Part 10

1.2K 153 20
                                    

Happy Reading
...

Biru tentu saja menyadari sandiwara yang ia buat dengan Rubi ini sewaktu-waktu bisa saja akan menjadi boomerang untuk dirinya sendiri, mengingat bagaimana kuatnya keinginan Bu Hartini supaya Biru menikah dalam waktu dekat. Tentu tidak lucu, kalau sampai sandiwara mereka ini terpaksa harus berakhir di pelaminan, begitulah kira-kira kekhawatiran yang dialami Biru pasca memperkenalkan Rubi kepada Mamanya.

Biru merasa ia perlu mencari jalan keluar untuk mengatasi kekacauan yang telah ia ciptakan ini. Jadi dengan kesadaran penuh, Biru memantapkan diri untuk lekas move on dari Widya, Biru meminta bantuan manager dan para sahabatnya untuk mencarikan calon untuk dirinya.

Hari ini, Biru akan bertemu dengan seorang wanita yang direkomendasikan oleh Dilan. Nama wanita itu Lea, berprofesi sebagai seorang model.

"Gimana gue udah cakep kan?"tanya Biru sambil memperhatikan tatanan rambutnya di layar handphone.

Orang yang ditanya adalah Rubi. Iya bahkan Rubi juga harus tetap ikut mengantar Tuan Muda Biru ke tempat kencannya. Rubi sebenarnya ingin sekali protes, tetapi ia cepat sadar dengan posisinya kalau ia hanyalah seorang Asisten, yang tugasnya adalah menjalankan semua perintah Bos.

"Udah Mas, udah kinclong."

"Ye masa kinclong sih, lu kira gue kaca,"protes Biru.

"Salah mulu ya Mas, iya udah ganteng,"jawab Rubi cepat.

"Ya gimana ya, gue emang udah ganteng dari lahir juga sih. Gak diapa-apain aja sebenarnya udah ganteng,"ucap Biru dengan rasa percaya dirinya yang another level itu.

Rubi berulang kali mengucap istighfar dalam hati, untuk menenangkan dirinya supaya tidak kelepasan mengeluarkan sumpah serapah.

Ya gimana ya, rasa percaya dirinya seorang Biru itu terkadang memang minta dihujat.

"Mas, kok gak selesai-selasai sih ngacanya. Mbak Lea udah nungguin deh kayaknya."Rubi sudah cukup muak melihat berbagai ekspresi yang ditunjukkan Biru saat sedang berkaca.

"Iya iya, ambilin parfume gue dong."

Rubi menghela nafas, parfume yang Biru maksud jelas-jelas tergelatak di samping Biru, haruskah untuk hal sekecil ini Biru masih meminta bantuannya juga?Dasar manusia bertulang lunak.

"Ini Mas."Rubi melatakkan parfume itu di atas telapak tangan Biru.

"Mau disemprotin sekalian Mas?"tanya Rubi.

"Gue bisa sendiri kali."

Sayang Biru menolak, kalau Biru tadi menjawab Iya, Rubi ada rencana ingin menyemprotkan satu botolnya ke baju Biru.

Setelah merasa semuanya oke, Biru pun mengambil handphone dan dompotnya bersiap keluar untuk menemui Lea.

"Lu jangan kemana-kemana, tunggu di sini ya,"pesan Biru.

"Iya iya Mas,"jawab Rubi Pasrah.

"Gak ada akhlak emang, Masnya enak-enak kencan di dalam, terus Rubi nungguin kayak orang gabut di mobil."gerutu Rubi dalam hati. Iya hanya dalam hati, ia tidak memiliki cukup keberanian untuk mengutarakan kekasalannya secara langsung.
...

Kesan pertama Biru ketika melihat Lea untuk pertama kalinya, adalah terpesona. Wanita yang ada di hadapannya ini tampak begitu sempurna.

"Lea."Lea mengulurkan tangannya.

"Biru."Biru menyambut uluran tangan Lea.

"Untuk pertama kalinya gue bersyukur punya sahabat kayak Dilan."Biru membatin.

Selain cantik senyum Lea sangat manis. Biru langsung terpesona pada pada pandangan pertama.

Setelah itu, Biru dan Lea mulai terlibat percakapan-percakapan yang mengarah pada saling mengenalkan diri dan kebiasaan masing-masing layaknya orang yang sedang pendekatan pada umumnya.
...

