36 | soju yakult

60.8K 8.2K 3K
                                    

warning: biasalah



***

Rei masih belum menjawabnya, tapi dari gestur badannya, gadis itu jelas tengah merasa tegang.

Jenar meraih salah satu tangannya, menggenggamnya, membuat Rei refleks menoleh padanya. "Regina, what's wrong?"

Rei mengerjap beberapa kali, menghela udara setelah seperempat menit tanpa bernapas yang terasa begitu panjang.

"Je—"

"Lo keliatan shock banget. Kenapa?"

"Gue—" Rei menarik napas sekali lagi dan anehnya, kini dia justru merasa hampir menangis. ".. gue—"

"It's okay. It's okay." Jenar menggeser sedikit duduknya, membiarkan Rei duduk di sebelahnya. "Nggak usah ngomong dulu. Tarik napas, oke? Pelan-pelan."

Rei menggeleng, meneruskan dengan suara pelan yang nyaris nggak terdengar. "Tadi itu... tadi itu... gue lihat seseorang."

"Di sini?"

"Iya."

"Siapa?"

Rei menggigit bibir, sedangkan Jenar tetap diam, nggak berusaha mendesak Rei supaya cepat-cepat bicara. Dia mengulurkan tangannya, menyentuh salah satu pipi Rei dengan telapak tangannya. "It's okay. Nggak apa-apa. Ada gue."

"Bukan gitu..."

"Terus apa, hm?"

"Tadi gue lihat... bokap gue."

Jenar mengerjap. "... really?"

Rei mengangguk.

"Tapi ngapain bokap lo di sini?"

Rei meneguk saliva. "Gue juga nggak tau."

"It's okay. Dia nggak bisa ngapa-ngapain di sini. Ada gue. Oke?"

Rei ingin bilang jika Jenar salah kira. Dia nggak takut pada ayahnya. Dia bisa membela dirinya sendiri. Satu-satunya alasan kenapa Rei menghindari konfrontasi dengan pria itu adalah karena Rei terlalu malas adu mulut, lalu ribut. Ayahnya nggak akan mendengarkannya, dan energinya hanya akan terbuang sia-sia.

Keterkejutannya jelas, namun kini, seluruh kekagetan itu perlahan-lahan bergeser, tergantikan oleh sebuah rasa takut. Beragam pikiran buruk menjejali kepala Rei. Benar apa yang ditanyakan Jenar tadi. Ngapain juga ayahnya ada di sini? Ini acara keluarganya Jenar, bukan pertemuan bisnis atau acara apa pun itu yang mengundang teman-teman dan sahabat orang tuanya Jenar. Alasan paling masuk akal kenapa ayahnya berada di sini... bisa jadi...

"Gue udah nyariin lo kemana-mana dari tadi, eh ngumpet di sini!"

Seruan seorang gadis muda membuat pikiran Rei buyar. Perhatiannya, juga perhatian Jenar otomatis tersita oleh kemunculan sebuah sosok yang ternyata Hyena, kakak perempuannya Jenar. Rei ingat, sewaktu ketemu Hyena pertama kali di tempatnya Jenar sehari setelah ulang tahun cowok itu, Hyena kelihatan chic dan sangat cantik. Hari ini, dia kelihatan lebih kalem, dengan terusan batik yang terkesan lebih "sopan".

"Tumben pake baju halal." Jenar berkomentar.

"Mama ngamuk kalau belahan toket gue diumbar kemana-mana." Hyena membalas, beralih pada Rei dan tersenyum. "Regina! Mama udah bilang kalau dia minta Jenar ajak kamu, tapi aku nggak expect kamu bakal datang beneran!"

Rei menarik senyum yang masih terkesan kaku. Dia sengaja berdiri supaya terlihat sopan, tetapi di luar dugaan, Hyena kian mendekat dan tahu-tahu menariknya dalam pelukan. Dekapannya sangat erat, membuat wangi parfumnya yang semula samar jadi menguat. Rei agak salah tingkah, hingga Jenar menariknya paksa sampai terlepas dari rengkuhan Hyena.

Teknik ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang