DUA

735 112 0
                                    

Saat jam istirahat sekolah, Riana duduk di kantin bersama beberapa temannya yang lumayan populer. Mereka terlihat berbicara serius tentang model-model yang naik daun saat ini atau aktor-aktor tampan, bahkan pembicaraan mereka sampai melenceng jauh ke sexs. Riana tidak turut berbincang, ia cuma mendengarkan dan sesekali menggeleng ketika temannya berbicara.

"Kau tahu Nathan Amgen?" Sarly bertanya dengan nada semangat. "Kami pernah bertemu di studio, ini sungguh luar biasa, dia sangat tampan. Waktu itu kami sempat berkenalan..."

Riana tidak fokus mendengar ungkapan perasaan Sarly ketika matanya tidak sengaja bertemu pandang dengan seseorang. Ailen, gadis itu tersenyum padanya dari sudut kantin. Ailen masih menatapnya sambil terus tersenyum membuat kedua teman Ailen ikut menatapnya. Saat ditatap kedua teman Ailen, Riana segera berpaling dan langsung ikut berbincang dengan temannya. Soal perkataan Ailen tadi pagi yang ingin berteman dengannya, Riana tidak menjawab apa-apa dan ia bersyukur ketika bel masuk berbunyi.

"Miss, anda tidak apa-apa kan?"

Riana mendelik mendengar pertanyaan dari Misya, "kau lihat sendiri kan?" Balas Riana kesal membuat yang lain menoleh pada mereka.

"Kalian ini sedang bicara apa?" Tanya Tiani sembari mengangkat alisnya, "kalian tidak sedang bertengkar kan? Oh ayolah, kita ini sebagai gadis populer harus kompak dong."

Tiani memanasi suasana membuat Riana dan Misya memutar bola mata malas.

"Hey, sekarang kalian malah kompak memutar bola mata dariku," kata Tiani dengan nada kesal.

"Benar kata Tiani, kita harus saling kompak sebagai sahabat harus kompak. Banyak orang yang iri pada kita, kalau mereka iri, pasti mereka akan melakukan berbagai cara kan? Maka dari itu kita harus saling melindungi."

Kompak Misya dan Riana menoleh pada Sarly. Benar, mereka memang harus kompak supaya orang-orang takut pada mereka.

Sarly mengangkat alisnya, "bagaimana?"

"Okey, bagaimana denganmu?" Tanya Misya pada Riana.

"Seingat ku kita tidak bertengkar," kata Riana yang dibalas angkat bahu oleh Misya.

"Yaya, pokoknya diantara kita berempat tidak ada yang curang. Kita harus saling melindungi dan kompak," kata Sarly lagi memperingati, yang dibalas anggukan oleh ketiga sahabatnya. Entah sahabat seperti apa, yang terpenting mereka harus saling melindungi. Ya saling melindungi.
🌺🌺🌺

Malam hari tiba, Riana merebahkan dirinya di ranjang besar miliknya. Ia menghela nafas ketika benaknya masih berputar memikirkan perkataan Sarly. Saling melindungi? Bukankah itu hal yang konyol. Diri sendiri saja belum tentu terlindungi apalagi melindungi orang lain. Baiklah Riana mengerti, otaknya sedikit stres tadi siang jadinya ia ikut berbicara ngawur.

Riana menutup kedua bola matanya tapi kantuk tak kunjung datang. Ia mendengus dan memilih menyandarkan diri di kepala ranjang. Ia memijat pelipisnya agar kantuk sedikit datang padanya. Tapi tetap saja tidak bisa.

Tiba-tiba ponsel Riana yang ada di atas nakas berdering membuat dahi Riana berkerut. Ia meraih ponsel miliknya lalu mengangkat telepon dari nomor tak dikenal. Hitung-hitung sebagai balasan karena Riana belum mengantuk juga. Biasanya jika ada nomor tak dikenal meneleponnya maka Riana akan mematikannya kalau tidak memblokir nomor orang itu. Karena sekarang Riana tidak mengantuk maka Riana akan berbaik hati mengangkat telepon itu.

"Hallo!"

Riana mendengus ketika tidak ada sahutan diseberang sana. Inilah salah satu alasan mengapa Riana tidak pernah mengangkat telepon dari orang asing. Bisa saja orang itu ingin mengerjainya.

"Hallo ini siapa?" Lagi Riana tidak mendengar balasan dari seberang. Lalu sambungan tiba-tiba terputus.

"Dasar orang aneh," Riana mengumpat kesal. Ia memutuskan untuk merebahkan dirinya. Tapi lagi-lagi nomor asing itu menelepon dirinya. Riana mengumpat, ia memilih mematikan telepon. Dan nomor itu kembali meneleponnya membuat Riana kesal.

Riana & RalexWhere stories live. Discover now