Biru keluar dari Cafe, lebih cepat dari perkiraan Rubi. Sebelum Biru keluar dari Cafe, Rubi sudah menyiapkan diri kalau-kalau Biru akan tiba-tiba menjelma menjadi lelaki bucin, yang harus ia dengarkan semua cerita kebucinannya.

"Gimana Mas?"tanya Rubi.

"Apanya yang gimana?"Biru bertanya balik dengan nada ketus.

"Makanan di Cafenya enak gak?"goda Rubi. Akhir-akhir kemampuan Rubi dalam memancing kekesalan Biru memang sudah jauh meningkat, berkat ajaran dari Budi sahabat Biru.

"Lu pikir gue ke Cafe itu mau jadi juri Master Chef."Biru yang moodnya sedang tidak baik itu semakin kesal oleh pertanyaan Rubi tadi.

"Loh-loh kok ngamok."Rubi tersenyum puas. Sesekali Biru harus merasakan apa yang ia rasakan ketika menghadapi Biru.

"Lo bisa diem aja gak, kalau niatnya cuma buat gue kesel doang!Tanyain kek kenapa gue bisa kesal gini, gak peka banget jadi human!"

Bukannya prihatin atau apa, Rubi malah tertawa renyah. Jarang-jarang kan Biru yang merasa kesal seperti ini.

"Malah ketawa!"Biru mengerucutkan bibirnya.

"Ya abisnya Mas lucu sih, orang baru kencan itu harusnya bahagia. Ini malah ngomel-ngomel. Apa jangan-jangan yang dikenalin Mas Dilan itu bencong ya? Makanya Mas kesal gini."

"Ya gak gitu juga konsepnya. Lea itu cantik, tinggi, kulitnya putih bersih, senyumnya manis, kalau dari segi fisik sempurna banget deh,"jelaskan Biru dengan nada berapi-api.

"Lah, terus masalahnya dimana? Bukannya itu ya yang dibutuhkan para lelaki Mas?"

"Iya kalau dari segi fisik oke banget, tapi gue gak suka gayanya."

"Emangnya Mbak Lea nunjukin gaya apa tadi sama Mas? Gaya kungfu? Atau gaya ular matok?"

"Sumpah ya gak lucu Rubi! Gue lagi kesel ini, hargai napa!"

"Yaampun ribet banget ya hidup Masnya, jadi apa yang buat Mas gak sreg sama Mbak Lea?"

Biru kembali mengingat semua kata-kata sombong yang terucap dari bibir sexy Lea, baru sekali pertemuan Lea sudah memamerkan aset keluarganya dari sabang sampai marauke. Bagaimana bisa ada orang yang berlagak menjadi orang yang paling kaya di depan Tuan Muda Biru, cari masalah namanya.

"Dia sok kaya banget, males gue!"

Rubi geleng-geleng kepala, jadi hanya karena itu?

"Terus gak lanjut Mas?"tanya Rubi.

"Ya enggaklah, baru pertemuan pertama aja dia udah ngomongin harta mulu. Gimana kedepannya, bisa-bisa baru sehari pacaran entar dia langsung minta dibeliin pulau, kan gak lucu."

Rubi manggut-manggut, ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Biru.

"Awas aja entar si Dilan. Minta digampar emang itu bocah, bisa-bisanya dia ngenalin sama gue modelan cewek rupiah berjalan. Kurang ajar banget emang!"

Rubi tidak merespon omela Biru itu, karena kalau direspon tidak akan ada habis-habisnya, maklum saja selain bersifat bossy Biru juga bermulut seperti emak-emak.

"Mas, abis ini Rubi udah bisa pulang kan? Mas gak ada jadwal apa-apa lagi habis ini."

"Enggak, lu temenin gue makan dulu,"jawab Biru cepat.

"Loh tadi di dalam gak makan? Atau masih kurang? Astaghfirullah godaan setan jangan diikutin Mas, makan secukupnya aja."

"Gue gak makan tadi di dalam, keburu kenyang denger ocehan si tukang pamer itu."

"Yaudah Mas, ayuklah berangkat. Biar cepat pulang."

Alhasil Biru tetap makan siang bersama Rubi.

...

Tbc

💓💓💓

BI-RU Where stories live. Discover now