extra: rossa | helm

54.7K 6.4K 1.8K
                                    

warning: helm. orang mabok.






***

Jika Jaka mesti jujur, di awal dia kenal sama Rossa, dia nggak pernah punya bayangan kalau  dia bakal naksir berat sama cewek itu—kalau kata Eno sih, bukan lagi naksir berat, tapi sudah sampai ke tahap tergila-gila sampai jatuhnya jadi norak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika Jaka mesti jujur, di awal dia kenal sama Rossa, dia nggak pernah punya bayangan kalau dia bakal naksir berat sama cewek itu—kalau kata Eno sih, bukan lagi naksir berat, tapi sudah sampai ke tahap tergila-gila sampai jatuhnya jadi norak. Jaka nggak menyangkal itu. Tapi ya, menurutnya wajar, namanya juga orang jatuh cinta. Nggak ada orang jenius yang bisa tetap jenius ketika dia jatuh cinta. Perkara ngasih tau orang lain tentang gimana cara jatuh cinta yang 'benar' sih gampang, tapi kalau sudah mesti diterapkan ke diri sendiri? Tentu nggak semudah gimana congornya Eno bercocot.

Nggak ada yang istimewa dari pertemuan pertama mereka. Justru bisa dibilang, klasik banget. Sehabis ospek fakultas, anak-anak FT yang sempat kenalan semasa ospek (biasanya gara-gara barisan mereka berdekatan atau mereka sekelompok) pada ketemuan buat bakar-bakaran di kosannya Tigra. Waktu itu sih masih meriah banget, karena Alfa masih berstatus sebagai senior dan belum lulus. Perlu diketahui, Alfa ini anak hits kampus banget. Kepopuleran Jenar saja kalah telak sama dia. Jaka datang, soalnya dia teman sedepartemennya Milan. Di sana, dia ketemu sama Rossa, yang ternyata teman satu kosannya Jella. Jella sendiri kenal Dhaka dan Tigra melalui Rei.

Waktu itu, kosannya Tigra benar-benar ramai. Tapi diantara mereka yang saling kenalan sampai bertukar nomor ponsel, Rei sama Rossa jadi cukup mencolok sebab keduanya lebih banyak duduk di pinggir. Sesekali mengobrol dengan Tigra, namun selebihnya, keduanya banyak diam. Terus seperti itu, sampai tiba-tiba, Yumna berseru.

"Es batunya abis nih!"

"Di kulkas nggak ada?" Tigra bereaksi.

"Kagak. Beneran abis."

"Yaudah, nggak usah pake es!"

"Nggak dingin, mana enak?" Yumna berdecak. "Di kosan kayaknya ada es batu. Kalau nggak salah."

"Kalau nggak salah, berarti bener." Dhaka menimpali.

"Hadeh." Yumna memutar bola matanya, berpaling pada Rossa dan Rei. "Diantara kalian, ada yang bisa ke kosan nggak? Gue sama Jella mau ngadon bakwan abis ini. Tau sendiri, lanang-lanang di sini kalau nyedot makanan udah kayak vaccum cleaner nyedot debu!"

"Eits, Rei nggak bisa." Dhaka meraih lengan Rei. "Dia udah gue booking."

"Booking ngapain?"

"Asik-asik."

"Oke, gue aja." Rossa mengajukan diri secara sukarela.

"Cowok, satu ada yang anter Rossa dong ke Sadewo!"

"Wah, kalau nganter tuan putri sih kudu siapin kereta kencana dulu!" Alfa nyeletuk, yang bikin Devan ngakak.

"Kalau nggak punya kereta kencana dan punyanya cuma motor supra gimana, Bang?" Eno menanggapi.

Teknik ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang