TIGA

581 102 0
                                    

Ailen menatap Riana tidak yakin "mungkin tunangan mu, kau sudah bertunangan kan?"

"Kau bicara apa? Itu tidak mungkin," Riana mengelak perkataan Ailen.

Ailen menatap Riana, "apa dia semalam meneleponmu?"

"Hah?" Riana ingat semalam Ralex meneleponnya dan pria itu memberi tahu kabarnya setelah itu pria itu memutuskan sambungannya.

"Bagaimana?" Tanya Ailen.

Riana balas menatap Ailen "kau tahu darimana dia meneleponku?"

Ailen terdiam dan Riana melihat ada kegelisahan dimata gadis itu.

"Ailen," panggil Riana.

"I...iya ada apa?"

Riana menatap penuh selidik membuat Ailen menjadi kikuk. "Kau tidak menyembunyikan sesuatu kan?"

"Tidak," jawab Ailen datar.

Melihat perubahan Raut wajah Ailen membuat Riana memandang Ailen aneh. Gadis itu entah kenapa membuatnya menjadi misterius, seperti ada hal yang disembunyikannya. Tapi apa? Riana terdiam beberapa saat. Ia mulai berpikir seharusnya ia tidak perlu berbicara hubungan pribadinya dengan Ailen. Ailen bukanlah orang yang seharusnya ia temani. Gadis seperti Ailen memang sengaja menjadi aneh untuk menarik perhatiannya lalu gadis itu menjadi temannya dan seterusnya gadis itu merebut hal-hal yang ia miliki.

"Ada apa Riana? Apa kau mencurigai ku?" Tanya Ailen.

Riana menaikkan alisnya, "aku tidak berkata begitu."

Wajah Ailen yang tadinya datar kembali tersenyum, seolah tidak terjadi apa-apa. Riana semakin yakin kalau Ailen menyembunyikan sesuatu.

Ailen mengeluarkan bukunya dari dalam tas. Riana memperhatikan semua apa saja gerak gerik gadis itu. Tidak ada yang aneh, kecuali kotak persegi dilapisi kaca itu. Ailen langsung memasukkan kotak itu kedalam tas dengan cepat.

"Ailen," panggil Riana. Ailen tersenyum menatap Riana.

"Ada apa?"

"Ah itu, apa ada tugas?" Riana sebenarnya ingin menanyakan soal kotak itu kepada Ailen. Tapi niat itu langsung urung ketika Ailen menatapnya.

"Hei sejak kapan kau menanyakan soal tugas kepadaku? Biasanya kau selalu siap mengerjakan tugas."

Riana jadi gelagapan. Ailen tertawa pelan melihat tingkah Riana.

"Aku hanya bertanya, apakah tidak boleh?" Riana menggerutu.

"Tentu saja boleh, aku malah senang jika kau bertanya kepadaku."

"Jadi?" Riana menaikkan alisnya.

"Apa kau tidak memeriksa mata pelajaran hari ini?"

"Aku memang memeriksa mata pelajaran hari ini. Aku lupa memeriksa ada tugas atau tidak."

"Tidak ada tugas," kata Ailen.

"Oh yasudahlah."

Riana membuka ponselnya. Pemberitahuan langsung muncul di notifikasi layar ponselnya. Satu pesan dari aplikasi WhatsApp membuat Riana penasaran. Pasalnya tidak ada nama si pengirim. Pasti nomor asing, batinnya.

jangan banyak bergerak. Nanti tubuhmu semakin sakit!

Mulut Riana terbuka sedikit. Ia bingung, apa si pengirim ini salah kirim? Jika salah kirim, darimana si pengirim mendapat nomornya? Ah kepala Riana jadi berdenyut. Mungkin orang jahil, pikirnya. Saat Riana ingin memblokir nomor asing itu, satu pesan dari nomor yang sama terkirim padanya.

Riana & RalexWhere stories live. Discover now