DUA PULUH TIGA

237 44 3
                                    

Ralex menatap dalam pada Riana yang sedang makan dengan tenang. Tangan pria itu tidak bisa diam, ia tidak bisa tidak menyentuh Riana ketika gadis itu ada di sampingnya.

Menyadari tatapan Ralex, Riana menoleh malu. Pria itu sekarang gencar sekali menggodanya padahal dulu pria itu begitu dingin.

"Apakah kau bisa menyingkirkan tanganmu?" Riana tidak nyaman dengan tangan pria itu yang berada di atas rambutnya. Bukannya menuruti permintaan Riana, pria itu malah semakin gencar menyentuh gadis itu. Tangannya yang jahil kini beralih pada pipi berisi Riana, ia mengelus pelan disana membuat Riana geli.

"Ralex!"

"Sayang! Panggil aku begitu," ralat Ralex tidak suka akan panggilan Riana padanya.

"Sayang bisakah kau menyingkirkan tanganmu, aku sedang makan," kata Riana. Ralex tersenyum dan menyingkirkan tangannya.

"Baiklah honey," balas Ralex tetapi pria itu tidak mengalihkan tatapannya dari sang tunangan. Hatinya berbunga-bunga begitu melihat Riana mulai menerimanya.

Meski tidak nyaman dipandangi terus oleh pria itu, Riana tetap melanjutkan makannya. Ia sangat lapar dan tidak terlalu peduli juga akan kehadiran Ralex di sampingnya. Yang ia inginkan sekarang memenuhi perutnya sedangkan Ralex, pria itu berkata ia tidak lapar.

"Kau sudah selesai honey?"

Riana mengangguk dan meletakkan piringnya di atas meja, ia meraih tisu dan mengelap bibirnya.

"Ini minumlah," Ralex menyodorkan segelas air putih. "Bagaimana perasaanmu sekarang?"

Riana ingin mendelik mendengar pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut Ralex. "Aku sudah kenyang," jawab Riana polos. Tapi jawaban itu membuat Ralex gemas. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Riana membuat gadis itu tersentak.

"Kau mau apa?" Wajah Riana menjauh begitu melihat wajah Ralex mendekat padanya. Ia takut pria itu macam-macam padanya. Walaupun sudah bertunangan, Riana ingin menghindari hal-hal semacam itu.

Melihat Riana menghindarinya, Ralex menghela nafas. "Mengapa kau menjauh honey?"

"A...aku takut," jawab Riana pelan. Ia memperhatikan wajah Ralex yang entah sejak kapan kembali datar.

"Tidak perlu takut, aku tidak akan melukaimu. Hanya saja aku kecewa kau menghindar begitu saja dariku," ucap Ralex.

"Maaf sayang," kata Riana. Wajah Ralex yang tadinya datar kembali tersenyum.

"Kemari lah honey, aku ada sesuatu untukmu," panggil Ralex dan menyuruh Riana mendekat padanya. Riana menuruti permintaan Ralex. Ia yang tadinya duduk menjauh dari Ralex, mendekat pada pria itu.

"Apa yang ingin kau berikan padaku?" Tanya Riana penasaran. Ralex berdiri dari duduknya dan mengambil kotak berwarna silver dari kolong meja kerjanya. Pria itu kembali ke sofa dan menyerahkan kotak itu pada Riana.

Tentu saja Riana menyambutnya dengan senang, ia suka dengan hadiah. Apalagi jika itu hadiah dari Ralex, Riana yakin pria itu tidak akan memberinya sesuatu yang murahan. Riana membuka kotak itu dengan hati senang, matanya berbinar setelah ia membukanya. Kalung, setelah Ralex memberikannya gelang sekarang pria itu memberinya kalung. Besok apalagi ya? Riana sungguh senang menerima hadiah itu.

"Terimakasih Ra... maksudku sayang," ralat Riana ketika ia hampir keceplosan memanggil nama pria itu. Riana yakin Ralex tidak akan menyukainya.

"Tidak perlu berterimakasih honey, aku ikhlas memberikanmu," balas Ralex. Ia ikut tersenyum melihat Riana tersenyum. Hubungan mereka semakin dekat dan Ralex suka itu.

Jantung Riana berdebar-debar, ia rasanya ingin berteriak senang memiliki tunangan seperti Ralex. Riana yakin setelah mereka semakin dekat pria itu akan terus memanjakannya dan Riana suka hal itu. Ia penasaran bagaimana rasanya pria memanjakan wanitanya. Wanitanya? Ah apa yang Riana pikirkan.

