu," jawab Ralex. Riana tersenyum paksa dan keluar dari mobil. Setelah mobil Ralex tidak terlihat dari pandangan matanya, Riana menimbang sesat kotak kado itu. Baru saja ia merasa bahagia dengan Ralex, namun pria itu kembali mengacaukan hatinya. Riana bertanya-tanya ada hubungan apa diantara mereka?

Ia tidak membutuhkan kado dari Ailen dan memilih membuang kado itu ke tong sampah sebelum masuk ke rumah.

TBC.

Riana & RalexWhere stories live. Discover now