DELAPAN

404 90 0
                                    

Selesai makan siang. Ralex kembali membawa Riana berjalan-jalan disekitar pantai. Perut Riana rasanya ingin meledak betapa banyaknya ia makan tadi. Mengingat itu, wajah Riana memerah. Awalnya ia sangat jijik dengan binatang laut tapi setelah mencoba menyantapnya rasanya membuat Riana ketagihan.

"Kita akan kemana? Aku sudah tidak kuat untuk berjalan."

"Hm," Ralex cuma bergumam tanpa menoleh pada Riana.

Dengan terseok-seok Riana mengikuti Ralex dari arah belakang. Ini semua karena terlalu banyak makan menu laut itu. Jadi sekarang Riana sudah tidak kuat mengelilingi pantai. Yang ada ia ingin tidur di tempat yang empuk dan hangat. Pasti sangat menyenangkan. Kalau tidur di dekapan Ralex hangat atau tidak ya? Riana menepuk keningnya, kenapa pula ia ingin tidur di dekapan pria itu? Kalaupun ia tidur di dekapan pria itu pasti terasa dingin seperti wajahnya.

Tiba-tiba Ralex berhenti berjalan. Riana yang berada dibelakang Ralex menabrak punggung pria itu.

"Bisakah kau tidak tiba-tiba berhenti berjalan? Lihat keningku jadi sakit karena menabrak punggungmu." Riana menggerutu sembari mengusap keningnya.

Ralex membalikkan tubuhnya menghadap Riana.

"Kalau berjalan jangan menutup mata," Ralex tiba-tiba berjongkok memunggungi Riana. "Naiklah!"

Senyum Riana terbit. "Benarkah?"

"Hm"

Riana menaiki punggung Ralex dengan suka cita. Ia mengalungkan tangannya pada leher pria itu. Rasanya sangat menyenangkan. Tidak perlu letih berjalan kaki. Riana sudah tidak lagi merasa mengantuk setelah berada di punggung Ralex. Ia semakin merangkul leher Ralex dan menaruh kepalanya di bahu pria itu. Rasanya nyaman sekali.

Ralex terus berjalan dipinggir pantai menikmati angin laut di sore hari sekaligus matahari terbenam. Lengan kemeja Ralex sudah digulung sampai ke siku. Begitu juga dengan celana bahannya.

Pemandangan matahari di sore hari sungguh indah. Riana tersenyum memandangi keindahan itu. Jarang-jarang ia bisa menikmati suasana indah ini. Walaupun Riana anak orang kaya, ia jarang pergi ke pantai.

Riana tidak menyadari bahwa Ralex terus menatapnya dari sudut mata pria itu. Ralex tersenyum tipis hampir tak terlihat. Membahagiakan Riana adalah tujuannya. Melihat senyum di bibir gadis yang dicintainya, Ralex sungguh sangat bahagia. Walaupun Ralex selalu tampak bersikap cuek pada Riana tapi sebenarnya ia ingin melihat Riana mencintainya apa adanya. Bukan mencintainya karena kelebihannya. Maka dari itu Ralex berusaha mendekatkan diri pada Riana secara perlahan-lahan. Biar Riana menyadari arti Ralex baginya nanti.

"Wow ini benar-benar indah," puji Riana kagum tanpa sadar. Walaupun Riana tampak bergumam tapi Ralex masih dapat mendengarnya. Karena gadis itu bergumam dekat telinga kanan Ralex.

"Apa kau senang?"

Riana menatap Ralex. Gaya gadis itu menatap Ralex sungguh menggemaskan. Ingin sekali Ralex menciumi pipi gadis itu biar semakin lucu.

Ditatap seperti itu oleh Ralex, entah mengapa membuat jantung Riana kembali berulah. Tatapan pria itu padanya seperti tatapan... cinta? Riana buru-buru menepis pikiran konyol itu. Ia tidak ingin terlalu berharap pada pria itu. Bisa-bisa Riana menjadi luluh dan ingin cepat-cepat menikahi pria dingin itu. Padahal salah satu peraturan di kamus Riana tidak ingin menikahi Ralex.

"Tentu saja aku senang." Kata Riana pada akhirnya. Ralex mengangguk dan tetap berjalan menikmati angin laut di sore hari. Riana kembali memandang keindahan yang ada didepan matanya. Sekali lagi ia memandang matahari terbenam sebelum menenggelamkan wajahnya pada bahu Ralex.

Melihat Ralex yang berjalan sembari menggendong Riana membuat para gadis yang menikmati suasana pantai mendesah kecewa. Ternyata pria tampan di manapun tidak ada yang single.

Merasa bahunya semakin berat, Ralex melihat Riana yang menenggelamkan wajahnya pada bahu Ralex. Rambut panjangnya yang tergerai jatuh kebawah melambai-lambai diterpa angin. Rasa hangat langsung menyurak di hati Ralex melihat Riana yang tampak tenang tertidur di bahunya.


TBC.

Riana & RalexWhere stories live. Discover now