"Aku suka kau tersenyum." Riana menoleh begitu mendengar perkataan pria itu. Gadis itu semakin mengembangkan senyumnya mendengarnya. Melihat respon Riana, Ralex semakin tidak karuan. Ia ingin terus memperhatikan senyum manis Riana. Jika memperhatikan senyum Riana terlalu lama Ralex yakin akan terserang diabetes.

"Aku menyukai kalungnya," ucap Riana menyadarkan Ralex. Pria itu mendekat dan meraih kalung yang digenggam Riana.

"Biar ku pakaikan," kata Ralex dan Riana menurut. Ia memunggungi Ralex menunggu pria itu memakaikan kalung permata itu di lehernya. Setelah selesai Riana berbalik menghadap pria itu. Tanpa sadar Ralex berdecak kagum melihatnya membuat Riana tertegun. Gadis itu memalingkan wajahnya yang memerah.

"Jangan menatapku seperti itu," kata Riana.

Ralex menaikkan alisnya, "memangnya kenapa?"

"Kau membuatku malu." Riana memalingkan wajahnya.

Ralex terkekeh, pria yang biasanya berekspresi datar itu menunjukkan ekspresi lain yang cukup membuat Riana terkejut. Ia yang dulunya berpikir Ralex tidak memiliki ekspresi lain selain ekspresi datar, tidak percaya. Tatapannya pada Ralex seperti melihat sesuatu yang tak kasat mata.

"Honey!" panggil Ralex.

"Ya," sahut Riana.

"Bagaimana kalau kita mempercepat pernikahan kita," kata Ralex secara gamblang. Riana hampir serangan jantung.

"Ka...kau becanda?"

"Tidak," ucap Ralex mempertegas ucapannya kalau ia tidak becanda. Karena sesungguhnya ia tidak suka becanda. Ia pria dewasa yang menginginkan hal serius, tidak ada waktu untuk becanda.

Ria memalingkan wajahnya, "aku masih ingin melanjutkan sekolah." Riana tersentak ketika tangan besar Ralex mengelus pipinya.

"Tidak masalah honey, aku tidak akan mengekang mu, aku menyukai keputusanmu. Masih ada waktu untuk menunggumu." Ralex tersenyum pada Riana.

"Apa kau yakin akan menungguku selama itu?" Tanya Riana tidak yakin.

"Ya, walaupun menunggu lama tidak masalah. Asal kau tidak berpaling pada laki-laki lain," kata Ralex. Riana mengangguk, mana berani ia berpaling pada laki-laki lain ketika Ralex menatapnya tajam memperingati.

"Kau juga harus berjanji tidak akan berpaling pada wanita lain," Riana membalikkan kata itu pada Ralex. Ingin melihat respon pria itu.

"Bagaimana kau bisa berpikir seperti itu. Aku bahkan sudah sangat mencintaimu sejak lama."

Riana terkejut apa maksud Ralex. Ia ingin meminta penjelasan tapi sepertinya Ralex tidak ingin menjelaskan lebih jauh.

"Apa maksudnya sudah mencintaiku sejak lama?" Riana tidak bisa tidak bertanya. Ia terlalu penasaran.

Ralex menghela nafas, "kau tidak ingin makan ice cream honey?"

"Please jangan mengalihkan pembicaraan kau membuatku penasaran," ujar Riana memelas. Tangan Ralex mengacak rambut Riana membuat gadis itu kesal.

"Lain kali saja honey, aku malas bercerita," balas Ralex.

"Tapi aku ingin sekarang kau membuatku penasaran," Riana memegang tangan Ralex, memasang wajah polos pada pria itu. Ralex tidak tahan dan malah mencium pipi Riana. Gadis itu berdecih, "kau menyebalkan."

"Lain kali honey, aku pasti bercerita lain kali," Ralex menyakinkan Riana.

Riana mencebik kan bibirnya kesal. Tingkahnya itu tak luput dari mata Ralex. Jemari pria itu mengelus bibir Riana membuat gadis itu kaget. Riana menyingkirkan jemari tangan Ralex dan menatap pria itu tajam.

"Kenapa?" Tanya Ralex polos.

Ingin sekali Riana menjambak rambut rapi pria itu. Tapi ia urungkan karena terlalu sayang akan kerapian pria itu.

"Entahlah, aku ingin melakukan sesuatu padamu," kata pria itu pelan.

"Melakukan sesuatu?" Kening Riana berkerut. Ralex tersadar dan tersenyum pada Riana.

"Lupakan honey, sekarang izinkan aku menciumu," lanjut pria itu.

TBC.

Syuka bgt Ama adegan Riana dan Ralex. Otak langsung lancar berimajinasi.

Riana & RalexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang