6 | pipis

88.5K 13K 4K
                                    

6 | PIPIS

"Lo pada aja, gue nggak ikut-ikutan." Niatnya Rei mau lanjut naik ke kamar Dhaka buat numpang tidur, tapi Tigra sudah lebih dulu menarik tangannya.

"Eits." Ada seringai jahat tertarik di wajah cowok itu. Kalau kayak gini, perasaan Rei jadi nggak enak. Dia kenal Tigra cukup lama, nyaris tujuh tahun. Mereka bersahabat dekat, bahkan pernah... selama sebentar jadi lebih dari sahabat. Jika Tigra yang sadar paripurna saja rese, maka Tigra yang lagi drunk berkali-kali lipat lebih dari itu. "Where's the fun if you don't join us?"

Tuh kan.

Rei mau nangis betulan. "Gue ada kelas jam 7, Gra."

"Kan bisa pilih truth kalau nggak mau drink. Lagian sudah jam segini. Jam enam kudu balik kosan, tidur sekarang juga nggak akan ada rasanya."

"Ka," Rei berpaling, minta pertolongan Dhaka tapi cowok itu malah tertawa kecil.

"Udah, duduk aja!" Jenar malah memperburuk suasana.

Di saat-saat seperti itu, Rei butuh Harsya, yang sayangnya mungkin sudah ngorok sambil memimpikan Jackson sekarang.

Rei mengalah dan duduk. Anak-anak cowok pada bikin lingkaran. Selain Johnny, Jenar dan Dhaka, ada teman-teman Tigra yang lain; Milan, Wirya dan Yuta. Tigra jadi yang pertama memutar botolnya dan tahu-tahu moncongnya menunjuk pada Johnny ketika berhenti. Milan yang mengambil kehormatan untuk memberi pertanyaan.

"Truth or drink, are you really gay?"

Johnny terdiam sebentar, habis itu dengan yakin, dia mengambil sloki berisi minuman dan menenggaknya tanpa sisa. Semua yang melihat terpana seketika.

"Gotta keep it a secret." Johnny berujar sambil mengedipkan sebelah mata pada Milan yang langsung geli sendiri.

Botol diputar lagi, kali ini berhenti pada Rei.

Yuta yang bertanya diiringi seringai. "Who's the most kissable lad in this room?"

Rei sudah kepalang malu, jadi dia memilih untuk nggak tahu malu saja sekalian. "Johnny."

"Are you brave enough to kiss him?" Tigra menambahkan.

"ITU CURANG!!" Rei protes.

"Truth or drink." Milan berdendang, mendukung tindak kejahatan dua temannya yang lain.

"Fine!" Rei berseru, baru mengulurkan tangan buat mengambil sloki berisi minuman ketika tangan Jenar bergerak lebih cepat. Dia mengambil sloki yang mau Rei ambil dan menenggak isinya sampai tetes terakhir.

Mereka kompak ternganga, hingga Jenar berdeham dan mengambil alih botol. "Permainannya harus berlanjut kan?"

Rei benci mengakui ini, tapi Jenar terlihat... cool saat bicara kayak gitu.

Ronde demi ronde terlewati dan satu setengah jam kemudian, yang sadar hanya tinggal Dhaka dan Rei. Dhaka mujur, dia cuma kebagian menenggak satu shot. Tigra sudah teler berat, terkapar di karpet. Milan apalagi. Jempol kakinya Tigra menempel di pipinya tapi dia malah ngorok, sepenuhnya wasted.

Johnny sudah baringan dengan mata lima watt. Jenar masih melek, tapi tatapannya super sayu. Wajahnya flushed, merah sampai ke telinga. Dia tertawa sendiri dan mulai nyanyi-nyanyi. Dengar suara baritonnya, Rei gatal kepengen nabok, tapi ya gimana, alasan kenapa dia masih sober adalah karena setiap Rei ogah menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya, Jenar mengambil alih shot minuman yang harusnya Rei minum.

Teknik ✅Where stories live. Discover now